75 ternak yang dapat ditampung oleh sebuah padang rumput sehingga tingkat
“penipisan persediaan rumput” tidak lebih cepat daripada tingkat “penggembalaan ternak”. Sampai pada suatu kali padang penggembalaan
itu tidak muat lagi karena terlalu banyak ternak yang digembalakan disitu. Akibat berikut adalah rumput habis disusul banyak ternak yang mati, dan
akhirnya tanah menjadi gersang dan tidak bisa dimanfaatkan lagi. Setelah diamati secara seksama, peristiwa ini bermula dari tindakan para peternak
itu sendiri. Dalam benak para peternak rupanya berkembang anggapan yang sama; menambah barang satu atau dua ekor ternak tanpa perlu
diketahui oleh yang lain tentu tidak akan berakibat jelek pada keseluruhan ekosistem lahan. Masing-masing tidak menyangka bahwa
anggapan itu dianut dan dipraktekkan oleh setiap peternak; akibatnya semua peternak menambah ternak mereka, dan selanjutnya bisa
dibayangkan bertambahnya ternak secara drastis. Akibat terlalu banyak ternak yang digembalakan dibandingkan rumput yang tersedia
overgrasing, menyebabkan ternak-ternak itu mulai menampakkan gejala-gejala kurang makan, sehingga keuntungan yang diperoleh semakin
merosot. Bahkan keadaan ini dibiarkan, akan terjadi kerugian kehancuran bagi semua atau tragedy of the common. Kasus yang bisa dianalogikan
sekarang ini adalah pemanfaatan hutan dunia. Kebutuhan akan devisa dan meningkatnya permintaan akan produk-produk hutan seperti kayu lapis
dan pohon untuk pulp bahan dasar kertas oleh negara maju menyebabkan banyak negara-negara pemilik hutan mengeksploitasi
hutannya, dengan pikiran toh hutan milik saya Mereka lupa bahwa hutan merupakan paru-paru dunia dan sekaligus tempat hidup beraneka macam
spesies hewan maupun tumbuhan.
3. Perhatian PBB terhadap Masalah Lingkungan Hidup Dunia
Sebagai sebuah organisasi dunia yang keanggotaannya terbuka bagi semua negara. PBB baru mulai menaruh perhatiannya pada permasalahan lingkungan,
setelah 27 tahun berdiri. Konferensi Lingkungan Hidup Dunia di Stockholm tahun 1972 berhasil menetapkan sebuah lembaga yang menangani masalah lingkungan
hidup, yaitu United Nations Environmental Programme UNEP. Konferensi
76 Stockholm ini merupakan awal kesadaran masyarakat dunia terhadap masalah
lingkungan hidup dunia. Mengingat akan pentingnya memelihara tempat tinggal seluruh umat manusia ini, maka PBB mengadakan beberapa konferensi khusus,
seperti a.
Kependudukan Bucharest, 1974 b.
Pangan Roma, 1974 c.
Wanita Mexico City, 1975 d.
Hunian Manusia Vancouver, 1974 e.
Air Mar Del Plata, 1977 dan seterusnya. Konferensi-konferensi ini mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi
terpeliharanya lingkungan hidup dunia, sekalipun demikian tidaklah berarti bahwa permasalahan yang timbul sudah bisa diatasi. Fakta menunjukkan bahwa masih
terjadi kemerosotan kondisi fisik bumi yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi karbondioksida CO
2
Keprihatinan masyarakat dunia akan kemerosotan planet bumi ini telah mendorong mereka meminta PBB agar mengadakan KTT Bumi yang berhasil
diselenggarakan di Rio de Jainero, Brazil tahun 1992. Brazil dipilih sebagai tempat pertemuan karena negara ini memiliki paru-paru dunia terbesar di hutan
Amazone. Pertemuan ini menghasilkan Deklarasi Rio mengenai Lingkungan Hidup dan Pembangunan yang ditanda tangani oleh lebh dari 170 kepala negara
pemerintahan. Konferensi puncak bumi tersebut berhasil membuat kesepakatan bahwa pemanasan global merupakan masalah yang serius, dan para pemerintah
yang telah menandatangani kesepakatan harus melaporkan perubahan emisi karbon dioksida CO
di atmosfer sebanyak 9, semakin menipisnya lapisan ozon di stratosfer sehingga meningkatkan radiasi sinar ultraviolet. Sinar
ultraviolet yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya penyakit kanker kulit.
2
Kuatnya lobi bisnis Amerika Serikat menyebabkan negara ini berada paling belakang dan terlambat untuk menandatangani Konvensi Perubahan Iklim,
padahal negara ini merupakan penghasil CO2 terbanyak di dunia. Konferensi ini mewajibkan setiap negara untuk melaporkan keadaan lingkungan hidup
nasionalnya, ternyata kebanyakan negara menekankan laporannya pada keberhasilan-keberhasilan yang telah mereka raih. Laporan yang ditunggu para
yang terjadi di negara masing-masing setiap tahunnya.
77 peserta sebenarnya adalah usaha-usaha apa yang telah mereka lakukan untuk
mendapatkan air dan udara yang bersih, daur ulang yang lebih banyak dan reboisasi.
Adanya persoalan-persoalan penting yang belum terselesaikan dan kurang efektifnya kesepakatan dalam KTT Bumi Rio de Jainero, seperti terbenturnya
masalah pendanaan, menyebabkan PBB perlu mengadakan pertemuan lagi pada bulan Juni 1997 di New York. Pada saat itu Konselir Helmut Kohl melontarkan
ide pembentukan sebuah lembaga yang menangani masalah lingkungan, seperti halnya WTO dalam urusan perdagangan dunia. Adanya berbagai macam
kepentingan dari negara-negara menyebabkan keputusan bulat sulit untuk diambil, contoh :
a. penghentian penggunaan bensin bertimbal yang mendapatkan
tantangan penolakan dari negara-negara berkembang. b.
Pengurangan subsidi bahan bakar fosil yang ditolak oleh negara- negara penghasil bahan bakar fosil.
4. Isu-isu Global Masa Kini dan Masa Depan