54 memiliki fungsi dan peranan tersendiri dalam proses pengelolaan tersebut. Akan
tetapi, dalam kasus Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, proses pengelolaan berada langsung di bawah kewenangan Dinas Kehutanan Propinsi Lampung yang
secara operasional di lapangan diserahkan langsung kepada Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD Tahura WAR. Hal tersebut didasarkan pada Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 34 Tahun 2002 pasal 37, 38, 39, 40, 41, 42, yaitu melalui :
a. Menteri Kehutanan, apabila kawasan berada pada lintas propinsi. b. Gubernur, apabila hutan berada di lintas kabupaten
c. BupatiWalikota, apabila hutan berada dalm 1 satu kabupatenkota. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Lampung No.
3 tahun 2001 tentang penetapan Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD yang berfungsi dalam proses pengelolaan secara langsung kawasan Tahura Wan
Abdurrahman, maka secara operasional pengelolaan diserahkan kepada UPTD Tahura WAR yang pertanggungjawabannya berada di bawah Dinas Kehutanan
Propinsi Lampung. Selain Dinas Kehutanan, ada beberapa instansi pemerintah yang memiliki
keterkaitan dalam proses pengelolaan Tahura WAR walaupun tidak secara langsung berwenang melakukan pengelolaan terhadap kawasan Tahura WAR,
namun dinas atau instansi tersebut dapat memberikan sumbang saran bagi pengelolaan Tahura WAR bahkan dapat juga memberikan bantuan berupa SDM
maupun bantuan lain yang diperlukan bagi pengelolan kawasan. Adapun instansi yang terkait di antaranya adalah :
a. Bappeda Propinsi Lampung
Dinas atau badan ini berperan di dalam melakukan perencanaan pembangunan di wilayah Propinsi Lampung, yang dalam hal ini termasuk juga kawasan
Tahura WAR. Walaupun secara operasional tidak diberikan hak kelola, namun dapat memberikan saran-saran apabila diperlukan dalam proses
pengelolaannya.
55
b. Bapedalda Propinsi Lampung
Dinas atau Badan yang berperan di dalam pengelolaan lingkungan ini memiliki lingkup kerja di seluruh wilayah Propinsi Lampung, termasuk juga
kawasan Tahura yang merupakan wilayah kerjanya. Sehingga DinasBadan ini dapat berperan di dalam memberikan saran untuk pengelolaan Tahura yang
lebih efektif, sama dengan Bappeda.
c. Bapedalda Kabupaten Lampung Selatan dan Bapedalda Kotamadya Bandar Lampung
Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa kawasan Tahura WAR berada di
wilayah Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung, maka Bapedalda Kabupaten Lampung Selatan dan Bapedalda Kota Bandar
Lampung memiliki peran ikut memikirkan pengelolaan yang efektif bagi kawasan Tahura, bantuan pengelolaan juga dapat berupa SDM, dan sarana
prasarana yang dapat menunjang kelestarian bagi kawasan Tahura WAR. Secara umum, pengelolaan kawasan konservasi harus melibatkan berbagai
pihak, karena berdasarkan peraturan pemerintah dan perundang-undangan maupun yang berlaku mengisyaratkan bahwa semua lembagainstansi memiliki
peran masing-masing di dalam pengelolaan kawasan konservasi. Namun terkadang fungsi dan kewenangan masing-masing lembaga dalam pengelolaan
suatu kawasan khususnya hutan tidak jelas dan saling tumpang tindah, seperti tertera pada Tabel 15. dasar aturan formal dan kebijakan yang digunakan dalam
pengelolaan terfragmentasi, tidak konsisten antara satu dengan lainnya, kadang saling bertentangan. Ditambah lagi dengan visi dan misi serta kepentingan yang
berbeda dari berbagai lembaga tersebut akan memicu konflik antar lembaga.
56 Tabel 15. Peraturan Perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan pengelolaan kawasan konservasi
No Peraturan
Perundang-undangan Uraian
Lembaga yang Berwenang Fungsi Manajemen
1 UU No. 51990 tentang koonservasi
Saumberdaya Alam Kehati dan Ekosistemnya
- Pelaksanaan kegiatan konservasi sumberdaya alam hayati
- Pembinaan Konservasi - Pemerintah Pusat
- POLRI, Dephutbun - Implementasi
- PengawasanPengendalian 2
UU No. 91990 tentang Kepariwisataan
- Pemberian izin usaha pariwisata - Pemerintah Pusat c.q.
