BAB V ANALISIS DATA
Pada bab ini, penulis menganalisis dan menginterpretasi data yang dikumpulkan dan disajikan pada bab sebelumnya. Adapun jenis metode yang
digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, dimana data dan fakta yang didapatkan di lapangan dideskripsikan sebagaimana adanya diiringi dengan penafsiran dan
analisis rasional. Analisis data dilakukan dari seluruh data yang telah disediakan secara
menyeluruh yang diperoleh selama penelitian, baik melalui wawancara, studi kepustakaan, serta observasi fenomena-fenomena yang ada kaitannya dengan
efektivitas penanggulangan bencana puting beliung. Berikut hasil analisi data yang dilakukan oleh penulis,
5.1 Analisis Deskripsi kejadian bencana puting beliung di Desa Lidah Tanah
Bencana puting beliung merupakan bencana yang datang secara tiba-tiba. Akan tetapi sebenarnya bencana ini memiliki karakteristik khusus ataupun pertanda
akan terjadi seperti udara terasa panas dan gerah sumuk, awan tiba-tiba berubah warna dari berwarna putih menjadi berwarna hitam pekat awan cumulonimbus serta
kaki langit berwarna jingga.
Hingga saat ini belum ada peralatan yang mampu memprakirakan lokasi dan kapan angin puting beliung akan terjadi. Angin puting beliung sulit diprediksi karena
fenomenanya yang merupakan dinamika atmosfir skala lokal. Citra satelit cuaca dan radar cuaca yang merupakan instrumen mutakhir dalam prakiraan cuaca belum
Universitas Sumatera Utara
mampu memprediksi puting beliung. Angin puting beliung merupakan dampak ikutan awan comulonimbus, maka satu-satunya cara untuk mengenali gejalanya adalah
dengan mengamati fase-fase pertumbuhan awan ini seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Desa Lidah Tanah sudah pernah mengalami bencana ini sebelumnya meskipun tidak separah yang terjadi pada 29 September lalu. Sudah seharusnya
masyarakat di desa ini mendapatkan pengetahuan mengenai bencana puting beliung mulai dari bagaimana mengidentifikasi terjadinya bencana hingga bagaimana
tindakan menyelamatkan diri. Namun kenyataanya tidak ada masyarakat di desa ini yang menyadari akan terjadinya bencana. Hal ini yang membuat adanya ketakutan
trauma yang dirasakan masyarakat. Kurangnya pengetahuan baik pihak BPBD sendiri maupun masyarakat mengenai bencana puting beliung juga membuat kekurangsiapan
dalam menghadapinya.
5.2 Analisis pelaksanaan penanggulangan bencana puting beliung di Desa Lidah Tanah oleh BPBD Serdang Bedagai
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan daerah rawan bencana puting beliung. Masyarakat di kabupaten ini sudah sangat tidak asing lagi dengan bencana
ini. Akan tetapi sebagai salah satu daerah rawan bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Serdang Bedagai masih kurang dalam mengarahkan
penanggulangan bencana pada tahap pra bencana. Selama ini kegiatan penanggulangan lebih diarahkan pada penanggulangan bencana tanggap darurat.
