1. Pemodelan ekonometrik komoditas udang
Pada bagian ini dalam tabel 3 disajikan hasil empiris dari model tingkat kompetisi ekspor agroindustri komoditas udang Indonesia. Faktor-
faktor dalam model memberikan penjelasan yang rinci dan tepat, sesuai dengan interpretasi pendugaan hasil. Implikasi ekonomi akan dibahas
berdasarkan hasil verifikasi uji statistik dalam hal ini adalah variabel yang signifikan terhadap model.
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan menggunakan teknik pendugaan Ordinary Least Square OLS, menunjukkan bahwa
beberapa koefisien variabel penjelas secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 10 persen, 5 persen, dan 1 persen. Sementara ada beberapa
variabel lain yang tidak signifikan. Hasil dari regresi yang dilakukan terhadap data tingkat kompetisi ekspor dan variabel yang berpengaruh
dengan metode Semi logaritma natural didapatkan hasil persamaan :
LnRCA Udang = 1.97 - 0.0128 INT - 0.000002 TUP - 0.00507 PPD +
0.00817 PPI3 - 0.000060 HBB + 0.0924 DPR
Tabel 3. Hasil regresi dari faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing ekspor komoditas udang
Dependent : LnRCA Udang Variabel
Koefisien Tingkat Probabilitas
VIF Konstanta
1.9699 0.000 TSB -0.012773
0.000 1.8
TUP -0.00000179 0.000
5.5 PPD -0.0050735
0.000 2.2
PPI 0.0081733 0.000
7.0 HBB -0.00006010
0.001 2.4
DPR 0.09238 0.084
1.1 R-Sq = 91.1 R-Sqadj = 87.8
Durbin-Watson statistic = 1.54 F = 27,3 = signifikan pada tingkat kepercayaan 99
= signifikan pada tingkat kepercayaan 95 = signifikan pada tingkat kepercayaan 90
Dengan menggunakan model bentuk persamaan Semi-logaritma natural RCA dalam bentuk Logaritma natural dapat diketahui variabel-
variabel penjelas yang mempengaruhi daya saing ekspor. Variabel penjelas tersebut antara lain, yaitu tingkat sukubunga TSB, tingkat upah TUP,
indeks pendapatan perkapita negara produsen PPD Indonesia, indeks pendapatan negara konsumen PPI yang dalam model ini adalah Inggris,
pemilihan negara ini berdasarkan inggris merupakan importir terbesar udang asal Indonesia di Uni Eropa, harga bahan baku HBB yaitu pakan
udang, serta prosentase anggaran untuk promosi dan iklan DPR. Koefisien regresi model tingkat kompetisi ekspor komoditas udang
Indonesia untuk TSB, TUP, PPD, PPI3, HBB, dan DPR signifikan secara statistik. Variabel independen DPR anggaran promosi signifikan pada
tingkat kepercayaan 95 . Sedangkan variabel independen TSB, TUP, PPD, PPI3 United Kingdom, dan HBB pakan udang signifikan pada
tingkat kepercayaan 99. Nilai R
2
untuk model tingkat kompetisi ekspor agroindustri komoditas udang Indonesia adalah 0,919. Nilai ini menunjukkan bahwa
model tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat kompetisi ekspor dengan 91,9 dari variasi pada variabel dependen dapat dijelaskan
oleh variabel independen. Tidak ada masalah autokorelasi pada model yang didapatkan diatas dengan adanya nilai statistik Durbin-Watson
sebesar 1,54. Menurut Tweeten 1989 rentang nilai statistik Durbin- Watson yang memenuhi syarat untuk menunjukkan tidak adanya masalah
autokorelasi adalah antara 1,25 - 2,75. Untuk mengetahui apakah terdapat masalah multikolinieritas dalam
model dapat dilihat dari nilai VIF Variance Inflation Factor. Menurut Wolldrige 2000 umumnya nilai batas atas nilai VIF yang digunakan
adalah sebesar 10. Berdasarkan model yang didapat, semua variabel independen memilki nilai VIF dibawah 10 sehingga antara masing-masing
variabel tersebut tidak terdapat hubungan linier saling independensi satu sama lain.