Dep. Parsenibud dan Pemerintahan daerah
- Perizinan 3
UU No 241992 tentang penataan ruang
- Pengelolaan kawasan tertentu - Perencanaan tata ruang darat, laut dan
udara - Perencanaan ruang wilayah kabupaten
- Pemberian izin - Pemerintah pusat c.q.
Depdagri - Pemerintah Propinsi
- Pemerintah KabupatenKota
- Perencanaan - Perencanaan
- Perencanaan dan perizinan
4 UU No. 231997 tentang
Pengelolaan Lingkungan hidup - Koordinasi perencanaan dan
pengelolaan lingkungan - Pemerintah Pusat c.q.
Menteri Lingkungan hidup danPemda c.q.
Bappeda, Bapedalda - Perencanaan dan
implementasi 5
UU No. 411999 tentang Kehutanan - Aturan Pengelolaan Hutan - Pemerintah pusat c.q.
Dephutbun - Implementasi
6 UU No. 51974 tentang Pokok-
pokok Pemerintah di daerah - Pengelolaan sumberdaya darat
- Pengelolaan sumberdaya nasional dan bertanggung jawab memelihara
kelestarian lingkungan - Pemerintah daerah
- Pemerintah daerah - Implementasi
- Perencanaan, implementasi,
pengawasan, pengendalian.
7 UU No. 332004 tentang
perinbangan keuangan pusat dan daerah
- Pendistribusian keuangan bagi sumberdaya alam yang diambil
- Pemerintah Pusat dan Daerah
- Implementasi dan Perencanaan
56
57 Tabel 15. lanjutan
No Peraturan
Perundang-undangan Uraian
Lembaga yang Berwenang Fungsi Manajemen
8 PP No. 241979 tentang penyerahan
sebagian usaha pemerintah dalam bidang Kepariwisataan Kepala
Daerah tk I - Pemberian izin untuk kegiatan usaha di
bidang kepariwisataan - Pemerintah daerah c.q.
Dinas Pariwisata - Perizinan
9 PP No. 241994 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di zona pemanfaatan taman nasional,
taman hutan raya dan Taman wisata Alam
- Pemberian izin pengusaha pariwisata - Pemerintah pusat c.q.
Dephutbun - Perizinan
10 PP No. 252000 tentang
kewenangan pemerintah pusat dan kewenangan Propinsi sebagai
daerah otonom - Kewenangan pemerintah dan
kewenangan propinsi sebagai daerah otonom
- Pemerintah pusat - Pemerintah daerah
- Implementasi
11 PP No. 621998 tentang penyerahan
sebagian urusan pemerintah di bidang kehutanan kepada daerah
- Penyerahan sebagian urusan pemerintahan di bidang kehutanan
kepada daerah - Pemerintah pusat c.q
Dephutubun - Implementasi
12 Kepres No. 321990 tentang
Pengelolaan kawasan lindung - Penetapan wilayah tertentu sebagai
kawasan lindung - Mengendalikan pemanfaatan ruang di
kawasan lindung - Pemerintah daerah tk I
- Pemerintah daerah tk I - Perencanaan
- Pengawasan dan pengendalian
13 Kepres No. 771994 tentang Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan - Koordinasi dampak lingkungan
- Pemerintah pusat dan daerah
- Pengawasan dan penmgendalian
14 Kepres No. 251994 tentang
Koordinasi Penyelenggaraan transmigrasi dan pemukiman
perambahan hutan - Koordinasi antar lembaga
- Pemerintah pusat c.q. Dep Transmigrasi dan
Kependudukan - Perencanaan dan
Implementasi
57
58 Fungsi dan wewenang masing-masing lembaga atau instansi yang
bertanggung jawab dalam mengelola kawasan konservasi dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Sektor Kehutanan
Dalam mengelola sektor kehutanan, kewenangannya di limpahkan kepada Departemen Kehutanan yang kemudian berdasarkan fungsi dan kewenangan
pemberian izin pemanfaatan hutan diserahkan kepada masing-masing daerah dimana areal hutan tersebut berada di daerah kewenangannya sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No 34 Tahun 2002 seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Permasalahan yang terjadi di Propinsi Lampung sehubungan dengan
pengelolaan kawasan konservasi dan hutan lindung adalah : a. Sebagian besar hutan di kawasan Tahura WAR belum dilakukan reskoring
untuk mengetahui kelayakan alokasi fungsi hutan melalui perhitungan bobotskor berdasarkan faktor kelerengan, jenis tanah dan intensitas hujan.
b. Terbatasnya data dan informasi mengenai gambaran umum yang ada di kawasan tersebut baik berupa flora maupun fauna yang ada.
c. Sering terjadi pemindahan patok batas PAL di kawasan tersebut bahkan hilang.
d. Terjadi pengrusakan hutan akibat adanya perambahan dan ilegal loging sehingga menyebabkan hutan primer di kawasan tersebut hanya tinggal
sekitar 20 lagi seperti terlihat pada Gambar 13. e. Terbatasnya tenaga pendukung dalam mengelola kawasan sehingga proses
pengawasan hutan tidak efektif.
