56 IMF. Disamping itu, hingga dasawarsa 1960 an sebagian besar
perundingan dan keputusan moneter internasional penting dilakukan dalam kelompok sepuluh, suatu badan yang didukung oleh OECD Organization
for Economic Cooperation and Development di Paris, yang menjalankan semacam fungsi eksekutif bagi keseluruhan tata moneter internasional,
termasuk IMF. Negara-negara Selatan tidak pernah dilibatkan dalam pembahasan yang terjadi di kelompok sepuluh. Kekuatan negara-negara
Selatan hanya menonjol di tahun 1970 an ketika kekuatan kartel negara penghasil minyak mampu menunjukkan pengaruhnya.
b. Negara Selatan dan UNCTAD United Nations Conference on Trade
and Development
Negara-negara Selatan berusaha mempolitisasi persoalan-persoalan moneter dan meningkatkan posisi tawar menawar bergaining dengan
membuat kebijaksanaan di UNCTAD dan lembaga-lembaga PBB lain dimana negara-negara berkembang menguasai mayoritas hak suara. Secara
kolektif, Dunia Ketiga juga berusaha agar Utara mengakui dan menerima pentingnya upaya untuk membuat sistem ekonomi dunia menjadi lebih
adil. Gerakan Non Blok dan kelompok 77 G-77 yang merupakan organisasi-organisasi negara Selatan dimanfaatkan untuk mengajukan
tuntutan terhadap keuntungan yang lebih besar dalam masalah keuangan dan perdagangan dunia. UNCTAD yang dibentuk pada tahun 1964
merupakan forum untuk negosiasi Utara-Selatan dalam bidang perdagangan dan pembangunan. Isu penting yang ada pada waktu itu
adalah bagaimana kekuatan ekonomi Utara melalui perusahaan multinasionalnya diatur dan diberi tanggung jawab sehingga negara dunia
ketiga yang membutuhkan investasi, transfer teknologi dan sebagainya tidak dirugikan. Tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan di negara-
negara dunia ketiga membutuhkan modal dan teknologi yang banyak dikuasai oleh negara-negara Utara.
Kekompakan negara-negara Selatan yang tergabung dalam OPEC Organization Petrolium of Exporting Countries yang melakukan
embargo minyak yang banyak dikonsumsi secara besar-besaran dan vital
57 bagi negara-negara Utara di tahun 1973, semakin memperkuat posisi
negara-negara Selatan. Perjuangan mereka berhasil menggoalkan sessi khusus PBB pada tahun 1974 yang menerima dan memberlakukan
deklarasi Tata Ekonomi Internasional Baru TEIB, yang isinya antara lain 1.
Kesamaan kedaulatan negara-negara. 2.
Kerjasama semua negara berdasarkan keadilan, dengan mana kesenjangan di dalam dunia yang ada sekarang ini akan terhapuskan.
3. Hak setiap negara untuk memilih sistem sosial dan sistem ekonominya
sendiri. 4.
Kedaulatan penuh dan tetap dari setiap negara atas sumber-sumber alam dan kegiatan ekonominya.
5. Pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan perusahaan
transnasional. 6.
Hubungan yang adil antara ekspor negara-negara sedang berkembang dan harga-harga impor, maupun perbaikan perdagangan mereka.
7. Pembaharuan sistem moneter internasional guna memajukan
pembangunan dan arus sumber-sumber nyata yang memadai ke negara-negara sedang berkembang.
8. Perlakuan berdasarkan pilihan-pilihan tertentu yang tidak begitu saja
bersifat timbal balik dalam arti ketat bagi negara-negara sedang berkembang di semua bidang kerjasama ekonomi internasional.
9. Memberi kemudahan terhadap peran berbagai asosiasi produsen.
Sidang PBB pada tahun 1974 juga menerima Charter of Economic Rights and Duties of States
atau Piagam Hak dan Kewajiban Ekonomi Negara-negara. Prinsip TEIB dikembangkan lagi melalui pertemuan
konvensi Lome tahun 1975. dialog Utara-Selatan yang diwakili Prancis pada tahun 1975-1977, beberapa kali pertemuan Gerakan Non Blok,
kelompok 77 dan UNCTAD. Perjanjian antara produsen dan konsumen komoditas diorganisasikan dengan bantuan UNCTAD guna membuat
harga-harga stabil dalam tingkat yang telah dinegosiasikan. Selanjutnya juga direncanakan suatu program komoditas terpadu yang dimaksudkan
untuk memajukan perdagangan dunia ketiga.
58 Dugaan bahwa ketimpangan Utara-Selatan disebabkan oleh adanya
struktur ekonomi dunia yang menguntungkan Utara dibuktikan oleh hasil kerja United Nations Economic Commission for Latin America ECLA di
bawah pimpinan Raul Prebisch serta laporan komisi Brandt tahun 1980 yang menghimbau kerjasama Utara-Selatan untuk memecahkan berbagai
masalah mendesak sehubungan dengan ketimpangan internasional dan kegagalan sistem ekonomi dunia. Namun demikian keberhasilan tuntutan
negara-negara Selatan akan tata ekonomi dunia yang lebih berimbang dan adil mulai pudar sejak tahun 1980 an. Kemakmuran yang ingin dicapai
bersama baik oleh negara-negara Utara maupun Selatan ternyata hanya memakmurkan negara-negara Utara dan tidak memberikan hasil kepada
negara-negara Selatan. Resep kapitalisme dari negara Utara untuk menciptakan kemakmuran ternyata menimbulkan cekikan hutang,
penurunan nilai tukar bagi barang-barang yang dihasilkan, ketergantungan yang semakin tinggi dan sebagainya.
Kemerosotan perjuangan negara Selatan yang disebabkan oleh perubahan konstelasi dunia, yaitu hilangnya blok Barat dan Timur,
menyebabkan kekuatan Barat atau Utara menjadi berjaya, juga karena negara-negara dunia ketiga berhasil dipecah belah. Adanya persamaan
hasil komoditas ekspor beberapa negara Selatan menyebabkan terjadinya persaingan yang sengit dalam pemasokannya pemasarannya. Mengingat
sebagian besar lk.75 devisa yang dimiliki negara-negara sedang berkembang diperoleh melalui kegiatan ekspor, masing-masing negara
hanya berusaha untuk mengejar kepentingan sendiri. Prinsip menyelamatkan diri dulu self help menjadi prinsip yang tidak tertulis,
tetapi praktis dijalankan oleh semua.
c. Gerakan Non Blok GNB