peningkatan setiap tahunnya dengan rata-rata kenaikkan sebesar 0,81. Memasuki tahun 1998 dimana krisis ekonomi melanda Indonesia, tingkat
upah pekerja yang ada dirasakan sudah tidak mencukupi kebutuhan mereka.
Tingkat upah yang terjadi untuk sektor makanan pada tahun 1998 adalah sebesar Rp. 221.267. Tingkat upah tersebut mengalami peningkatan
hingga tahun 2003 menjadi sebesar Rp 498.833. Rata-rata kenaikan per tahun sebesar 18,78.
Perkembangan Tingkat Upah Rata-rata Pekerja Sektor Makanan
100,000 200,000
300,000 400,000
500,000 600,000
19 81
19 83
19 85
19 87
19 89
19 91
19 93
19 95
19 97
19 99
20 01
20 03
Tahun R
p bu
la n
Tingkat Upah Pekerja
Sumber : Biro Pusat Statistik tahun 1981-2003 Gambar 16.Tingkat upah rata-rata pekerja di sektor makanan
8. Tingkat Kompetisi Ekspor
Tingkat kompetisi ekspor agroindustri komoditas udang Indonesia yang diukur dengan menggunakan indeks RCA cenderung
mengalami kenaikan mulai tahun 1981 hingga tahun 1990. Pada tahun 1981 nilai indeks tingkat kompetisi ekspor agroindustri komoditas udang
Indonesia sebesar 6,84 dan mencapai puncaknya pada tahun 1990 sebesar 14,69.
Pada periode setelah tahun 1990 tingkat kompetisi ekspor agroindustri komoditas udang Indonesia mengalami penurunan hingga
tahun 1993. Kemudian pada periode 1994-2003, perkembangan tingkat
kompetisi ekspor cenderung stabil. Pada tahun 1994 angka indeks RCA sebesar 11,87 dan tahun 2003 indeks RCA mencapai 11,76. Rata-rata nilai
indeks RCA selama periode 1981-2003 adalah sebesar 10,93.
Perkembangan Tingkat Kompetisi Ekspor
2 4
6 8
10 12
14 16
1981 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003
Tahun N
Ila i In
d e
k s
Indeks RCA Udang Indeks RCA Tuna
Sumber : Diolah dari database fishstat FAO, WTO, BPS dan Departemen Kelautan dan Perikanan tahun 1981-2003
Gambar 17. Tingkat ekspor agroindustri komoditas udang dan tuna Tingkat kompetisi ekspor agroindustri komoditas tuna Indonesia
yang diukur dengan menggunakan RCA cenderung mengalami kenaikan mulai tahun 1981 hingga tahun 1991. Pada tahun 1981 nilai indeks tingkat
kompetisi ekspor agroindustri komoditas tuna Indonesia sebesar 1,105 dan mencapai puncaknya pada tahun 1991 sebesar 7,491.
Pada periode setelah tahun 1991 tingkat kompetisi ekspor agroindustri komoditas tuna Indonesia mengalami penurunan hingga tahun
1997. Kemudian pada periode 1998-2003, perkembangan tingkat kompetisi ekspor cenderung stabil. Pada tahun 1998 angka indeks RCA
sebesar 4,783 dan tahun 2003 indeks RCA mencapai 4,966. Rata-rata nilai indeks RCA selama periode tersebut adalah sebesar 4,051. Pada gambar
17 disajikan perkembangan RCA mulai tahun 1981-2003.
B. PEMODELAN EKONOMETRIK
Proses pemodelan ekonometrik dimulai dengan identifikasi faktor- faktor penentu daya saing ekspor beserta variabel-variabel penjelas yang
terdapat didalamnya. Hasil identifikasi faktor dan variabel bebas yang didapatkan adalah faktor produksi memiliki variabel penjelas produktivitas
dalam penelitian ini diukur dalam produktivitas modal dan harga bahan baku. Faktor kebijakan pemerintah memiliki variabel penjelas tingkat
sukubunga, tingkat upah, dan derajat liberalisasi perdagangan. Faktor teknologi dan inovasi mempunyai variabel penjelas investasi dalam riset dan
pengembangan. Faktor perilaku konsumen mempunyai variabel penjelas diferensiasi produk, harga produk terkait, pendapatan perkapita indonesia dan
pendapatan perkapita negara importir. Untuk variabel makroekonomi mempunyai variabel penjelas tingkat inflasi dan indeks nilai tukar.
Kemudian dilakukan pemodelan ekonometrik terhadap komoditas udang yang secara bersamaan dilakukan pula verifikasi uji statistik untuk
menghasilkan best fit model. Model tersebut memiliki enam variabel penjelas yaitu tingkat sukubunga, tingkat upah, pendapatan perkapita indonesia,
pendapatan perkapita negara importir, diferensiasi produk dan harga bahan baku. Keenam variabel penjelas tersebut siginifikan terhadap model dan
memenuhi asumsi BLUE Best Linear Unbiased Estimator berdasarkan Uji- T, Uji-F, Nilai R
2
, statistik durbin-watson dan nilai VIF Variance Inflation Factor
. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 3 pada halaman 56. Untuk komoditas tuna, best fit model yang didapat memiliki tujuh
variabel penjelas yaitu tingkat sukubunga, tingkat upah, pendapatan perkapita Indonesia, pendapatan perkapita negara importir, Harga produk terkait,
produktivitas modal dan diferensiasi produk. Dari ketujuh variabel penjelas yang terdapat dalam model, hanya ada lima variabel yang memenuhi asumsi
BLUE. Variabel-variabel tersebut adalah tingkat sukubunga, tingkat upah, pendapatan perkapita Indonesia, pendapatan perkapita negara importir dan
diferensiasi produk. Hasil pemodelan selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 4 pada halaman 60.