1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran pengetahuan sosial di SD bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi
dirinya dalam kehidupan sehari-hari Depdikbud, 1993:120.
Ilmu Pengetahuan Sosial IPS penting diajarkan di Sekolah Dasar karena dapat memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang lingkungan hidup
dan manusia, serta pemahaman tentang sejarah kebudayaan bangsa. Pembelajaran IPS bertujuan menanamkan sebuah nilai luhur untuk membentuk
sikap yang luhur, serta menanamkan sifat dan sikap cinta tanah air. Pembelajaran IPS menanamkan sikap menghormati orang lain, memupuk sikap
toleransi sesama umat beragama, menghormati perbedaan dalam adat istiadat, kebudayaan suku bangsa dan bangsa-bangsa lain. Melalui IPS, peserta didik
berlatih untuk menemukan masalah serta memecahkannya, sehingga mereka memiliki keterampilan dalam lingkungan sosial.
Agar tujuan-tujuan dalam pembelajaran IPS di atas dapat terwujudkan, pembelajaran IPS hendaknya dilakukan bermakna bagi kehidupan peserta
didik. Kebermaknaan tersebut akan dibawa peserta didik sepanjang hayat. Pembelajaran IPS dibuat sedemikian rupa sehingga peserta didik mendapatkan
pengalaman yang berharga. Dalam menyampaikan sejumlah konsep kepada peserta didik, tidak terbatas pada teori saja, namun harus dilaksanakan dengan
melibatkan peserta didik secara aktif. Peserta didik dilatih untuk menggali pengetahuan dan keterampilan sendiri. Peserta didik dilatih untuk mencari,
2 kemudian menganalisis masalah-masalah sosial. Dalam kegiatan pembelajaran
IPS peserta didik berlatih untuk dapat bekerjasama melalui diskusi, permainan, dan sebagainya. Guru juga memberikan teladan-teladan dengan melibatkan
peserta didik agar menghargai dan menghormati orang lain, serta mengamalkan nilai-nilai luhur pancasila, sebagai bekal kehidupan peserta didik. Pembelajaran
IPS harus bisa menjadi wahana untuk mengembangkan minat dan potensi peserta didik. Pembelajaran IPS seharusnya memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada peserta didik untuk berkreativitas. Maka dari itu, pembelajaran haruslah berpusat pada peserta didik.
Belajar merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungannya dan guru. Dalam proses pembelajaran sering ditemukan berbagai masalah belajar.
Masalah-masalah belajar berasal dari faktor intern dan ekstren. Faktor intern yaitu masalah yang timbul dalam diri siswa sendiri. Masalah belajar yang
terjadi dalam diri siswa diantaranya siswa pasif saat belajar. Siswa menerima ceramah dan perintah dari guru. Siswa tidak aktif bertanya dan tidak berani
untuk mengungkapkan pendapat. Perhatian siswa kurang terhadap bahan yang dipelajarinya merupakan sebuah masalah belajar. Siswa seringkali menolak,
atau mengabaikan belajar berdasarkan penilaian terhadap sesuatu yang ada dalam proses pembelajaran tersebut. Misalnya siswa tidak memperhatikan
penjelasan guru karena pembelajaran membosankan. Masalah belajar berikutnya adalah motivasi belajar. Motivasi belajar yang lemah akan
melemahkan kegiatan belajar. Begitu pula sebaliknya apabila motivasi belajar tinggi maka akan memberi kelancaran dan kesuksesan proses pembelajaran.
3 Masalah belajar dipengaruhi juga oleh faktor ekstern. Faktor ekstren
tersebut di antaranya adalah sarana dan prasarana pembelajaran. Lengkapnya sarana dan prasarana memudahkan proses pembelajaran. Sebaliknya,
kurangnya sarana dan prasarana menjadi salah satu kendala untuk melaksanakan proses pembelajaran menjadi lebih mudah, efektif, dan efisien.
Peran guru sebagai pembina siswa belajar merupakan masalah yang penting. Guru hendaklah bisa mengelola siswanya dalam pembelajaran, yaitu dengan
membangun hubungan baik dengan siswa, serta menggairahkan minat, perhatian, dan memperkuat motivasi siswa untuk belajar. Guru mengorganisasi
belajar serta melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan yang tepat. Peneliti melakukan observasi belajar di berbagai Sekolah Dasar. Peneliti
melakukan observasi di SD Negeri 1 Kaliori, SD Negeri Keputran A, serta SD Negeri Winongo. Kenyataan yang ada di berbagai sekolah dasar ketika peneliti
melakukan observasi belajar menunjukkan bahwa pembelajaran masih menggunakan
cara-cara konvensional.
Misalnya guru
melaksanakan pembelajaran hanya dengan menggunakan metode ceramah. Siswa hanya
menjadi pendengar. Siswa menjadi cenderung pasif, serta potensi dan minat tidak tersalurkan.
