Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
167 Wiwaha menurut Suku Batak Karo
Proses pelaksanaan wiwaha atau adat perkawinan Hindu di Batak Karo dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Tahap sebelum Upacara Perkawinan
1 Ertutut maksudnya saling memperkenalkan diri dari pihak laki-laki dari keturunan mana, dan pihak perempuan itu dari keturunan mana. Hal ini
penting untuk mengetahui bebet, bobot, dan bibit. 2 Naki-naki maksudnya kedua belah pihak mempelai berdua saling berkenalan
untuk mengetahui sifat pribadi calon mempelai. Masing-masing pihak mempelai menyerahkan suatu benda atau uang yang disebut Tagih-tagih.
3 Nungkuni maksudnya jika pihak pria sudah menyetujui calon wanita maka pihak orang tua laki-laki mengadakan hubungan dengan keluarga pihak wanita,
untuk menyampaikan keinginan anaknya dan mengusahakan agar perkawinan mereka dapat dilaksanakan.
Demikian tahap awal persiapan tentang rangkaian upacara perkawinan menurut adat Hindu menurut suku Batak Karo.
b. Nangkih
Pihak laki-laki purusa membawa si wanita ke rumah keluarganya dengan diantar oleh satu atau dua orang. Biasanya si wanita dibawa oleh laki-laki ke rumah pihak
anak berunya. Secara langsung tujuan acara ini adalah untuk mengetahui maksud, tujuan pihak bersangkutan sekaligus dapat menentukan serta mengambil langkah
seperlunya. Dalam hubungan ini, Anak Beru bertanggung jawab menghubungi Anak Beru
pihak si wanita dan orangtuanya untuk mengatur acara adat selanjutnya. Dalam rangka mewujudkan langkah permulaan Nangkih ini, sebelum pihak laki-laki
meninggalkan tempat pemberangkatan, terlebih dahulu disiapkan Penandingen yang biasanya berupa uang atau barang. Dalam Nangkih ini sarana upacaranya adalah
Kampil dan Tabung.
c. Maba Belo Selambar
Empat atau delapan hari setelah Nangkih diadakan kunjungan yang disebut Maba Belo Selambar membawa selembar sirih. Acara kunjungan tersebut cukup sederhana,
pihak keluarga laki-laki yang berkunjung sangat terbatas. Demikian juga pihak keluarga wanita sebagai tuan rumah hanya memberitahu dua orang saudara dari Anak Berunya.
Upacara yang sederhana ini sejenis dengan upacara Byakaon di Bali.
Kelas XI SMASMK
168
Pada kesempatan ini pula ikut dibicarakan tentang ketentuan : waktu, hari dan yang lainnya secara adat yang disebut dengan membawa manuk ayam. Alat yang
dipakai dalam upacara ini adalah kampil berisi sirih, belo sempedi, gambir dua buah, pinang secukupnya, tembakau segulung, tabung, beras, setumba, pinggan tempat
uang, dan beberapa ekor ayam.
d. Maba Manuk membawa ayam.
Acara ini dilaksanakan sesuai dengan hasil kesepakatan pada acara Maba Belo Salambar yang lalu. Untuk pihak laki-laki adalah Anak Beru, Kalimbubu Singalo
Ulu Emas, yaitu pihak saudara laki-laki ibu mempelai laki-laki Singalo Peminin, Singalo Perbibi, dan Serembah Kulau aron dapat menghadiri. Dalam hal ini, untuk
lebih jelasnya yang disebut Anak Beru adalah saudara perempuan pihak laki-laki,
Kalimbubu Singalo Ulu Emas adalah saudara laki-laki ibu mempelai laki paman
si laki. Singalo Peminin adalah saudara laki-laki pihak ibu penganten perempuan dalam bahasa Karo adalah Turang Impal yang tidak bisa dikawini. Singalo Perbibi
adalah saudara ibu perempuan dari pihak pengantin wanita bibi. Dalam hal ini, keluarga masing-masing pihak sebagaimana yang telah diuraikan tadi pada acara
Maba Manuk turut ambil bagian dalam musyawarah besar kecilnya Gantang Tumba
mas kawin yang harus ditanggung oleh pihak keluarga mempelai laki-laki. Anak Beru, Senina masing-masing pihak mengambil tempat di tengah-tengah
pertemuan duduk berhadapan di atas tikar. Mula-mula Anak Beru pihak laki-laki menyuguhkan 5 buah kampil tempat sirih kepada pihak mempelai wanita, satu
untuk Singalo Bere-bere, satu untuk Senina Singalo Peminin dan satu untuk anak Beru. Kampil tersebut diberikan dengan maksud untuk minta ijin apakah musyawarah
sudah dapat dimulai. Setelah kampil tersebut dikembalikan, maka acara musyawarah dapat dimulai dengan berdialog. Dalam pembicaraan antara kedua belah pihak, anak
Beru bertindak sebagai penyambung pembicaraan. Hal–hal yang menjadi pembahasan pada acara tersebut, atara lain pengesahan
dari pihak mempelai perempuan mengenai kesenangan hatinya atas perkawinan yang telah dilaksanakan oleh anaknya. Untuk menentukan jumlah bere-bere harus
dimusyawarahkan dengan Kalimbubu Singalo Bere-bere, di mana harus dihubungkan dengan jumlah kado yang akan dibawanya dengan prinsip pihaknya tidak dirugikan.
Semua kelompok keluarga yang telah disebutkan tadi berhak menerima bagian masing-masing dari Tukur.