CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2009, 2008 DAN 2007
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 520 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan q.
Penyertaan Saham lanjutan
Goodwill diakui apabila terdapat selisih lebih antara biaya perolehan dan bagian Bank atas nilai wajar aset dan kewajiban yang dapat diidentifikasi pada tanggal transaksi pertukaran. Goodwill
disajikan sebagai aset lain-lain dan diamortisasi sebagai beban selama masa manfaatnya dengan menggunakan metode garis lurus, kecuali terdapat metode lain yang dianggap lebih
tepat pada keadaan tertentu. Periode amortisasi goodwill adalah lima tahun, namun periode amortisasi yang lebih panjang maksimum 20 tahun dapat digunakan apabila terdapat dasar
yang tepat.
r. Penyisihan Penghapusan Aset Produktif dan Non-Produktif
Aset produktif terdiri atas giro pada Bank Indonesia dan bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, efek-efek, Obligasi Pemerintah, tagihan lainnya - transaksi
perdagangan, efek-efek yang dibeli dengan janji dijual kembali, tagihan derivatif, kredit yang diberikan, piutang pembiayaan konsumen, tagihan akseptasi, penyertaan saham dan
komitmen dan kontinjensi yang mempunyai risiko kredit, serta aset produktif yang berasal dari kegiatan syariah.
Komitmen dan kontinjensi yang mempunyai risiko kredit terdiri atas letters of credit yang tidak dapat dibatalkan yang masih berjalan, letters of credit yang diterbitkan dengan program
penjaminan Bank Indonesia, garansi yang diterbitkan dalam bentuk standby letters of credit, bank garansi dan risk sharing.
Aset non-produktif adalah aset Bank dan Anak Perusahaan yang memiliki potensi kerugian, antara lain dalam bentuk agunan yang diambil alih, properti terbengkalai, rekening antar kantor
dan suspense account.
Sesuai dengan
Peraturan Bank
Indonesia, Bank
Mandiri dan
Anak Perusahaan
mengklasifikasikan aset produktif ke dalam satu dari lima kategori dan aset non-produktif ke dalam satu dari empat kategori. Aset produktif tidak bermasalah performing diklasifikasikan
sebagai “Lancar” dan “Dalam Perhatian Khusus”, sedangkan aset produktif bermasalah non- performing diklasifikasikan kedalam tiga kategori yaitu: “Kurang Lancar”, “Diragukan” dan
“Macet”. Kategori untuk aset non-produktif terdiri dari “Lancar”, “Kurang Lancar”, “Diragukan” dan “Macet”. Efek-efek diklasifikasikan sebagai “Lancar”, “Kurang Lancar” dan “Macet”.
Mandiri Tunas Finance, anak perusahaan, menetapkan penyisihan piutang ragu-ragu berdasarkan penelaahan atas kolektibilitas saldo piutang yang persentase kerugiannya
ditentukan berdasarkan kerugian historis atau ketika terdapat bukti obyektif bahwa saldo piutang kemungkinan tidak dapat tertagih. Piutang ragu-ragu akan dihapusbukukan setelah
menunggak lebih dari 180 hari atau pada saat piutang tersebut diputuskan tidak dapat tertagih. Penerimaan dari piutang yang telah dihapus bukukan diakui sebagai pendapatan lain-lain pada
saat terjadinya.
Pengklasifikasian aset produktif dan jumlah minimum penyisihan penghapusan atas aset serta komitmen dan kontinjensi yang memiliki risiko kredit dihitung berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia PBI No. 72PBI2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum sebagaimana telah diubah terakhir dengan PBI No. 112PBI2009 tanggal 29
Januari 2009. Dalam penerapan PBI No. 72PBI2005 tersebut, Bank melakukan klasifikasi aset produktif berdasarkan evaluasi atas kinerja debitur, prospek usaha dan kemampuan
membayar kepada Bank.
Untuk Bank Syariah, pengklasifikasian aset produktif dilakukan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia PBI No. 821PBI2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva
Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, sebagaimana dalam pasal-pasal tertentu telah diubah dengan PBI No. 99PBI2007 tanggal 18 Juni 2007.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2009, 2008 DAN 2007
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 521 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan r.
Penyisihan Penghapusan Aset Produktif dan Non-Produktif lanjutan
Pembentukan penyisihan minimum sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia tersebut adalah sebagai berikut:
Persentase minimum penyisihan kerugian Lancar
1 Dalam perhatian khusus
5 Kurang lancar
15 Diragukan
50 Macet
100 Persentase di atas berlaku untuk saldo aset produktif dan komitmen kontinjensi, dikurangi
nilai agunan, kecuali untuk aset produktif dan komitmen kontinjensi yang dikategorikan sebagai lancar, dimana persentasenya berlaku langsung atas saldo aset produktif dan
komitmen dan kontinjensi yang bersangkutan.
