Gerakan Non Blok GNB

58 Dugaan bahwa ketimpangan Utara-Selatan disebabkan oleh adanya struktur ekonomi dunia yang menguntungkan Utara dibuktikan oleh hasil kerja United Nations Economic Commission for Latin America ECLA di bawah pimpinan Raul Prebisch serta laporan komisi Brandt tahun 1980 yang menghimbau kerjasama Utara-Selatan untuk memecahkan berbagai masalah mendesak sehubungan dengan ketimpangan internasional dan kegagalan sistem ekonomi dunia. Namun demikian keberhasilan tuntutan negara-negara Selatan akan tata ekonomi dunia yang lebih berimbang dan adil mulai pudar sejak tahun 1980 an. Kemakmuran yang ingin dicapai bersama baik oleh negara-negara Utara maupun Selatan ternyata hanya memakmurkan negara-negara Utara dan tidak memberikan hasil kepada negara-negara Selatan. Resep kapitalisme dari negara Utara untuk menciptakan kemakmuran ternyata menimbulkan cekikan hutang, penurunan nilai tukar bagi barang-barang yang dihasilkan, ketergantungan yang semakin tinggi dan sebagainya. Kemerosotan perjuangan negara Selatan yang disebabkan oleh perubahan konstelasi dunia, yaitu hilangnya blok Barat dan Timur, menyebabkan kekuatan Barat atau Utara menjadi berjaya, juga karena negara-negara dunia ketiga berhasil dipecah belah. Adanya persamaan hasil komoditas ekspor beberapa negara Selatan menyebabkan terjadinya persaingan yang sengit dalam pemasokannya pemasarannya. Mengingat sebagian besar lk.75 devisa yang dimiliki negara-negara sedang berkembang diperoleh melalui kegiatan ekspor, masing-masing negara hanya berusaha untuk mengejar kepentingan sendiri. Prinsip menyelamatkan diri dulu self help menjadi prinsip yang tidak tertulis, tetapi praktis dijalankan oleh semua.

