KONDISI EKONOMI Perjanjian Pembelian Saham AXA Mandiri Financial Services

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2009, 2008 DAN 2007 Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain Lampiran 5146 57. PERJANJIAN, KOMITMEN DAN KONTINJENSI PENTING lanjutan f. Trade Financing dengan Asian Development Bank lanjutan Selanjutnya berdasarkan RCA, Bank Mandiri menerima fasilitas kredit revolving sampai dengan jumlah maksimal USD25.000.000 nilai penuh. Fasilitas kredit revolving ini dikenakan bunga sebesar jumlah Total Margin dan LIBOR selama Periode Bunga Interest Period. Sampai dengan tanggal pelaporan, Bank Mandiri belum melakukan penarikan pinjaman ataupun menggunakan fasilitas pinjaman tersebut.

g. Perjanjian Pembelian Saham AXA Mandiri Financial Services

Pada tanggal 9 Desember 2009 Bank Mandiri dan National Mutual International Pty. Ltd. NMI menandatangani Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat Conditional Sale Purchase Agreement dimana Bank Mandiri akan membeli 2,00 saham PT AXA Mandiri Financial Services AXA Mandiri, suatu perseroan terbatas di bidang asuransi jiwa yang berkedudukan di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini merupakan bagian dari group AXA dan didirikan berdasarkan hukum Australia yang berkedudukan di 750 Collins Street, Docklands, Victoria 3008, Australia sehingga kepemilikan Bank Mandiri atas saham AXA Mandiri akan meningkat menjadi 51,00. Pembelian 2,00 saham AXA Mandiri tersebut akan menjadi efektif setelah seluruh persyaratan pendahuluan sebagaimana dicantumkan dalam Perjanjian Jual Beli Bersyarat terpenuhi atau dikesampingkan oleh NMI dan Bank Mandiri.

