254
Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan
Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Sejak saat itu, bangsa Indonesia telah melepaskan diri dari penjajahan Belanda dan
Jepang. Meskipun demikian, Belanda tidak mengakui kemerdekaan Indonesia dan berusaha untuk kembali menjajah. Bangsa Indonesia berjuang dengan gigih untuk
mempertahankan kemerdekaannya. Peperangan terjadi di beberapa kota di Indonesia, seperti di Surabaya, Ambarawa, Bandung, dan Medan.
A. Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya
1. Latar Belakang
Pada tanggal 29 September 1945, tentara Inggris yamg berpangkalam di Singapura mendarat di Jakarta. Jenderal Sir Philip Christison memimpin
pendaratan ini. Kedatangan tentara Inggris ini atas nama sekutu dan bertujuan melucuti senjata tentara Jepang. Namun, kedatangan pasukan
pasukan Inggris itu diboncengi oleh NICA. NICA adalah suatu pemerintahan sipil yang dibentuk oleh Belanda dan berpusat di Australia.
NICA kepanjangan dari Netherlands Indies Civil Administration, yang berarti Pemerintahan Sipil Belanda atas Indonesia. NICA dipimpin oleh Dr.
H. J. Van Mook. Kedatangan Inggris dan NICA ini menimbulkan kemarahan rakyat
sebab NICA mempersenjatai tentara KNIL Koninklijk Netherlands Indisch Leger. KNIL adalah tentara sewaan Kerajaan Belanda. Anggota KNIL
adalah orang-orang yang dibebaskan dari tahanan Jepang yang berada di Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
2. Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya
Pada tanggal 25 Oktober 1945, Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby memimpin pendaratan tentara Inggris di Surabaya. Setelah diadakan
pertemuan antara Wakil pemerintah RI dan Brigjen A.W.S. Mallaby, mereka sepakat untuk saling menjaga keamanan. Tentara sekutu bertugas
melucuti tentara Jepang dan membebas interniran tawanan perang.
255 Tetapi sayang, Inggris mengingkari janjinya. Pada tanggal 26 Oktober
1945, malam harinya, tentara Inggis di bawah pimpinan Kapten Shaw menyerbu Penjara Kalisosok, Surabaya. Penyerbuan itu berhasil
membebaskan Kolonel Huiyer, yaitu seorang Kolonel Angkatan Laut Belanda yang ditawan Jepang.
Pada tanggal 27 Oktober 1945, tentara Inggris menduduki Pangkalan Udara Tanjung Perak, Kantor Pos Besar, dan Gedung Bank Internatio. Pada
siang harinya pukul 11.00, pesawat terbang Inggris menyebarkan pamphlet selebaran, yang isinya agar rakyat Surabaya dan Jawa Timur
menyerahkan senjata-senjata yang dirampas dari tentara Jepang. Aksi-aksi tentara inggris tersebut telah membangkitkan perlawanan
dari rakyat Surabaya. Maka, pertempuran tidak bias dihindari lagi. Pertempuran tersebut berlangsung selama dua hari 27-29 Oktober 1945.
Pada tanggal 29 Oktober 1945, tempat-tempat yang telah dikuasai sekutu dapat direbut kembali oleh para pemuda. Untuk menyelamatkan
pasukan inggris dari bahaya kehancuran, komandan sekutu menghubungi Presiden Soekarno. Bung Karno bersama-sama denga jenderal D.C.
Hawtorn tiba di Surabaya pukul 11.30. Presiden Soekarno didampingi oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta
dan Menteri Penerangan Amir Syarifudin segera berunding dengan Brigjen Mallaby.
Pada tanggal
30 Oktober
1945, disepakati
menghentikan pertempuran. Namun, pada sore harinya pukul 17.00, terjadi lagi
pertempuran di Gedung Bank Internatio dekat Jembatan Merah, Surabaya. Dalam peristiwa itu, Brigjen A.W.S. Mallaby tewas terbunuh. Pasukan
Inggris dan masyarakat luar negeri sangat terkejut atas peristiwa tersebut. Maka, pada tanggal 9 November 1945, Inggris mengeluarkan ultimatum
ancaman yang isinya sebagai berikut. “ semua pemimpin dan para pemuda Indonesia harus menyerahkan
senjatanya di tempat-tempat yang telah ditentukan. Kemudian menyerahkan diri sambil mengangkat tangan selambat-lambatnya
256 pukul 06.00 tanggal 10 November 1945. Jika sampai batas waktunya
tidak menyerahkan senjata, maka Surabaya akan kami serang dari darat, laut, dan udara.”
Gubernur jawa Timur waktu itu, R. M Soeryo, mengadakan perundingan dengn tokoh-tokoh TKR Tentara Keamanan Rakyat dan
tokoh-tokoh lainnya. Mereka mengambil keputusan untuk menolak ancaman Inggris tersebut.
Pasukan TKR dipimpin oleh Kolonel Sungkono siap siaga menghadapi musuh. Begitu juga para pemuda dan pelajar. Para pelajar
tergabung dalam TRIP Tentara Republik Indonesia Pelajar dipimpin oleh mas Isman.
Para pemuda dan pejuang kita dengan semangat berapi-api berteriak, “Lebih baik mati daripada dijajah. Merdeka atau Mati”.
Pada tanggal 10 November 1945, meletuslah pertempuran sengit. Tentara sekutu mengerahkan lebih dari 10.000 orang yang terdiri atas
pasukan darat, laut, dan udara. Pasukan tersebut merupakan gabungan dari tentara Inggris, Gurkha, dan Belanda.
Para pemuda Indonesia dengan semangat tinggi terus mengadakan perlawanan. Mereka tidak peduli dengan kekuatan lawan. Pemuda pejuang
kita dengan menggunakan senjata hasil rampasan dari tentara Jepang dan bamboo
runcing terus
berjuang mempertahankan
kemerdekaan. Pertempuran berlangsung sengit sampai tiga minggu lamanya. Dalam
pertempuran yang tidak seimbang itu, gugurlah ribuan pejuang kita. 3.
Akhir Perlawanan Selama tiga minggu, Surabaya yang digempur Inggris berhasil
dipertahankan oleh para pejuang Indonesia. Namun, karena pihak Inggris menggunakan senjata yang lebih modern, pasukan Indonesia terdesak.
Akhirnya, markas pertahanan Surabayadipindahkan ke Desa Lebaniwaras yang terkenal dengan nama Markas Kali.
Untuk mengenang dan memperingati kepahlawanan rakyat Surabaya, maka pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.
257
B. Pertempuran Ambarawa