Untuk aset produktif dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Hutang Pemerintah Obligasi Pemerintah dan bagian aset produktif yang dijamin dengan agunan tunai berupa
giro, deposito, tabungan, setoran jaminan, emas, Sertifikat Bank Indonesia atau Surat Utang Negara, Jaminan Pemerintah Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, standby letter of credit dari prime bank yang diterbitkan sesuai dengan Uniform Customs and Practice for Documentary Credits, International Chamber of Commerce
Publication No. 600 UCP 600 dan International Standard Banking Practice ISBP, tidak perlu dibentuk penyisihan.
Untuk efek-efek , sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 72PBI2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang “Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum”, penyisihan minimum yang
wajib dibentuk adalah sebagai berikut: Persentase minimum penyisihan kerugian
Lancar 1
Kurang lancar 15
Macet 50
Estimasi kerugian untuk komitmen dan kontinjensi yang mempunyai risiko kredit disajikan sebagai kewajiban pada neraca konsolidasian.
Saldo aset produktif dengan kualitas macet dihapusbukukan pada saat manajemen Bank Mandiri dan Anak Perusahaan berpendapat bahwa aset produktif tersebut tidak dapat tertagih.
Penerimaan kembali aset produktif yang telah dihapusbukukan dicatat sebagai penambahan penyisihan penghapusan selama tahun berjalan. Jika terdapat kelebihan dari penerimaan
pokok, kelebihannya diakui sebagai pendapatan bunga.
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 72PBI2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang “Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum”, sejak 20 Januari 2006, Bank juga wajib melakukan
pembentukan penyisihan kerugian khusus terhadap aset non-produktif seperti agunan yang diambil alih, properti terbengkalai, rekening antar kantor dan suspense accounts.
Dalam peraturan tersebut, klasifikasi agunan yang diambil alih dan properti terbengkalai ditetapkan sebagai berikut:
Batas Waktu Lancar
Sampai dengan 1 tahun Kurang lancar
Lebih dari 1 tahun sampai dengan 3 tahun Diragukan
Lebih dari 3 tahun sampai dengan 5 tahun Macet
Lebih dari 5 tahun Klasifikasi untuk rekening antar kantor dan suspense accounts ditetapkan sebagai berikut:
Batas Waktu Lancar
Sampai dengan 180 hari Macet
Lebih dari 180 hari
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2009, 2008 DAN 2007
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 522 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan s.
Aset Tetap dan Aset Sewa Guna Usaha
i. Aset Tetap
Sebelum tanggal 1 Januari 2008, aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan kecuali aset tetap tertentu yang telah dinilai kembali pada tahun 1979, 1987 dan 2003 berdasarkan
peraturan pemerintah dikurangi akumulasi penyusutan kecuali tanah yang tidak disusutkan. Selisih nilai revaluasi aset tetap disajikan sebagai bagian dari ekuitas dalam
neraca konsolidasian.
Efektif tanggal 1 Januari 2008, Bank Mandiri menerapkan PSAK No. 16 revisi 2007, “Aset Tetap”, yang menggantikan PSAK No. 16 1994, “Aset Tetap dan Aset Lain-lain” dan
PSAK No. 17 1994, “Akuntansi Penyusutan”. Bank Mandiri dan Anak Perusahaan memilih model biaya, dan seluruh saldo selisih nilai revaluasi aset tetap yang masih dimiliki pada
saat penerapan pertama kali PSAK No. 16 revisi 2007 yang disajikan sebagai bagian dari ekuitas dalam neraca konsolidasian telah direklasifikasi ke saldo laba konsolidasian pada
tahun 2008 Catatan 32c.
Aset tetap, kecuali tanah, dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan penyisihan penurunan nilai. Biaya perolehan termasuk biaya penggantian
bagian aset tetap saat biaya tersebut terjadi, jika memenuhi kriteria pengakuan aset tetap. Selanjutnya, pada saat inspeksi yang signifikan dilakukan, biaya inspeksi itu diakui ke
dalam jumlah tercatat “carrying amount” aset tetap sebagai suatu penggantian jika memenuhi kriteria pengakuan. Semua biaya pemeliharaan dan perbaikan yang tidak
memenuhi kriteria pengakuan diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian pada saat terjadinya.
