Syarat-syarat dan Aturan dalam Pelaksanaan Yajña

Kelas XI SMASMK 36 Agar pelaksanaan yajña lebih eisien, maka syarat pelaksanaannya perlu mendapat perhatian, yaitu sebagai berikut. 1. Sastra, yaitu yajña harus berdasarkan Veda. 2. Sraddha, yaitu yajña harus dengan keyakinan. 3. Lascarya, keikhlasan menjadi dasar utama yajña. 4. Daksina, memberikan dana kepada pandita. 5. Mantra, puja, dan gita, wajib ada pandita atau pinandita. 6. Nasmuta atau tidak untuk pamer, jangan sampai melaksanakan yajña hanya untuk menunjukkan kesuksesan dan kekayaan. 7. Anna Sevanam, yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan cara mengundang makan bersama. 8. Dalam Bhagavad Gita XVII. 11, 12, dan 13 disebutkan ada tiga kualitas yajña, yakni sebagaimana tertera di bawah ini. a Satwika Yajña Satwika Yajña adalah kebalikan dari Tamasika Yajña dan Rajasana Yajña bila didasarkan penjelasan Bhagawara Gita tersebut di atas. Satwika Yajña adalah yajña yang dilaksanakan sudah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Syarat-syarat yang dimaksud, antara lain sebagai berikut. 1 Yajña harus berdasarkan sastra. Tidak boleh melaksanakan yajña sembarangan, apalagi didasarkan pada keinginan diri sendiri karena mempunyai uang banyak. Yajña harus melalui perhitungan hari baik dan buruk, yajña harus berdasarkan sastra dan tradisi yang hidup dan berkembang di masyarakat. 2 Mengingat arti yajña itu adalah pengorbanan suci yang tulus ikhlas, Sang Yazamana atau penyelenggara yajña tidak boleh kikir dan mengam- bil keuntungan dari kegiatan yajña. Apabila dilakukan, maka kualitasnya bukan lagi disebut sattwika. 3 Yajña harus menghadirkan sulinggih yang disesuaikan dengan besar kecilnya yaj- ña. Kalau yajñanya besar, sebaiknya hadirkan seorang sulinggih dwijati atau pandita. Tetapi kalau yajñanya kecil, cukup dipuput oleh seorang pemangku atau pinandita saja. Gambar 2.8 Persembahan di Gunung Bromo Sumber : Dok. Pribadi Sumber: Dok Pribadi 2.8 Persembahan di Gunung Bromo Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 37 4 Dalam setiap upacara yajña, Sang Yajamana harus mengeluarkan daksina. Daksina adalah dana uang kepada sulinggih atau pinandita yang muput yajña. Jangan sampai tidak melakukan itu, karena daksina adalah bentuk dari Rsi Yajña dalam Panca Yajña. 5 Yajña juga sebaiknya menghadirkan suara genta, gong atau mungkin Dharmagita. Hal ini juga disesuaikan dengan besar kecilnya yajña. Apabila biaya untuk melaksanakan yajña tidak besar, maka suara gong atau dharmagita boleh ditiadakan. b Rajasika Yajña Rajasika Yajña adalah yajña yang dilakukan dengan penuh harapan akan hasilnya dan dilakukan hanya untuk pamer saja. Kualitas yajña ini relatif sangat rendah. Walaupun semua persyaratan dalam sattwika yajña sudah terpenuhi, namun apabila Sang Yajamana atau yang menyelenggarakan yajña ada niat untuk memperlihatkan kekayaan dan kesuksesannya, maka nilai yajña itu menjadi rendah. Dalam Siwa Purana disampaikan bahwa seorang raja mengundang Dewa Siwa untuk menghadiri dan memberkati yajña yang akan dilaksanakannya. Dewa Siwa mengetahui bahwa tujuan utama mengundang-Nya hanyalah untuk memamerkan jumlah kekayaan, kesetiaan rakyat, dan kekuasaannya. Mengetahui niat tersebut, raja pun mengundang Dewa Siwa. Pada hari yang telah ditentukan, Dewa Siwa tidak mau datang, tetapi mengirim putranya yang bernama Dewa Gana untuk mewakili-Nya menghadiri undangan Raja itu. Dengan diiringi banyak prajurit, berangkatlah Dewa Gana ke tempat upacara. Upacaranya sangat mewah, semua raja tetangga diundang, dan seluruh rakyat ikut memberikan dukungan. Dewa Gana diajak berkeliling istana oleh raja sambil menunjukkan kekayaannya berupa emas, perak, dan berlian yang jumlahnya bergudang- gudang. Dengan bangga, raja menyampaikan berapa jumlah emas dan berliannya. Sementara rakyat dari kerajaan ini masih hidup miskin karena kurang diperhatikan oleh raja dan pajaknya selalu dipungut oleh Raja. Mengetahui hal tersebut, Dewa Gana ingin memberikan pelajaran kepada Sang Raja. Ketika sampai pada acara menikmati makanan dan minuman, Dewa Gana pun menghabiskan seluruh makanan yang ada. Bukan itu saja, seluruh perabotan berupa piring emas dan lain sebagainya semua dihabiskan oleh Dewa Gana. Raja menjadi sangat bingung sementara Dewa Gana terus meminta makan. Apabila tidak diberikan, Dewa Gana mengancam akan memakan semua kekayaan dari Sang Raja. Kelas XI SMASMK 38 Khawatir kekayaannya habis dimakan Dewa Gana, Raja ini kembali menghadap Dewa Siwa dan mohon ampun. Lalu diberikan petunjuk dan nasihat agar tidak sombong karena kekayaan dan membagikan seluruh kekayaan itu kepada seluruh rakyat secara adil. Kalau menyanggupi, barulah Dewa Gana menghentikan aksinya minta makan terus kepada Raja. Dengan terpaksa Raja yang sombong ini menuruti nasihat Dewa Siwa yang menyebabkan kembali baiknya Dewa Gana. Pesan moral yang disampaikan cerita ini adalah, janganlah melaksanakan yajña berdasarkan niat untuk memamerkan kekayaan. Selain membuat para undangan kurang nyaman, juga nilai kualiatas yajña tersebut menjadi lebih rendah. c Tamasika Yajña Ini adalah yajña yang dilakukan tanpa mengindahkan petunjuk-petunjuk sastranya, tanpa mantra, tanpa ada kidung suci, tanpa ada daksina, tanpa didasari oleh kepercayaan. Tamasika Yajña adalah yajña yang dilaksanakan dengan motivasi agar mendapatkan untung. Kegiatan semacam ini sering dilakukan sehingga dibuat Panitia Yajña dan diajukan proposal untuk melaksanakan upacara yajña dengan biaya yang sangat tinggi. Akhirnya yajña jadi berantakan karena Panitia banyak mencari untung. Bahkan setelah yajña dilaksanakan, masyarakat ternyata berhutang di sana sini. Yajña semacam ini sebaiknya jangan dilakukan karena sangat tidak mendidik. Uji Kompetensi 1. Coba sebut dan jelaskan syarat-syarat yang wajib dipedomani dalam melaksanakan yajña Sebelumnya diskusikanlah dengan orangtuamu di rumah. 2. Sebutkan tiga kualitas yajña dan berikan masing-masing penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 39