Manajemen bencana seperti yang didefinisikan Agus Rahmat merupakan seluruh
Universitas Sumatera Utara
kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang dikenal sebagai siklus manajemen
bencana. Dalam hal ini, BPBD serdang bedagai kurang menyadari bahwa siklus kegiatan dalam manajemen bencana bukanlah kegiatan yang terputus-putus
melainkan suatu rangkaian kegiatan. Manajemen bencana adalah sebuah siklus aktivitas yang berkelanjutan, tanpa
tergantung dari terjadi atau tidaknya suatu bencana. Justru pada saat tidak terjadi bencana inilah kesempatan untuk menyusun suatu aktivitas manajemen bencana yang lebih baik
sehingga pada saat bencana benar-benar datang, kita telah lebih siap. Namun selama ini yang dilakukan
BPBD Serdang bedagai, manajemen bencana baru menjadi topik pembicaraan setelah bencana terjadi. Badan pemerintah ini lebih bersikap reaktif
dalam menangani bencana yang terjadi. Selain itu, BPBD ini juga belum memiliki perencanaan penanggulangan bencana yang komprehensif. Sesuai dengan Peraturan
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana bahwa dalam situasi
terdapat potensi bencana dilakukan penyusunan Rencana Kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat yang didasarkan atas skenario menghadapi bencana
tertentu single hazard maka disusun satu rencana yang disebut Rencana Kontinjensi Contingency Plan
. Mengingat Bencana puting beliung merupakan bencana yang sudah tidak jarang ditangani oleh BPBD kabupaten Serdang Bedagai, akan lebih baik
jika setelah dilakukan penanggulangan bencana puting beliung dilakukan evaluasi akan penanggulanganya. Dari hasil evaluasi tersebut dapat disusun perencanaan
penanggulangan bencana puting beliung yang selanjutnya menjadi pedoman minimal
Universitas Sumatera Utara
bagi BPBD dalam melakukan penanggulangan manakala terjadi bencana puting beliung di kemudian hari. Meskipun disadari tidak ada karakteristik bencana yang
sama antara satu daerah dengan daerah lain, tetapi paling tidak banyak pelajaran yang dapat diambil dari pengalaman-pengalaman sebelumnya dan setidaknya sudah ada
pedoman minimal bagi BPBD dalam melakukan penanggulangan bencana tersebut. Kesadaran bahwa bahaya bencana dapat direduksi pun masih kurang dimiliki
oleh BPBD sendiri. Kesadaran masyarakat terhadap upaya pengurangan resiko bencana serta kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana Masih rendah. Secara rinci
masalah yang dihadapi antara lain : 1 Keterbatasan jaringan informasi dan komunikasi yang efektif dalam penyebaran informasi kebencanaan kepada
masyarakat; 2 Belum terintegrasinya pengurangan resiko bencana dalam perencanaan pembangunan secara efektif dan komprehensif.
Pelaksanaan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat pun masih belum maksimal. Dalam masa tanggap darurat sangat diperlukan adanya pendataan
yang akurat dan cepat.
Pendataan korban secara akurat dan cepat tersebut diperlukan tidak hanya untuk mengukur tingkat kerusakan akibat bencana, tetapi juga untuk mengambil
keputusan memberi pertolongan, mendistribusikan bantuan, dan langkah perbaikan.
Dalam pendataan korban dan kerugian yang dialami oleh masyarakat, BPBD Serdang Bedagai memang meninjau langsung ke lokasi kejadian melalui Tim Reaksi
cepat TRC-PB. Namun kurangnya personil BPBD mengharuskan mereka menyerahkan sebagian besar pendataan kepada pihak desa kepala dusun. Tidak
adanya pembekalan secara khusus pada aparat desa sebagai mitra kerja BPBD dalam melaksanakan penanggulangan bencana juga akhirnya menimbulkan masalah dalam
Universitas Sumatera Utara
pendataan. Adanya kategori kerusakan rumah yaitu rusak berat RB dan rusak ringan RR, kemudian telah memberikan pandangan yang berbeda-beda bagi aparat desa
tiap-tiap kepala dusun dalam menilai suatu kerusakan. Apalagi mereka kurang sekali dibukakan mengenai standart operasional kondisi seperti apa yang
dikategorikan rusak berat dan kondisi seperti apa rusak ringan tersebut. Pemerintah pusat BNPB sebagai induk dari BPBD juga tidak membuat suatu standart dalam
memberikan kategori hunian yang dikatakan rusak berat RB, rusak ringan RR dan rusak sedang RS. Hal ini yang menyulitkan BPBD Serdang Bedagai dalam
memberikan pembekalan pada aparat desa untuk mengefektifkan pendataan jumlah korban dan besar kerugian yang dirasakan oleh korban bencana. Pendataan yang
kurang baik ini akhirnya berpengaruh pada distribusi bantuan yang akhirnya juga kurang baik. Beberapa warga justru tidak terdata dan alasan birokratis pun muncul
dalam upaya untuk memperbaiki data tersebut. Disini sepertinya terlihat adanya ketergesa-gesaan dalam merencanakan dan
melaksanakan sebuah pendataan. Ketergesa-gesaan dalam merencanakan dan melaksanakan sebuah operasi penyelamatan mengakibatkan mudahnya pengabaian
terhadap kebutuhan dan sumber daya yang harus dipenuhi bagi para korban bahkan pengabaian akan suatu kondisi masyarakat tertentu.
