Sesudah Perkawinan. Upacara terakhir menurut Adat Karo yang beragama Hindu adalah Nguluhken

Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 171 Proses pelaksanaannya adalah dengan menyodorkan sirih kepada hadirin pihak Sineren mempelai wanita. Selanjutnya acara makan bersama karena mereka telah sah menjadi suami istri yang sebentar lagi membuat rumah tangga yang baru. Pada umumnya laki-laki dan wanita Batak Karo yang sudah kawin, kedua pengantin itu tidak lama hidup atau tinggal bersama orangtua laki-laki. Mereka akan berdiri sendiri berpisah dari rumah tangga orangtuanya. Tindakan mereka yang dilakukan dengan memisahkan diri dari orangtua pihak lelaki disebut dengan istilah ”Penyanyon atau Njoyo“. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa beberapa hal berikut. 1 Perkawinan umat Hindu yang berlaku di Sumatra menggunakan sistem meminang. 2 Perkawinan yang dianggap ideal dalam masyarakat Batak Karo adalah perkawinan orang-orang Rimpal, yakni di mana seorang laki-laki dengan anak perempuan saudara laki-laki ibunya. 3 Dalam menyelesaikan segala kegiatan adat, maka Anak Beru, Kalimbubu dan Senina ini harus ada Sangkep Sitelu atau Rakut Sitelu dan ketiganya ini mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda-beda. 4 Pelaksanaan pesta perkawinan disesuaikan dengan keadaan. Misalnya bagi yang mampu dapat melaksanakan upacara perkawinan secara besar-besaran atau tingkat utama Kerja Sinita dalam bahasa Karo. Biasanya acara seperti ini disertai dengan iringan gendang adat. Bagi umat yang termasuk ekonomi sedang maka dapat melangsungkan upacara dengan tingkat madya atau menengah, sedangkan bagi umat sedharma yang tingkat perekonomiannya rendah dapat melangsungkan upacara perkawinan dengan kecil-kecilan dengan tidak mengurangi nilai pokok dalam ajaran agama, yaitu disesuaikkan dengan Desa, Kala, dan Patra. Pelaksanaan acara perkawinan yang berlangsung secara sederhana ini di Bali disebut dengan istilah Byakaonan. Uji Kompetensi 1. Apakah yang dimaksud dengan sistem perkawinan itu? Jelaskanlah 2. Sebutkanlah sistem perkawinan menurut kitab Manawa Dharmasastra? 3. Jelaskanlah bentuk-bentuk perkawinan yang terdapat dalam kitab Manawa Dharmasastra 4. Apakah sistem perkawinan Mekaro Lemah dan Campuran dapat diterima dalam agama Hindu? Jelaskanlah 5. Buatlah peta konsep yang menggambarkan tentang sistem perkawinan yang ada dalam agama Hindu Diskusikanlah dengan orangtuamu di rumah 6. Buatlah rangkuman yang menggambarkan tentang sistem perkawinan yang ada dalam agama Hindu Kelas XI SMASMK 172

D. Syarat Sah suatu Pawiwahan menurut Hindu

Perenungan: “Prajāvanto anamivā anāgasah”. Terjemahannya: “Ya, Sang Hyang Surya, semoga kami memiliki anak-cucu dan bebaskan dari penyakit dan dosa”. Rg Veda X. 37. 7. Memahami Teks: Wiwaha adalah Samskara dan merupakan lembaga yang tidak terpisahkan dengan hukum Agama Dharma. Menurut ajaran Agama Hindu, sah atau tidaknya suatu perkawinan terkait dengan sesuai atau tidaknya dengan persyaratan yang ada dalam ajaran Agama Hindu. Suatu perkawinan dianggap sah menurut agama Hindu jika memenuhi hal-hal sebagai berikut. 1. Perkawinan dikatakan sah apabila dilakukan menurut ketentuan hukum Hindu. a. Untuk mengesahkan perkawinan menurut hukum Hindu harus dilakukan oleh pendeta atau rohaniawan dan pejabat agama yang memenuhi syarat untuk melakukan perbuatan itu. b. Suatu perkawinan dikatakan sah apabila kedua calon mempelai telah menganut Agama Hindu agama yang sama. c. Berdasarkan tradisi yang telah berlaku di Bali, perkawinan dikatakan sah setelah melaksanakan upacara byakala atau upacara mabiakaonan sebagai rangkaian upacara wiwaha. Demikian juga untuk umat Hindu yang berada di luar Bali, sahnya suatu perkawinan yang dilaksanakan dapat disesuaikan dengan adat dan tradisi setempat. d. Calon mempelai tidak terikat oleh suatu ikatan pernikahan atau perkawinan. e. Tidak ada kelainan, seperti tidak banci, kuming atau kedi tidak pernah haid, tidak sakit jiwa atau ingatan serta sehat jasmani dan rohani. f. Calon mempelai cukup umur, untuk pria minimal berumur 21 tahun, dan yang wanita minimal berumur 18 tahun. g. Calon mempelai tidak mempunyai hubungan darah yang dekat atau sapinda. Apabila salah satu calon mempelai tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, maka perkawinan tersebut dikatakan tidak sah atau gagal. Selain itu untuk legalitas perkawinan berdasarkan hukum nasional, juga tidak kalah pentingnya agar perkawinan tersebut dianggap legal, sah dan kukuh, maka harus dibuatkan “Akta Perkawinan” sesuai dengan Undang-undang yang berlaku. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 173 Orang yang berwenang mengawinkan adalah yang mempunyai status kependetaan atau dikenal dengan mempunyai status Loka Praya Sraya. Demikian juga yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan menurut pasal 23 bab IV Undang-Undang No. 1 tahun 1974 adalah sebagai berikut. 1. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami atau istri yang bersangkutan. 2. SuamiIstri. 3. Pejabat berwewenang hanya selama perkawinan belum diputuskan. 4. Pejabat yang ditunjuk dalam ayat 1 pasal 16 Undang-Undang No. 1 tahun 1974, dan setiap orang yang mempunyai kepentingan hukum secara langsung terhadap perkawinan tersebut, tetapi hanya setelah perkawinan ini putus. Uji Kompetensi 1. Syarat apa-sajakah yang diperlukan oleh seseorang untuk dapat melaksanakan perkawinan dengan baik dan benar? Jelaskanlah 2. Apabila persyaratan yang ditentukan untuk legalnya sebuah perkawinan tidak dapat diikuti oleh calon mempelai, apakah yang akan terjadi? Jelaskanlah 3. Bilamana sebuah perkawianan menurut Hindu dapat dipandang sah? Jelaskanlah 4. Buatlah rangkuman tentang perundang-undangan yang berlaku terkait dengan legal dan tidaknya suatu perkawinan 5. Buatlah peta konsep yang menggambarkan tentang sahnya suatu perkawinan yang dilaksanakan oleh calon mempelai Diskusikanlah dengan orangtuamu di rumah