AGROINDUSTRI PERIKANAN TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Cook et al., 1990, selain kebijakan yang telah diuraikan juga perlu diperhatikan kebijakan yang terkait dengan ketidakseimbangan eksternal. Instrumen kunci dari kebijakan ini adalah kontrol pemerintah terhadap nilai tukar dan pilihan tingkat nilai tukar yang benar adalah suatu keputusan yang penting dalam sistem ekonomi terbuka. Menurut Salvatore 1995, perdagangan antar negara hanya dapat berlangsung jika dimungkinkan menukar mata uang satu negara menjadi mata uang negara lain. Nilai tukar satu mata uang terhadap lainnya merupakan bagian dari proses valuta asing. Valuta asing mengacu pada mata uang asing aktual atau berbagai klaim atasnya, seperti deposito bank atau surat sanggup bayar yang diperdagangkan. Nilai tukar valuta asing adalah harga dimana pembelian dan penjualan valuta asing berlangsung; nilai tukar merupakan jumlah mata uang dalam negeri yang harus dibayarkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Penetapan nilai tukar dilakukan berdasarkan permintaan dan penawaran terhadap suatu mata uang asing. Fluktuasi nilai tukar disebabkan karena berubahnya permintaan dan penawaran dalam bursa valuta asing. Kenaikan harga domestik atas barang impor, kenaikan harga luar negeri atas barang impor dan perubahan tingkat harga secara keseluruhan akan dapat mempengaruhi tingkat nilai tukar suatu mata uang asing. Bila tingkat harga disuatu negara naik relatif terhadap tingkat harga di negara lainnya, maka nilai ekuilibrium mata uang negara tersebut akan turun relatif terhadap nilai ekuilibrium mata uang di negara lain tadi Salvatore, 1995.

C. AGROINDUSTRI PERIKANAN

Brown 1994 dalam Nasution 2002 mendefinisikan agroindustri sebagai pengolahan bahan baku yang bersumber dari tanaman atau binatang. Pengolahan yang dimaksud meliputi pengolahan berupa proses transformasi dan pengawetan melalui perubahan fisik maupun kimiawi, pengepakan dan pendistribusian produknya. Dari definisi tersebut terlihat bahwa pelaku agroindustri berada antara petani yang memproduksi hasil pertanian sebagai bahan baku agroindustri dengan pengguna produk agorindustri. Agroindustri perikanan dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi mulai dari kegiatan penyediaan bahan baku, processing, sampai ke pemasaran. Adapun tujuannya adalah untuk 1 memberikan nilai tambah pada produk perikanan, 2 mengamankan produksi karena sifat produk yang mudah rusak perishable, 3 diversifikasi produk-produk perikanan, 4 menjamin kontinuitas ketersediaan ikan sepanjang tahun, dan 5 meningkatkan jangkauan pemasaran ikan pada tingkat permintaan yang dinamis Dahuri, 2004. Corak perikanan Indonesia pada saaat ini lebih mengarah pada intensif tenaga. Hampir sekitar dua juta nelayan, petani ikan tambak, keramba dan pengusaha kecil terlibat dalam kegiatan penangkapan, budidaya, pengolahan dan distribusi. Hasil tangkapan dan budidaya ini diolah melalui dua saluran. Saluran pertama, yaitu produk-produk yang dapat diekspor diproses oleh beberapa perusahaan besar terutama cold storage. Saluran kedua mengikuti jalur pengolahan oleh pengusaha kecil dan rumah tangga, dimana sekitar 50 persen lebih diolah secara tradisional seperti penggaraman, pemindangan dan pengasapan Saidah, 2005. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang relatif lebih murah bila dibandingkan dengan daging ayam, daging domba dan daging sapi. Meskipun produksi total ikan naik, namun masalah pemasaran ikan tidak akan timbul karena sebagian besar dari produk yang ada dipasaran dalam bentuk segarbeku dan dalam kaleng dan hanya sebagian kecil yang diolah menjadi fillet, baso ikan, ikan asin, ikan kering, ikan asap dan tepung ikan Saidah, 2005. Produksi perikanan pada tahun 2001 tercatat 5,1 juta ton yang terdiri atas 3,9 juta ton produksi perikanan laut dan 1,1 juta ton produksi perikanan darat. Menurut data BPS tahun 2002 produksi perikanan mencapai 5,3 juta ton atau meningkat 5,6 persen bila dibandingkan dengan tahun 2001. peningkatan pada tahun 2001 dan 2002 terjadi hampir diseluruh kegiatan usaha perikanan, baik perikanan darat maupun perikanan laut, sedangkan produksi perikanan paad tahun 2003 diperkirakan mencapai 5,6 juta ton. Sehubungan dengan hal tersebut, terjadi peningkatan nilai ekspor pada produk agroindustri perikanan utama yaitu komoditas udang dan tuna. Pada tahun 2002 nilai ekspor komoditas udang beku mencapai 817 juta dollar dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 830 juta dollar. Untuk komoditas tuna, pada tahun 2002 mencapai nilai ekspor sebesar 212 juta dollar dan sedikit mengalami peningkatan pada tahun 2003 menjadi sebesar 213 juta dollar DKP, 2003. Besarnya hasil produksi perikanan Indonesia merupakan potensi bagi pemerintah untuk dapat mengembangkan industri yang mengolah hasil perikanan. Akan tetapi apabila melihat kondisi sistem agribisnis dan agroindustri perikanan yang lemah antara sektor penangkapan dan pengolahan mengakibatkan agroindustri perikanan tidak dapat tumbuh optimal. Menurut data Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia APII, tingkat utilitas dari pabrik pengalengan ikan Indonesia saat ini hanya 25 persen dari kapasitas terpasang. Jadi hanya memproduksi 100.000 ton dari total kapasitas 400.000 tontahun yang mampu dimanfaatkan. Permasalahan yang terjadi adalah industri pengalengan ikan mengalami kesulitan dalam hal pasokan bahan baku. Kebijakan pemerintah disektor kelautan dan perikanan belum mendukung perkembangan industri pengolahan ikan dalam negeri. Salah satunya adalah hingga kini masih memberikan perizinan kepada nelayan asing untuk menangkap ikan di Indonesia dan menjualnya ke luar negeri. Hal tersebut mengakibatkan industri pengolahan ikan dalam negeri terutama industri cold storage dan pengalengan ikan yang berorientasi ekspor mengalami kekurangan bahan baku Saidah, 2005. Kekurangan bahan baku juga diakibatkan karena kurangnya keterkaitan antara subsistem-subsistem agribisnis perikanan yang terlihat dari fakta rasio antara ikan yang diolah lebih lanjut sebelum diekspor dengan ikan tangkapan yang langsung diekspor dalam keadaan mentah. Lebih lanjut Saidah 2005 mengatakan permasalahan bahan baku dapat teratasi dengan campur tangan pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan insentif pajak dan hanya memberikan izin penangkapan ikan kepada nelayan asing yang bersedia membangun industri pengolahan di Indonesia.

D. KONSEP DAYA SAING