c. Gerakan Non Blok GNB

Gerakan Non Blok ini lahir pada tahun 1061 di Beograd, Yugoslavia yang kelahirannya dimotori oleh negara-negara yang menganut politik luar negeri yang tidak memihak non align, yaitu Indonesia, India, Mesir dan Yugoslavia. Mereka juga mengundang negara-negara yang memiliki haluan serupa serta tidak mau mengikatkan diri kepada salah satu blok 59 militer. Pada saat itu dunia sedang menjadi ajang persaingan politik antara kekuatan liberalisme kapitalisme di bawah Amerika Serikat dengan komunisme sosialisme di bawah Uni Soviet. Untuk menarik negara- negara lain agar memihak bergabung dengan pihaknya, seorang mentri luar negeri Amerika Serikat mengatakan mengambil sikap netral adalah tidak bermoral neutral is immoral. Tujuan utama dari GNB adalah membentuk suatu kekuatan yang netral non-aligned serta menentang berbagai bentuk kolonialisme dan imperialisme dengan segala manifestasinya, karena tujuan ini dianggap yang mampu menarik dukungan dari negara-negara lain. Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 di Bandung dianggap sebagai tonggak dasar bagi GNB, karena memiliki persamaan prinsip. Kesamaan ini terlihat dari komitmen mereka, yaitu : 1. Perdamaian dan perlucutan senjata, khususnya peeredaan ketegangan antara negara-negara besar. 2. Kemerdekaan, termasuk hak dalam menentukan nasib sendiri bagi semua bangsa terjajah dan persamaan hak bagi semua bangsa. 3. Persamaan ekonomi yang menitikberatkan pada usaha penataan kembali sistem ekonomi internasional. GNB yang memiliki tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip yang menyuarakan hati nurani umat manusia sedunia, merupakan kekuatan moral yang bertujuan merubah struktur-struktur dunia yang ada demi terbentuknya suatu dunia yang lebih adil berdasarkan perdamaian, keadilan dan persamaan. GNB juga melandasi tindakannya pada sikap yang bebas dari kekuatan lain independent, kerjasama antar bangsa, hidup berdampingan secara damai peaceful coexistence dan pembangunan ekonomi. Salah satu hasil yang nyata dari gerakan ini adalah pencapaian kemerdekaan oleh negara-negara di Asia dan Afrika di tahun 1960 an. Sesuai dengan perkembangan dunia dewasa ini yang berubah konstelasinya dari dua kutub bipolar, yaitu dunia sangat dipengaruhi oleh kekuatan Amerika Serikat dan Uni Soviet menjadi banyak kutub 60 multipolar yang ditandai dengan munculnya pusat-pusat kekuatan baru, seperti Jepang, Eropa Barat dan China. Keadaan ini telah menyebabkan GNB mendapatkan tantangan baru, mengingat bahwa isu non blok menjadi kurang relevan lagi. Isu yang penting adalah bagaimana usaha untuk menciptakan Tata Dunia Baru yang lebih demokratis yang menunjang pembangunan dan perdamaian dunia. Politik bebas aktif atau non blok tidak hanya sekedar politik yang bersifat “negatif”, yaitu tidak memihak antara 2 blok kekuatan besar di dunia, atau sekedar politik “menengahi” antar 2 kekuatan besar yang ada. Hakekat politik bebas aktif dari non blok ini harus ditekankan pada sikap positif untuk meredam perselisihan dan persaingan di antara kekuatan blok-blok yang ada. Sikap aktif dapat diwujudkan melalui tata hubungan internasional baru yang didasarkan pada kemerdekaan, perdamaian abadi, keadilan sosial dan kesejahteraan bersama. Pada konferensi tingkat mentri GNB di Accra tahun 1991 ada suatu usulan untuk meleburkan GNB dengan Kelompok 77 menjadi satu, karena masalah yang diperjuangkan oleh negara-negara Selatan saat itu adalah masalah ekonomi dan pembangunan. Usulan ini mendapatkan tantangan karena ada ide dasar pembentukan GNB adalah perjuangan bangsa-bangsa untuk menegakkan kemerdekaan sejati, keadilan sosial dan kesejahteraan yang merata untuk menghapuskan keterbelakangan, kesengsaraan, diskriminasi rasial dan segala bentuk intoleransi yang lainnya. Dalam rangka menunjukkan relevansi gerakan non blok dengan perkembangan masa kini, dalam pidato pembukaan Sidang Biro Koordinasi Tingkat Mentri GNB pada tanggal 15-16 Mei 1992 di Bali. Presiden Soeharto mengajak semua negara anggota GNB untuk secara sadar segera mengalihkan perhatiannya dari masalah-masalah politik dan militer yang bersifat antagonistik dan konfrontatif ke arah upaya bersama untuk menyejahterakan rakyat di dunia III. Prioritas utamanya adalah pembahasan masalah-masalah ekonomi dan sosial bagi kepentingan dunia, khususnya dunia III. 61 Keberhasilan Indonesia sebagai negara pelopor GNB adalah menyelenggarakan KTT X GNB di Jakarta pada tanggal 1-6 September 1992 yang menghasilkan berbagai keputusan terutama di bidang ekonomi. Keputusan tersebut berhasil mengangkat permasalahan ekonomi yang dihadapi negara-negara Selatan di mata dunia. Pesan Jakarta Jakarta Message berisi keputusan-keputsan ekonomi yaitu, perlunya kerjasama ekonomi, khususnya di bidang perdagangan antar sesama negara Selatan. Kurang cerahnya prospek perdagangan sesama negara Selatan disarankan untuk diatasi melalui pengurangan hambatan-hambatan perdagangan, seperti melalui penurunan tarif. Indonesia juga mengusulkan agar antara GNB, G-77, dan OKI ada koordinasi yang baik untuk mengoptimalkan efisiensi kerjanya.

d. Kerjasama Antar Kelompok Negara