Pendapat Environmentalis dan Ekolog

73 Perbedaan pendapat anatara ekonom dengan pecinta lingkungan dan biolog ini tidak hanya terbatas pada sumber alam saja, akan tetapi juga pada kelompok barang bebas sehingga perusahaan orang-orang menggunakan barang-barang itu secara bebas. Fenomena yang lebih buruk lagi yaitu konsumerisme yang didukung oleh iklan produk-produk hedonistis seprti AC, makanan instan dalam plastik, dan diperburuk lagi oleh negara-negara yang memanfaatkan laut maupun pulau-pulau terpencil di Pasifik Selatan untuk tempat percobaan teknologi nuklir. Protes dari negara-negara yang terletak di sekitar kawasan tersebut kurang begitu dipedulikan. Bahkan negara-negara besar yang telah banyak memanfaatkan sumber alam dunia ini juga tidak memberikan dukungan terhadap pelarangan percobaan nuklir.

2. Pendapat Environmentalis dan Ekolog

Konsep lingkungan hidup environment dan ekologi seringkali digunakan secara bergantian untuk pengertian yang sama. Ekologi mengacu pada studi yang mempelajari hubungan antara berbagai organisme dengan lingkungan alamiah mereka. Lingkungan hidup meliputi lingkungan fisik di sekitar kita atau habitat dari organisme-organisme itu, sedangkan habitat adalah lingkungan alamiah dimana makhluk hidup biasa melangsungkan kehidupannya. Ekologi manusia human ecology adalah studi yang mempelajari hubungan antara manusia dengan sistem alamiah yang melingkupinya. Adanya keterkaitan antar ekosistem, daya dukung carrying capacity dan bencana yang melanda seluruh umat manusia tragedy of the commons dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Ekosistem Menggambarkan adanya saling keterkaitan antara bermacam-macam spesies dalam satu lingkungan tertentu. Dua hal penting yang ditekantan oleh para ekolog dan perlu mendapatkan perhatian khusus berkenaan dengan konsep ekosistem ini. Pertama, bahwa perubahan pada satu bagian sistem bisa berpengaruh pada bagian-bagian lain dari sistem itu, pengaruh yang hanya bisa dipahami dan diperkirakan jika kita menganalisa sistem sebagai satu kesatuan. Kedua, bahwa semakin beranekaragam sebuah ekosistem yaitu semakin banyak jenis spesies 74 yang hidup dalam ekosistem berarti semakin stabil, tahan dan adaptif pula ekosistem itu. b. Daya Dukung Menunjukkan bahwa ekosistem itu memiliki batas eksploitasi maksimum. Sebuah ekosistem dengan sendirinya akan terganggu keseimbangannya apabila menampung terlampau banyak spesies dan apabila dimanfaatkan secara berlebihan oleh spesies yang hidup di dalamnya. Dengan konsep ini pulalah antara lain manusia mengembangkan usaha-usaha pengelolaan ekosistem, seperti usaha perikanan dan peternakan. Jumlah hewanyang diternakkan misalnya , harus, harus disesuaikan dengan kemampuan ekosistem dimana ladang peternakan itu berada untuk menjaga keseimbangan ekosistem buatan itu. Akan berbeda masalahnya apabila konsep ini kita terapkan pada ekosistem global, yang diperlukan adalah perhatian dan pengamatan tentang seberapa besar dan jauh tingkat eksploitasi maksimum bumi kita ini. Yang jelas, sebagaimana dalam ekosistem peternakan dan perikanan, kemampuan bumi kita dalam menampung spesies-spesies yang hidup diatasnya berhubungan secara langsung dengan jumlah dan pola konsumsi spesies-spesies tadi. c. Tragedy of The Commons Istilah yang menjelaskan kepentingan-kepentingan jangka pendek tanpa memperhitungkan akibatnya di masa datang diperkenalkan oleh Garrett Hardin ahli Biologi Inggris. Ia mengacu pada tindakan spesies, yaitu manusia yang secara tidak sadar mengakibatkan kerusakan ekosistem. Konsep ini cocok untuk menggambarkan tentang bagaimana seharusnya kebijaksanaan lingkungan hidup global diambil, dibuat dan diterapkan. Metafora tragedy of the common bisa digambarkan sebagai berikut. Bayangkan sebuah padang rumput di desa kuno Inggris yang dijadikan sebagai padang gembalaan, di tempat ini penduduk desa diijinkan menggembalakan ternak-ternak mereka. Pengaturan semacam ini dikenal sebagai sistem “commons”, sistem ini akan bertahan lama apabila daya dukung maksimum daripada padang rumput itu tidak terlampaui. Daya dukung maksimum disini diartikan sebagai batas maksimum jumlah 75 ternak yang dapat ditampung oleh sebuah padang rumput sehingga tingkat “penipisan persediaan rumput” tidak lebih cepat daripada tingkat “penggembalaan ternak”. Sampai pada suatu kali padang penggembalaan itu tidak muat lagi karena terlalu banyak ternak yang digembalakan disitu. Akibat berikut adalah rumput habis disusul banyak ternak yang mati, dan akhirnya tanah menjadi gersang dan tidak bisa dimanfaatkan lagi. Setelah diamati secara seksama, peristiwa ini bermula dari tindakan para peternak itu sendiri. Dalam benak para peternak rupanya berkembang anggapan yang sama; menambah barang satu atau dua ekor ternak tanpa perlu diketahui oleh yang lain tentu tidak akan berakibat jelek pada keseluruhan ekosistem lahan. Masing-masing tidak menyangka bahwa anggapan itu dianut dan dipraktekkan oleh setiap peternak; akibatnya semua peternak menambah ternak mereka, dan selanjutnya bisa dibayangkan bertambahnya ternak secara drastis. Akibat terlalu banyak ternak yang digembalakan dibandingkan rumput yang tersedia overgrasing, menyebabkan ternak-ternak itu mulai menampakkan gejala-gejala kurang makan, sehingga keuntungan yang diperoleh semakin merosot. Bahkan keadaan ini dibiarkan, akan terjadi kerugian kehancuran bagi semua atau tragedy of the common. Kasus yang bisa dianalogikan sekarang ini adalah pemanfaatan hutan dunia. Kebutuhan akan devisa dan meningkatnya permintaan akan produk-produk hutan seperti kayu lapis dan pohon untuk pulp bahan dasar kertas oleh negara maju menyebabkan banyak negara-negara pemilik hutan mengeksploitasi hutannya, dengan pikiran toh hutan milik saya Mereka lupa bahwa hutan merupakan paru-paru dunia dan sekaligus tempat hidup beraneka macam spesies hewan maupun tumbuhan.

3. Perhatian PBB terhadap Masalah Lingkungan Hidup Dunia