Penyusutan dan amortisasi dihitung dengan menggunakan metode garis lurus selama umur manfaat ekonomis aset tetap yang diestimasi sebagai berikut:
Tahun Bangunan
20 Perlengkapan, peralatan kantor, perangkat lunakkomputer dan kendaraan bermotor
4-5 Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau saat tidak
ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap dihitung sebagai
perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan dan jumlah tercatat dari aset tetap dimasukkan dalam laporan laba rugi konsolidasian pada tahun berjalan aset tetap tersebut
dihentikan pengakuannya.
Pada setiap akhir tahun buku, nilai residu, umur manfaat ekonomis dan metode penyusutan dikaji ulang, dan jika tidak sesuai dengan keadaan akan disesuaikan secara
prospektif.
Aset tetap dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan dan disajikan sebagai bagian dari aset tetap. Ketika aset dalam penyelesaian telah selesai dan siap digunakan,
akumulasi biaya perolehan direklasifikasikan ke akun aset tetap yang sebenarnya.
Sesuai dengan PSAK No. 47, “Akuntansi Tanah”, semua biaya dan beban yang terjadi sehubungan dengan perolehan hak atas tanah, antara lain, biaya perizinan, biaya survei
dan pengukuran lokasi, biaya notaris dan pajak-pajak yang berhubungan dengan hal tersebut, ditangguhkan dan disajikan secara terpisah dari biaya perolehan hak atas tanah.
Biaya perolehan hak atas tanah yang ditangguhkan tersebut disajikan sebagai bagian dari akun “Aset Lain-lain” dalam neraca konsolidasian dan diamortisasi selama masa manfaat
hak atas tanah yang bersangkutan dengan menggunakan metode garis lurus.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2009, 2008 DAN 2007
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 523 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan s.
Aset Tetap dan Aset Sewa Guna Usaha
i. Aset Tetap lanjutan
Selain itu, PSAK No. 47 juga menyatakan bahwa hak atas tanah tidak diamortisasi kecuali memenuhi kondisi-kondisi tertentu yang telah ditentukan.
PSAK No. 48 tentang “Penurunan Nilai Aset” mensyaratkan bahwa nilai tercatat aset tetap dikaji ulang setiap tanggal neraca untuk menilai apakah aset tetap tersebut nilai tercatatnya
lebih tinggi dari jumlah yang dapat diperoleh kembali recoverable amount dari aset tetap tersebut. Jika nilai tercatat aset tetap melebihi taksiran jumlah yang dapat diperoleh
kembali dari aset tetap tersebut, nilai tercatat aset tetap harus diturunkan menjadi nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset tetap tersebut.
ii. Aset Sewa Guna Usaha Efektif tanggal 1 Januari 2008, PSAK No. 30 revisi 2007, “Sewa”, menggantikan PSAK
No. 30 1990 “Akuntansi Sewa Guna Usaha”. Berdasarkan PSAK No. 30 revisi 2007, penentuan apakah suatu perjanjian merupakan perjanjian sewa atau perjanjian yang
mengandung sewa didasarkan atas substansi perjanjian pada tanggal awal sewa dan apakah pemenuhan perjanjian tergantung pada penggunaan suatu aset dan perjanjian
tersebut memberikan suatu hak untuk menggunakan aset tersebut. Menurut PSAK revisi ini, sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait
dengan kepemilikan aset, diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan. Selanjutnya, suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi, jika sewa tidak mengalihkan secara
substantial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.
Berdasarkan PSAK No. 30 revisi 2007, dalam sewa pembiayaan, Bank dan Anak Perusahaan mengakui aset dan kewajiban dalam neraca konsolidasian pada awal masa
sewa, sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar. Pembayaran sewa dipisahkan antara
bagian yang merupakan beban keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan kewajiban sewa. Beban keuangan dialokasikan pada setiap periode selama masa sewa,
sehingga menghasilkan tingkat suku bunga periodik yang konstan atas saldo kewajiban. Beban keuangan dicatat dalam laporan laba rugi konsolidasian. Aset sewa guna usaha
disajikan sebagai bagian aset tetap disusutkan selama jangka waktu yang lebih pendek antara umur manfaat aset sewa guna usaha dan periode masa sewa, jika tidak ada
kepastian yang memadai bahwa Bank akan mendapatkan hak kepemilikan pada akhir masa sewa.
Dalam sewa operasi, Bank mengakui pembayaran sewa sebagai beban dengan dasar garis lurus straight-line basis selama masa sewa.
t. Aset Lain-lain