D. Mempraktikkan Yajña menurut Kitab Mahabharata dalam Kehidupan

Perenungan ”Ya indra sasty-avrato anuṣvāpam-adevayuá, svaiá sa evair mumurat poṣyam rayiṁ sanutar dhei taṁ tataá”. Terjemahannya adalah. ”Tuhan Yang Maha Esa, orang yang tidak beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah lamban dan mengantuk, mati oleh perbuatannya sendiri. Berikanlah semua kekayaan yang dikumpulkan oleh orang semacam itu, kepada orang lain”. Åg Veda VIII. 97.3 Memahami Teks Beryajña bagi umat Hindu hukumnya wajib walau bagaimana dan di mana pun mereka berada. Sesuatu yang di- laksanakan dengan dilandasi oleh yajña adalah utama. Bagaimana agar semua yang kita laksanakan ini dapat berman- faat dan bekualitas-utama, mendekatlah kepada-Nya dengan tali kasih karena sesungguhnya Tuhan Maha pengasih. Kitab Bhagavad Gita menjelaskan sebagaimana berikut ini. ”Ye tu dharmyāmṛtam idaṁ yathoktaṁ paryupāsate, sraddadhānā mat-paramā bhaktās te ’tiva me priyāá.” Terjemahannya adalah. ”Sesungguhnya ia yang melaksanakan ajaran dharma yang telah diturunkan dengan penuh keyakinan, dan menjadikan Aku sebagai tujuan, penganut inilah yang paling Ku-kasihi, karena mereka sangat kasih pada-Ku.” Bhagavad Gita XII. 20 Gambar 2.9 Menata Upakara Yajna Sumber : Dok. Pribadi Mdn. sumber. dok. Pribadi Mdn 2.9 Menata Upakara Yadna Kelas XI SMASMK 40 Kasih sayang adalah sikap yang utama bagi pelakunya. Maksudnya, membiasakan diri hidup selalu bersahabat sesama makhluk, jauh dari keakuan dan keangkuhan, serta selalu besama dalam suka dan duka serta pemberi maaf. Orang-orang terkasih selalu dapat mengendalikan diri, berkeyakinan teguh, terbebas dari kesenangan, kemarahan, dan kebingungan. Dia tidak mengharapkan apa pun, tidak terusik dan tidak memiliki pamrih apa pun. Orang-orang terkasih adalah mereka yang terbebas dari pujian dan makian, pendiam dan puas dengan apa pun yang dialaminya. Persembahan apa pun yang dilaksanakan oleh seseorang kepada-Nya dapat diterima, karena Beliau bersifat Mahakasih. Daksina dan Pemimpin Yajña Mendengar kata daksina, dalam benak orang Hindu “Bali” yang awam akan terbayang dengan salah satu jejahitan yang berbentuk cerobong silinder terbuat dari daun kelapa yang sudah tua, dan isinya berupa beras, uang, kelapa, telur itik dan perlengkapan lainnya. Daksina adalah sesajen yang dibuat untuk tujuan kesaksian spiritual. Daksina adalah lambang Hyang.Guru Dewa Siwa dan karena itu digunakan sebagai saksi Dewata. Makna kata daksina secara umum adalah suatu penghormatan dalam bentuk upacara dan harta benda atau uang kepada pendetapemimpin upacara. Penghormatan ini haruslah dihatur- kan secara tulus ikhlas. Persembahan ini sangat penting dan bahkan merupakan salah satu syarat mutlak agar yajña yang diselenggarakan berkualitas satwika yajña. Selanjut- nya bagaimana pentingnya daksina dalam yajña, dikisahkan dalam cerita berikut. Setelah perang Bharatayuda usai, Sri Krishna menganjurkan kepada Pandawa untuk menyelenggarakan upacara yajña yang disebut Aswa- medha yadnya. Upacara korban kuda itu berfungsi untuk menyucikan secara ritual dan spiritual negara Hastinapura dan Indraprastha karena dipandang leteh kotor akibat perang besar berkecamuk. Di samping itu juga bertujuan agar rakyat Pandawa tidak diliputi rasa angkuh dan sombong akibat menang perang. Gambar 2.10 Daksina Sumber : Dok. Pribadi sumber. dok. Pribadi Gambar 2.10 Daksina