Sloka-sloka Vibhuti Marga sebagai Tuntunan Hidup

Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 71 “vṛhatsumnaá prasavitā niveṡano jagataá sthāturubhayasya yo vaṡi sa no devaá savitā ṡarma yaccha tvasme kṣayāya trivarutham aṁhasaá.” Terjemahannya: “Tuhan yang Mahapengasih, yang memberi kehidupan pada alam dan menegakkannya. Ia yang mengatur baik yang bergerak dan yang tidak bergerak. Semoga Ia Savitar, memberikan rakhmat-Nya kepada kami. Untuk ketentraman hidup, dengan kemampuan melawan kekuatan jahat.” Ag Veda IV. 53. 6 Dewa Surya disebut dengan sebutan Savita atau Savitar adalah sebagai dewa pencipta kehidupan yang ada di alam semesta, Maha Agung dan Mahakasih sebagai sumber kebajikan dan keindahan serta kebenaran. Pada dewa inilah semua makhluk berlindung beserta memohon agar dewa ini dapat memberikan ketentraman hidup dengan kekuatan untuk mampu melawan kejahatan. Penggambaran sifat-sifat mulia dan agung dari Ida Sang Hyang Widhi WasaTuhan Yang Maha Esa dapat dilakukan dengan berbagai macam simbol. Penggambaran tentang Tuhan Yang Maha Esa dilakukan untuk mempermudah umat memahami tentang sifat-sifat Tuhan yang maha. Uji Kompetensi 1. Umat sedharma yakin dengan keberadaan Tuhan, dapatkah Tuhan digambarkan? 2. Mengapa kita perlu menggambarkan perwujudan Tuhan? 3. Temukanlah bait-bait sloka yang menggambarkan tentang Tuhan dari berbagai sumber yang diketahui Sebelumnya diskusikanlah dengan orangtua kamu di rumah 4. Buatlah karya tulis dengan topik “Penggambaran Tuhan”, mempergunakan kertas A.4, huruf TNR 12,1,5, spasi dan jumlah halaman 5 s.d 15 halaman serta kumpulkan pada waktu yang telah ditentukan. Sebelumnya diskusikanlah dengan orangtua dan atau teman sebaya kamu di rumah 5. Perhatikan gambar di samping, bagaimana hubungannya dengan ajaran Vibhuti Marga? Buatlah deskripsinya Sebelumnya, diskusikan dengan orangtua kamu di rumah dan juga teman- teman sekelompok kamu Sumber : Dok. Pribadi 4.4 Pohon kayu Cemcem putih Kelas XI SMASMK 72 Manawa Dharmasãstra Kitab Hukum Hindu “Satyaṁ brūyat priyaṁ, priyaṁ ca nānṛtaṁ brūyād eṣa dharmaá sanātanaá”. Terjemahannya : “Hendaknya ia mengatakan apa yang benar, hendaknya ia mengucapkan apa yang menyenangkan hati, hendaknya ia jangan mengucapkan kebenaran yang tidak menyenangkan dan jangan pula ia mengucapkan kebohongan yang menyenangkan, inilah hukum hidup duniawi yang abadi” M.Dharmasastra IV.138.

A. Pengertian Manawa Dharmaṡāstra sebagai Kitab Hukum Hindu

Perenungan “Šrutistu vedo vijñeyo dharmaṡāstram tu vai smṛtiá te sarvātheṣva mimāmsye tābhyāṁ dharmohi nirBabhau”. Terjemahannya: “Yang dimaksud dengan Sruti, ialah Veda dan dengan Smrti adalah Dharmasastram, kedua macam pustaka suci ini tak boleh diragukan kebenaran ajarannya, karena keduanya itulah sumber dharma” M.Dharmasastra II.10. Memahami Teks Kata dharmaṡastra berasal dari bahasa Sansekerta dharma – Šāstra. Dharma masculine m : perintah menetapkan; lembaga; adat kebiasaan; aturan; kewajiban; moral; pekerjaan yang baik; kebenaran; hukum; keadilan Kamus Kecil Sansekerta Indonesia KKSI hal. 121. Šāstra neuter n : perintah; ajaran; nasihat; aturan; teori; tulisan ilmiah KKSI hal. 246. Dharmaṡāstra berarti ilmu hukum. Bab 5 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 73 Bila kita membaca kitab-kitab mantra dan sastra-sastra Sansekerta yang tersedia kitab Smrti dinyatakan sebagai kitab Dharmaṡāstra. Smrti adalah kelompok kitab yang kedua sesudah kitab Sruti. Dharmaṡāstra Smrti dipandang sebagai kitab hukum Hindu karena di dalamnya banyak dimuat tentang syariat Hindu yang disebut dharma. Dharma disamakan artinya dengan syariat di dalam bahasa arab. Tentang Dharmaṡāstra sebagai kitab Hukum Hindu selanjutnya didapatkan keterangan yang sangat mendukung keberadaannya sebagai berikut. “Šruti wedaá samākhyato dharmaṡāstram tu wai smṛtiá, te sarwātheswam imāmsye tābhyāṁ dharmo winirbhþtaá. Nyang ujaraken sekarareng, Šruti ngaranya Sang Hyang Catur Veda, Sang Hyang Dharmaṡāstra Smṛti ngaranira, Sang Hyang Šruti lawan Sang Hyang Smṛti sira juga prāmanākena, tūtakena warah-warah nira, ring asing prayojana, yawat mangkana paripurna alep Sang Hyang Dharmaprawṛtti“ Sarasamuscaya, 37 Terjemahannya: “Ketahuilah oleh mu Šruti itu adalah Veda dan Šmṛti itu sesungguhnya adalah Dharmaṡāstra; keduanya harus diyakini dan dituruti agar sempurna dalam melaksanakan dharma itu”. Yang dimaksud dengan Sruti itu sama dengan Veda dan Dharmasastra itu sesungguhnya Smrti, Sruti dan Smrti, keduanya supaya dijalankan, supaya dituruti untuk setiap usaha, selama demikian halnya, maka sempurnalah dalam berbuat dharma. Penjelasan dan terjemahan yang tertulis dalam kitab Sarasamuscaya yang diterbitkan oleh Departemen Agama hanya berdasarkan terjemahan bahasa Sansekerta dan Jawa kuno. Menurut terjemahan bahasa Jawa kuno itu, pemahaman tentang Veda sebagai sumber hukum telah diperluas, seperti; istilah Veda diterjemahkan dengan Catur Veda. Walaupun demikian pengertian semula tidaklah berubah maknanya. Yang menarik perhatian dan perlu dicamkan ialah bahwa kitab Manawa Dharmasastra maupun kitab Sarasamuscaya menganggap bahwa Sruti dan Smrti itu adalah dua sumber pokok dari dharma. Gambar 5.1 Hukum Hindu Sumber : Dok. https:www.facebook.com sumber. www.facebook.com 5.1 Hukum Hindu