Tujuan dari tanggap darurat menurut A.B Susanto adalah untuk menyediakan bantuan sesegera mungkin untuk mempertahankan hidup, memperbaiki kondisi
kesehatan, memberikan dukungan moral bagi mereka yang menjadi korban. Dalam peraturan kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional BNPB No 4 tahun 2009
dikatakan bahwa dukungan bantuan logistik harus tepat waktu, lokasi, sasaran,
Universitas Sumatera Utara
kualitas, kuantitas, dan kebutuhan. Bentuk bantuan ini bermacam-macam seperti menyediakan bantuan yang spesifik tetapi terbatas, seperti bantuan transportasi,
tempat penampungan sementara, makanan, membangun tempat tinggal sementara dalam tenda, dll. Juga dapat mencakup usaha perbaikan awal terhadap infrastruktur
yang rusak. fokus dari tahapan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar korban sampai solusi yang permanen dan berkelanjutan dapat ditemukan. Pemberian bantuan
dan organisasi memerlukan persiapan yang efektif dan efisien untuk menghadapi bencana. Rencana yang sitematis, distribusi bantuan yang baik, peran dan tanggung
jawab yang jelas adalah sangat penting. Dalam penanggulangan bencana puting beliung di Desa Lidah Tanah,
pemberian bantuan yang berselang beberapa lama juga sedikit menyulitkan korban bencana dalam mendirikan rumah mereka kembali. Kerusakan yang dialami
masyarakat pada umumnya adalah hunian atau tempat tinggal yang pastinya merupakan kebutuhan korban yang sangat mendesak untuk segera diperbaiki.
Masyarakat memang sangat mengharapkan pemberian bantuan material bangunan yang cepat dan tidak berkala. Akan tetapi untuk memperoleh dana penanggulangan
bencana dari BNPB harus melalui pengajuan proposal dengan waktu yang lumayan lama. Ada beberapa dokumen yang harus disertakan di dalam proposal tersebut
seperti surat pernyataan status bencana oleh kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Serdang bedagai, surat pernyataan bencana oleh Bupati serta
pembentukan komando tanggap darurat oleh Bupati. Hal ini membuat pencairan dananya relatif lebih lama dibanding pencairan dana penanggulangan bencana dari
pemerintah kabupaten. Selain itu, tidak tersedianya dana siap pakai di BPBD Serdang
Universitas Sumatera Utara
Bedagai juga merupakan suatu kendala bagi BPBD sendiri dalam melakukan penanggulangan bencana yang lebih baik.
Penanggulangan bencana di Desa Lidah Tanah baik ketika tanggap darurat bencana maupun pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, lebih banyak difokuskan
kepada sisi fisik seperti pendirian posko, Pengungsian korban, pemberian bantuan, pembersihan desa dan pemulihan aliran listrik tetapi kurang menyentuh sisi
psikologis-mental. Beberapa tindakan untuk mengurangi trauma yang dialami masyarakat seharusnya dapat dilakukan oleh BPBD. Tindakan tersebut dapat berupa
sosialisasi di sekolah-sekolah tentang kemandirian menyelamatkan diri yang dilakukan untuk memberikan penyembuhan bagi sisi psikologis-mental korban atau
kegiatan lainnya yang bertujuan menghilangan rasa takut korban bencana sembari meningkatkan kesiapsiagaan mereka terhadap ancaman bencana.
Setelah kegiatan pasca bencana dilaksanakan, seyogyanya ada pernyataan resmi dari pemerintah daerah bahwa kondisi sudah kembali normal atau kembali
dalam status tidak ada ancaman bencana. Sebagai wujud pertanggungjawaban yang transparan harus disusun laporan tentang kejadian bencana, statistik korban bencana,
laporan kegiatan dan laporan keuangan penanggulangan bencana.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Analisis Efektivitas Penanggulangan Bencana puting beliung di desa Lidah