58. KONDISI EKONOMI

Kondisi ekonomi domestik terus membaik sejalan dengan pulihnya siklus global. Produk Domestik Bruto GDP 3Q09 mencatat pertumbuhan sebesar 4,20 Year on Year YoY naik dari 2Q09 sebesar 4,00 YoY. Membaiknya konsumsi masyarakat serta kinerja ekspor telah membantu perekonomian untuk menghasilkan output yang lebih tinggi. Pada kuartal ke tiga konsumsi masyarakat dan ekspor masing-masing mengalami kenaikan sebesar 1,80 dan 8,50 Quarter on Quarter QoQ. Meskipun perekonomian domestik dan global mengalami pemulihan yang signifikan, otoritas umumnya masih ingin mempertahankan stimulasi ekonomi untuk beberapa saat kedepan. Policy rate diperkirakan baru mulai meningkat pada pertengahan tahun depan. Pemerintah tidak ingin proses pemulihan yang saat ini sedang terjadi mengalami gangguan. Untuk tahun 2010, GDP Indonesia diperkirakan mencapai 5,50 dengan inflasi berada pada kisaran 6,30. Untuk mengakomodasi peningkatan inflasi, BI diperkirakan akan melakukan pengetatan sehingga suku bunga acuan dapat mencapai 7,25 diakhir tahun. Sejalan dengan perkembangan ekonomi, kondisi perbankan Indonesia juga diperkirakan membaik. Saat ini rasio kecukupan modal CAR berada pada level yang cukup tinggi, 17,80 dan diperkirakan akan terjaga sepanjang tahun 2010. Kredit akan tumbuh lebih baik dan diprediksi dapat mencapai 15,00 YoY. Meskipun ekspansi kredit lebih tinggi, namun kualitas kredit diperkirakan masih tetap terjaga dimana Non Performing Loan tetap berada dikisaran 4,00-5,00. Laporan keuangan konsolidasian telah mencakup dampak kondisi ekonomi sepanjang hal tersebut dapat ditentukan dan diperkirakan besarnya. Pemulihan perekonomian ke kondisi yang sehat dan stabil sangat tergantung pada kebijakan fiskal dan moneter yang terus menerus diupayakan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk mencapai pemulihan ekonomi, suatu tindakan yang berada diluar kendali Bank Mandiri dan Anak Perusahaan. Tidak ada kejadian setelah tanggal neraca sampai dengan tanggal laporan ini yang mengindikasikan timbulnya ketidakpastian terhadap kelangsungan usaha Bank sebagai akibat ketidakpastian kondisi perekonomian Indonesia. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2009, 2008 DAN 2007 Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain Lampiran 5147 59. JAMINAN PEMERINTAH TERHADAP KEWAJIBAN PEMBAYARAN BANK UMUM Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 26KMK.0171998 tanggal 28 Januari 1998, yang diperbaharui dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 179KMK.0172000 tanggal 26 Mei 2000, Pemerintah Republik Indonesia menjamin beberapa kewajiban bank umum meliputi giro, tabungan, deposito berjangka dan deposito harian, obligasi, efek -efek, pinjaman antar bank, pinjaman yang diterima, transaksi swap mata uang asing dan kewajiban kontinjen lainnya seperti bank garansi, standby letters of credit dan kewajiban lainnya, tidak termasuk pinjaman subordinasi dan kewajiban kepada direktur, dewan komisaris dan pihak - pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Direksi Bank Indonesia dan Ketua BPPN No. 3246KEPDIR dan No. 181BPPN0599 tanggal 14 Mei 1999, jangka waktu jaminan tersebut telah diperpanjang dengan sendirinya, kecuali BPPN dalam waktu sekurang-kurangnya enam bulan sebelum berakhirnya jangka waktu tersebut menerbitkan pemberitahuan bahwa BPPN tidak bermaksud untuk memperpanjang jangka waktu jaminan tersebut. Pada tahun 2001, Surat Keputusan Bersama Direksi Bank Indonesia dan Ketua BPPN dibatalkan oleh Peraturan Bank Indonesia No. 37PBI2001 dan Keputusan Ketua BPPN No. 1035BPPN0401. Pada tahun 2001, Ketua BPPN mengeluarkan Surat Keputusan No. SK-1036BPPN0401 yang mengatur petunjuk pelaksanaan khusus mengenai jaminan Pemerintah Republik Indonesia terhadap kewajiban pembayaran bank umum. Pemerintah membebankan premi berkaitan dengan program penjaminan tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku Catatan 35. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 152004 tanggal 27 Februari 2004 tentang berakhirnya tugas dan penutupan BPPN, dan Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.062004 tanggal 27 Februari 2004, Pemerintah Republik Indonesia membentuk Unit Pelaksana Penjaminan Pemerintah UP3, sebuah institusi baru yang menggantikan BPPN, untuk melanjutkan pelaksanaan Program Penjaminan Pemerintah atas Kewajiban pada Bank-bank Lokal. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 17PMK.052005 tanggal 3 Maret 2005, terhitung sejak tanggal 18 April 2005 jenis kewajiban bank umum yang dijamin berdasarkan Program Penjaminan Pemerintah meliputi giro, tabungan, deposito berjangka dan pinjaman yang diterima dari bank lain dalam bentuk transaksi Pasar Uang Antar Bank. Program Penjaminan Pemerintah melalui Unit Pelaksana Penjamin Pemerintah UP3 telah berakhir pada tanggal 22 September 2005, sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 68PMK.052005 tanggal 10 Agustus 2005 tentang Perhitungan dan Pembayaran Premi Program Penjaminan Pemerintah Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum Untuk periode 1 Juli sampai dengan 21 September 2005. Sebagai pengganti UP3 Pemerintah telah membentuk lembaga independen, yaitu Lembaga Penjamin Simpanan LPS berdasarkan Undang- undang Republik Indonesia No. 24 tahun 2004 tanggal 22 September 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, dimana LPS menjamin dana masyarakat termasuk dana dari bank lain dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan danatau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Berdasarkan Salinan Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan No. 1PLPS2006 tanggal 9 Maret 2006 tentang Program Penjaminan Simpanan, besarnya saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank adalah paling tinggi sebesar Rp100.000.000 nilai penuh. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah PP Nomor 66 Tahun 2008 tentang Besaran Nilai Simpanan yang Dijamin Lembaga Penjaminan Simpanan, maka Nilai Simpanan setiap nasabah pada satu bank yang dijamin oleh Pemerintah naik menjadi sebesar Rp2.000.000.000 nilai penuh dari semula Rp100.000.000 nilai penuh, terhitung efektif tanggal 13 Oktober 2008. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2009, 2008 DAN 2007 Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain Lampiran 5148 59. JAMINAN PEMERINTAH TERHADAP KEWAJIBAN PEMBAYARAN BANK UMUM lanjutan Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2009, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang tentang Lembaga Penjaminan Simpanan telah ditetapkan menjadi Undang-undang sejak tanggal 13 Januari 2009.

60. STANDAR AKUNTANSI BARU