1.5.4 Gambaran Umum Perundang-undangan mengenai Penanggulangan Bencana di Indonesia
Sebelum terbentuknya BPBD, yang bertanggungjawab dalam setiap permasalahan bencana di Indonesia adalah Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana dan Pengungsi Bakornas PB. Namun, badan ini tidak pernah diberi kewenangan dalam menjalankan fungsi koordinasi yang sesungguhnya
karena tidak dapat menggerakkan departemen teknis terkait ketika bencana terjadi. Hal ini dikarenakan tidak ada kekuatan hukum yang memungkinkan memaksa semua
unsur untuk menanggulangi bencana. Sejak berlakunya otonomi daerah, Bakornas bahkan tidak memiliki
perpanjangan tangan di daerah, baik di provinsi maupun di kabupatenkota. Hubungan Bakornas di pemerintah pusat dengan satlak di kabupaten sekarang ini
terputus. Sebelum terjadi bencana, perencanaan kontingensi ada di masing-masing departemen terkait, seperti Departemen PU, Departemen Kesehatan, dan Departemen
Sosial. Namun pada saat terjadi bencana, segala sesuatu yang berkaitan dengan bencana ini harus ditangani oleh Bakornas. Hal ini tentu saja menimbulkan masalah,
dimana Bakornas tidak mengetahui apa saja yang telah dilakukan oleh departemen tersebut dan di lapangan Bakornas tidak dapat mengkoordinasikan langkah-langkah
yang akan diambil dengan departemen terkait. Berangkat dari permasalahan tersebut, maka diusulkan pembentukan semacam
Badan Penanggulangan Bencana yang merupakan badan setingkat departemen yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden menggantikan Bakornas PB yang
selama ini ada. Di pusat dikenal dengan nama Badan Nasional Penanggulangan
Universitas Sumatera Utara
Bencana, dan di daerah pun dibentuk unit pelaksana daerah yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang bersifat operasional dan koordinasi.
Dengan latar belakang kondisi Indonesia yang rawan bencana maka pada tahun 2007 tepatnya bulan April, Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan
bersama Presiden RI telah mengundangkan UU no. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Undang-undang Penanggulangan Bencana merupakan
dasar sekaligus payung hukum penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia. Banyak kalangan berharap dengan lahirnya Undang-Undang
Penanggulangan Bencana maka penanggulangan bencana di Indonesia menjadi lebih terencana, sistematis dan terkoordinasi.
Lahirnya Undang-Undang Penanggulangan Bencana yang diikuti dengan ditetapkannya beberapa peraturan pelaksanaannya seperti Peraturan Pemerintah
Nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan
Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana,
Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana, telah merubah paradigma penanggulangan bencana di Indonesia
dibandingkan masa sebelum lahirnya Undang-Undang Penanggulangan Bencana. Paradigma ini tidak lagi menekankan pada aspek tanggap darurat saja, tetapi juga
menekankan pada keseluruhan aspek penanggulangan bencana yang meliputi saat pra bencana, saat bencana, dan sesudah bencana.
Universitas Sumatera Utara
1.6 Teoritical Mapping