59
Gambar 13. Penyebab Kerusakan Kawasan Tahura WAR
B. Sektor Pariwisata
Sektor Pariwisata memiliki peran di dalam mengelola kawasan yang memiliki potensi kekayaan sumberdaya alam dari segi estetika dalam rangka
pemanfaatan kawasan tersebut menjadi kawasan yang memiliki daya tarik wisata dan digunakan untuk proses pembangunan nasional.
Adapun instansi yang berwenang adalah Dirjen Pariwisata, Seni dan Budaya untuk tingkat pusat dan Dinas Pariwisata untuk tingkat propinsi dan
Kabupatenkota. Fungsi dari Dirjen Pariwisata menyusun perencanaan dan pengembangan obyek wisata yang kemudian mempromosikannya. Kemudian di
tingkat daerah sehubungan juga dengan otonomi daerah, pengelolaannya diserahkan kepada Dinas Pariwisata Propinsi.
Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman memiliki potensi wisata yang besar, dimana kawasan ini memiliki bentang alam yang beragam, dari gunung-
gunung dan bukit hingga lembah bahkan teluk yang memiliki keindahan dan cocok untuk dikembangkan pariwisata, sebagaimana terlihat pada Gambar 14.
Selain itu, kawasan ini sangat dekat dengan Ibukota propinsi yakni Kota Bandar Lampung, sehingga memiliki akses yang besar pula dalam proses
pengembangannya.
60
Air terjun
Danau Buatan Pesona Teluk lampung
Sunrise
Gambar 14. Potensi Wisata yang ada di Kawasan Tahura WAR Kebijakan pariwisata pada kawasan konservasi harus di atur dengan baik
agar tidak mengganggu fungsi kawasan, yakni sebagai hutan lindung dan hutan pemanfaatan terbatas.
Selanjutnya, untuk prospek ke depan perlu dikeluarkan perda-perda yang mengatur secara khusus pariwisata, dengan demikian kawasan-kawasan wisata
dapat dikelola secara profesional, agar dapat menambah pendapatan bagi masyarakat sekitar dan bagi daerah tersebut dalam bentuk Pendapatan Asli Daerah
PAD. Prospek ini dapat terwujud dengan baik jika pengelolaannya dikoordinasikan atau kolaborasi program dengan stakeholder yang terkait. Jenis
pariwisata yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk Ekowisata.
C. Sektor Lingkungan
Sektor lingkungan memiliki peran di dalam pengelolaan lingkungan yang kapasitas pengelolaannya diserahkan kepada Menteri Lingkungan Hidup pada
tingkat pusat, sedang pada tingkat daerah sektor ini masih banyak yang belum
61 berdiri sendiri sebagai lembaga koordinasi dan masih melekat pada instansi lain
yang biasanya terintegrasi dengan Bappeda. Hal ini terjadi dikarenakan masing- masing daerah belum merasakan penting akan kehadirannya, dan masih dianggap
sektor lingkungan memiliki ruang lingkup yang sempit. Jika hal tersebut berlangsung terus, maka kapasitas dan kapabilitas
lembaga ini hanya sebagai pemberi informasi saja dan tidak lebih tanpa melakukan tindakan-tindakan, baik berupa pengelolaan maupun proses
pengawasan hingga pemberian sangsi apabila ada tindakan penyelewengan. Propinsi Lampung memiliki lembaga atau instansi lingkungan yang
disebut dengan Badan Pengelolaan Dampak Lingkungan Hidup Daerah Bapedalda, Kabupatenkota sebagian besar telah meiliki badaninstansi tersebut,
namun masih ada yang belum berdiri sendiri dan masih melekat pada instansi lain. Adapun peran lembaga ini di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman
sebenarnya memiliki peran yang strategis, dimana permasalahan pemukiman ilegal dan perusakan lingkungan juga merupakan wewenang dari badan ini.
Untuk itu kedepan, sebaiknya Bapedalda harus lebih intens di dalam mengawasi kerusakan kawasan Tahura Wan Abdul Rachman walaupun pengelolaannya telah
diserahkan kepada Dinas Kehutanan Propinsi Lampung.
5.2. Karakteristik Permasalahan di kawasan Tahura Wan Abdul