Begitu pula yang terjadi di SD Negeri Winongo, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul. Peneliti melakukan observasi belajar siswa kelas V, yang berjumlah 31
siswa. Berdasarkan hasil observasi, peneliti mengamati bahwa aktivitas belajar siswa kelas V khususnya dalam pembelajaran IPS masih kurang. Siswa kurang
bersemangat untuk aktif dan lebih suka diam dalam pembelajaran. Beberapa
4 siswa juga tidak menunjukkan respon yang baik terhadap penjelasan guru,
siswa lebih suka bercerita dengan teman sebangku. Peneliti mengamati bahwa pembelajaran masih bersifat konvensional dan
kurang menarik perhatian siswa. Pembelajaran masih didominasi oleh guru. Siswa hanya duduk mendengarkan ceramah guru sehingga siswa merasa bosan.
Metode pembelajaran yang digunakan sejauh ini kurang melibatkan siswa, sehingga potensi dan minat belajar siswa tidak tersalurkan. Kurangnya
motivasi juga membuat siswa kurang tergerak untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dari beberapa alasan tersebut, dibutuhkan sebuah model
pembelajaran yang menarik perhatian dan memotivasi siswa, sehingga dapat meningkatkan partisipasi dan aktivitas belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran yang mendukung terlaksananya aktivitas belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team Game
Tournament TGT. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament TGT adalah sebuah model pembelajaran yang di dalamnya siswa
belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran ini memungkinkan terjadinya aktivitas belajar yang maksimal. Untuk
mengatasi masalah kurangnya aktivitas belajar di atas dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament
TGT. Ada beberapa tahap yang harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament
TGT. Tugas pertama yang dilakukan adalah guru menyampaikan materi. Guru menyampaikan konsep materi IPS disertai apersepsi. Guru menggunakan
5 media yang tepat dengan materi agar siswa lebih mudah memahami materi dan
menarik perhatian siswa. Setelah memperhatikan penjelasan guru, siswa melaksanakan kegiatan berupa diskusi kelompok. Diskusi memungkinkan
siswa untuk melakukan aktivitas belajar melalui kerjasama dan penyampaian pendapat.
Setiap anggota kelompok memiliki tugas masing-masing dan harus bertanggung jawab terhadap tugas yang telah ditentukan, sehingga tidak ada
siswa yang tidak terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, ciri dari model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament TGT ini adalah
adanya turnamen akademik yang melibatkan siswa untuk melakukan serangkaian aktivitas. Dalam turnamen akademik terdapat penghargaan
kelompok. Penghargaan kelompok dapat memotivasi siswa untuk melakukan serangkaian usaha bersama dengan setiap anggota dalam kelompok agar
mendapatkan penghargaan
tersebut. Kegiatan
pembelajaran dengan
menggunakan turnamen akademik merupakan pembelajaran menyenangkan. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament TGT,
diharapkan siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi melakukan aktivitas belajar secara maksimal. Model pembelajaran kooperatif tipe Team
Game Tournament TGT merupakan model yang dapat mengaktifkan siswa, sehingga perlu diterapkan dalam pembelajaran IPS.
Adapun keunggulan dari model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament TGT ini, yaitu siswa dapat mengembangkan keterampilan
berfikir dan kerjasama kelompok. Pembagian kelompok secara heterogen dapat
6 mengakrabkan siswa yang berbeda inelektual, jenis kelamin, dan rasnya.
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament TGT mengandung unsur permainan. Permainan merupakan sebuah hal yang
menyenangkan dan menarik perhatian siswa. Santrock 2007:216 mengatakan bahwa permainan adalah aktivitas yang dilakukan untuk bersenang-senang.
Dengan permainan ini siswa memiliki asumsi bahwa belajar adalah menyenangkan. Permainan yang dilaksanakan adalah permainan akademik,
sehingga siswa dapat juga belajar. Aktivitas belajar menggunakan permainan dapat pula merilekskan siswa. Permainan akan menumbuhkan kerjasama dan
tanggung jawab. Di samping itu, adanya penghargaan kelompok membuat siswa termotivasi untuk aktif melakukan serangkaian aktivitas di dalam belajar,
serta senantiasa menjaga kekompakan kelompok. Model pembelajaran Kooperatif tipe Team Game Tournament TGT sesuai dengan karakteristik
siswa SD. Melalui diskusi dan permainan, siswa dapat mengembangkan keterampilan sosialnya. Siswa dapat berinteraksi dan belajar bekerjasama.
Melalui aturan turnamen dan permainan, siswa dapat mengembangkan keterampilan moralnya. Siswa juga dapat merasakan senang, sedih, kecewa
pada saat turnamen akademik berlangsung. Adanya turnamen akademik dapat mengembangkan keterampilan emosionalnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengangkat judul “meningkatkan aktivitas belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Game Tournament TGT di Kelas V SD Negeri Winongo, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul.”
7
B. Identifikasi Masalah