Meminang Sistem Pawiwahan dalam Agama Hindu

Kelas XI SMASMK 166 Dalam peminangan itu kedua belah pihak merundingkan persyaratan perkawinan yang ditanggung oleh masing-masing pihak, seperti pelakumas kawin, saput, pakaian, dan panginan jandau. Jika telah dicapai kata sepakat, barulah pihak laki- laki menyerahkan pinangan tersebut kepada pihak perempuan. Ayam tersebut dibuatkan sesajen, darahnya diambil sedikit untuk mencucikan kedua calon mempelai. LilisLamiang dari pihak laki-laki diikatkan pada pergelangan tangan calon mempelai perempun. Begitu juga lilis dari pihak perempuan diikatkan pada pergelangan tangan calon mempelai laki-laki. Semua kesepakatan yang dicapai dalam acara peminangan ini dibuatkan surat yang diketahui oleh Demang Kepala Adat.

c. Tahap pengukuhan perkawinan.

Sebelum keberangkatan mempelai laki-laki menuju kediaman mempelai perempuan, terlebih dahulu diadakan upacara pemberangkatan. Setiba di rumah mempelai perempuan, mempelai laki-laki terlebih dahulu menginjak telur ayam yang diletakkan di atas batu yang disiapkan di depan pintu. Setelah itu mempelai laki-laki Mapas dengan menggunakan daun andong yang dicelupkan dalam air cucian beras. Maksud memapas ini adalah untuk menyucikan lahir bathin, untuk mempelai wanita telah diadakan pada malam sebelumnya. Setiba di rumah diadakan upacara Haluang Hapelek perkawinan adat. Pengukuhan perkawinan secara Agama Hindu di Dayak berlangsung keesokan harinya, pada pengukuhan perkawinan, kedua mempelai duduk bersanding di atas sebuah gong, tangan mereka memegang ponjon andong, rabayang, rotan, serta menghadap sajen yang ditunjukkan kepada Putir Santang manifestasi Ranjung HattalaTuhan di bidang perkawinan. Yang melaksanakan pengukuhan perkawinan adalah tujuh orang rohaniawan Agama Hindu menggunakan darah binatang kurban, minyak kelapa, dan beras. Setelah itu, kedua mempelai diberi makan tujuh buah nasi tumpeng yang terlebih dahulu digabungkan menjadi satu, kemudian dibagi berdua. Sebagai penutup kedua mempelai manuhei sebanyak tujuh kali di depan rumah. Sore harinya dilanjutkan dengan upacara Mahenjean Penganten yang pada prinsipnya memberikan nasihat tentang pekawinan terhadap kedua mempelai. Selama tujuh hari terhitung sejak upacara pengukuhan perkawinan, kedua mempelai menjalankan beberapa pantangan, antara lain tidak keluar rumah dan tidak membunuh atau menyiksa binatang. Pada hari yang kedelapan kedua mempelai melakukan kunjungan ke rumah sesepuh keluarga mempelai untuk memohon doa restu. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 167 Wiwaha menurut Suku Batak Karo Proses pelaksanaan wiwaha atau adat perkawinan Hindu di Batak Karo dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. Tahap sebelum Upacara Perkawinan

1 Ertutut maksudnya saling memperkenalkan diri dari pihak laki-laki dari keturunan mana, dan pihak perempuan itu dari keturunan mana. Hal ini penting untuk mengetahui bebet, bobot, dan bibit. 2 Naki-naki maksudnya kedua belah pihak mempelai berdua saling berkenalan untuk mengetahui sifat pribadi calon mempelai. Masing-masing pihak mempelai menyerahkan suatu benda atau uang yang disebut Tagih-tagih. 3 Nungkuni maksudnya jika pihak pria sudah menyetujui calon wanita maka pihak orang tua laki-laki mengadakan hubungan dengan keluarga pihak wanita, untuk menyampaikan keinginan anaknya dan mengusahakan agar perkawinan mereka dapat dilaksanakan. Demikian tahap awal persiapan tentang rangkaian upacara perkawinan menurut adat Hindu menurut suku Batak Karo.

b. Nangkih

Pihak laki-laki purusa membawa si wanita ke rumah keluarganya dengan diantar oleh satu atau dua orang. Biasanya si wanita dibawa oleh laki-laki ke rumah pihak anak berunya. Secara langsung tujuan acara ini adalah untuk mengetahui maksud, tujuan pihak bersangkutan sekaligus dapat menentukan serta mengambil langkah seperlunya. Dalam hubungan ini, Anak Beru bertanggung jawab menghubungi Anak Beru pihak si wanita dan orangtuanya untuk mengatur acara adat selanjutnya. Dalam rangka mewujudkan langkah permulaan Nangkih ini, sebelum pihak laki-laki meninggalkan tempat pemberangkatan, terlebih dahulu disiapkan Penandingen yang biasanya berupa uang atau barang. Dalam Nangkih ini sarana upacaranya adalah Kampil dan Tabung.

c. Maba Belo Selambar

Empat atau delapan hari setelah Nangkih diadakan kunjungan yang disebut Maba Belo Selambar membawa selembar sirih. Acara kunjungan tersebut cukup sederhana, pihak keluarga laki-laki yang berkunjung sangat terbatas. Demikian juga pihak keluarga wanita sebagai tuan rumah hanya memberitahu dua orang saudara dari Anak Berunya. Upacara yang sederhana ini sejenis dengan upacara Byakaon di Bali.