Pengujian expected sign harapan tanda koefisien dimaksudkan agar model sesuai dengan logika sehingga validitas model dapat
ditentukan. Variabel TSB memiliki tanda koefisien negatif-, hal ini berarti dengan semakin tingginya tingkat sukubunga maka daya saing
ekspor semakin menurun. Tingkat sukubunga yang tinggi tentunya tidak berdampak baik terhadap perkembangan industri nasional, sukubunga
tinggi akan menambah beban bagi pengusaha dan meningkatkan biaya perusahaan.. Lebih lanjut sukubunga yang tinggi menyebabkan perusahaan
mengalami kesulitan apabila ingin melakukan ekspansi dan membutuhkan modal tambahan melalui kredit bank. Hal ini menyebabkan produktivitas
menurun dan daya saing ekspor akan menurun pula. Sehubungan dengan hal tersebut, perkembangan investasi baru juga akan terhambat karena para
investor akan lebih memilih untuk menyimpan uang di bank dengan sukubunga tinggi.
Variabel TUP memiliki tanda koefisien yang negatif -. Tingkat upah yang meningkat akan menambah unit cost dari agroindustri
perikanan berbasis udang sehingga akan mempengaruhi harga jual. Harga yang tinggi tentunya tidak akan kompetitif dalam bersaing di pasar dunia
sehingga daya saing komoditas udang menjadi turun. Permasalahan tingkat upah ini sangat menjadi dilema bagi perkembangan agroindustri di
Indonesia. Kaum buruh meminta agar tingkat upah selalu meningkat setiap tahun atau paling tidak memenuhi tingkat hidup kesejahteraan minimal.
Akan tetapi dari sisi pengusaha, tingkat upah merupakan salah satu unsur dari biaya produksi sehingga apabila terlampau tinggi maka akan
memberatkan industri. Pemerintah telah berupaya untuk mengakomodir usulan-usulan
baik dari buruh maupun pengusaha dengan mengeluarkan peraturan seperti Undang-undang Ketenagakerjaan tahun 2003 dan peraturan-peraturan
daerah yang mengatur tingkat upah minimum. Tingkat upah tersebut dapat diketahui dari besarnya Upah Minimum Regional UMR dan Upah
Minimum KabupatenKota UMK.
Variabel PPD dan HBB memiliki tanda koefisien yang negatif - pula, hal ini dapat diartikan sebagai berikut :
- Peningkatan pendapatan per kapita domestik Indonesia akan menyebabkan daya beli masyarakat atau konsumen semakin meningkat
sehingga penduduk Indonesia dapat membeli komoditas udang kualitas ekspor. Hasilnya adalah tercipta pasar dalam negeri yang cukup
menjanjikan sehingga produsen lokal lebih memilih untuk memasok kebutuhan dalam negeri dibandingkan untuk ekspor. berkurangnya
volume ekspor dapat menurunkan daya saing produk udang di pasar dunia.
- Komoditas udang yang diproduksi Indonesia masih mengandalkan pakan impor dan benih dari luar negeri. Kenaikan nilai pakan akan
menyebabkan peningkatan production cost dari produsen dalam negeri sehingga harga jual yang mereka tawarkan akan meningkat. Peningkatan
harga ini akan menurunkan daya saing produk dipasar internasional. Variabel independen PPI3 yaitu United Kingdom dan DPR
anggaran untuk promosi memiliki koefisien yang positif +. Peningkatan pendapatan perkapita negara konsumen akan menaikkan daya
saing ekspor. Amerika Serikat dan Jepang merupakan negara importir udang asal Indonesia yang terbesar, akan tetapi pengaruh dari pendapatan
perkapita kedua negara tersebut tidak signifikan terhadap daya saing ekspor. Hal ini disebabkan karena tingkat konsumsi Amerika Serikat dan
Jepang jauh lebih besar sehingga pasokan udang dari Indonesia kurang berpengaruh terhadap jumlah konsumsi.
Untuk variabel DPR memiliki pengaruh yang positif, nilai anggaran promosi yang bertambah maka produk-produk udang asal
Indonesia semakin dikenal. Jenis udang asal Indonesia yang menjadi primadona adalah Giant tiger prawn dan Banana shrimp, dengan adanya
promosi dapat memperkenalkan jenis udang lain seperti Metapenaeus shrimp nei
yang memiliki mutu tinggi. Dengan semakin bertambahnya jumlah udang asal Indonesia yang diimpor oleh negara konsumen, maka
daya saing ekspor udang akan mengalami peningkatan.
2. Pemodelan ekonometrik komoditas tuna