Hidrologi Kondisi dan Potensi Fisik Kawasan

34 breksi dan tufa sebagian kecil batuan bersusunan basal dan liparit. Terdapat rekahan-rekahan dan sesar-sesar pada batuan andesit, hal ini menunjukkan bahwa batuan telah mengalami gerakan tektonik. Endapan kuarter berupa tuf Lampung menutupi bagian terluas, dan merupakan endapan ignimbrit yang diendapkan pada lingkungan marin. Tuf mempunyai komposisi dasatik sampai liparitik dengan kadar tinggi Watala, 2005. Fisiografi wilayah ini secara umum termasuk dalam grup vulkan Volcanic Group, secara umum bentang alam di wilayah ini terdiri dari pegunungan, perbukitan dan dataran. Di wilayah pegunungan terdiri dari pegunungan berlereng curam sampai sangat curam dan pegunungan berlereng sangat curam sekali. Wilayah pegunungan ini tersusun dari batuan volkan tua basal, andesit dan dasit. Pada wilayah perbukitan bahan penyusun batuannya hampir sama dengan pegunungan, namun pada beberapa wilayah perbukitan terdapat batuan intrusif granit dan batuan metamorfik skis, gneis. Pada formasi dataran tersusun oleh batuan granit dan skis Watala, 2005.

4.2.2 Hidrologi

Kawasan tahura merupakan salah satu sumber kebutuhan air bagi Kota Bandar Lampung. Berdasarkan wilayah pengelolaannya termasuk dalam wilayah pengelolaan Daerah Aliran Sungai DAS Way Sekampung. Sungai-sungai yang mengalir ke Kota Bandar Lampung dan dimanfaatkan sebagai sumber air minum oleh PDAM Way Rilau adalah Way Simpang Kanan, Way Simpang Kiri, dan Way Betung. Secara rinci kondisi Sub-Das sungai-sungai tersebut disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Kondisi hidrologi Sub-Das wilayah Gunung Betung No Parameter Fisik Sub-Das Way Sp.Kiri Sub-Das Way Sp.Kanan Sub-Das Way Betung 1. Luas km 2 14.38 16.58 16.34 2. Panjang sungai utama km 35.95 36.75 40.25 3. Kerapatan drainase 2.54 2.35 2.62 4. Bentuk DAS Bulu burung Bulu burung Bulu burung Sumber : Watala, 2005 35 Dari parameter fisik Sub-Das yang ada terutama kerapatan drainase dan bentuk DAS, maka dapat digambarkan karakteristik hidrologi dari masing-masing sungai tersebut. Sebagai contoh kondisi hidrologi Way Betung masih lebih baik apabila dibandingkan dengan kedua Sub-Das lainnya, hal ini disebabkan oleh kerapatan drainasenya yang lebih tinggi. Apabila suatu Sub-Das memiliki kerapatan drainase yang tinggi maka air hujan yang jatuh di atas Sub-Das tersebut akan tersebar merata ke dalam anak-anak sungainya, sehingga sebelum memasuki sungai utama akan memiliki waktu tunggu time lag yang lebih lama dan akan meresap ke dalam tanah dalam jumlah yang lebih banyak. Sehingga pada umumnya nanti sungai yang memiliki kerapatan drainase tinggi akan mampu meningkatkan ketersediaan air bawah tanah. Hal ini dengan asumsi kondisi penutupan lahan untuk Sub-Das tersebut relatif sama Watala, 2005. Selain itu bentuk Sub-Das Way Betung yang menyerupai bulu burung mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam menyimpan air hujan yang jatuh sebagai masukan utama Sub-Das tersebut apabila dibandingkan dengan bentuk radial. Hal ini disebabkan karena bentuk Sub-Das bulu burung mempunyai waktu puncak time consentration yang lebih panjang daripada bentuk Sub-Das yang radial, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan jumlah air yang diresapkan ke dalam tanah pada Sub-Das tersebut Watala, 2005. Hasil pengamatan pada beberapa sungai yang bermuara di Teluk Lampung, ternyata hanya Way Betung dan Way Simpang Kiri yang tetap mengalir walaupun pada musim kemarau. Sungai-sungai di sekitarnya tidak berair mengalir, tampaknya hanya mengalir apabila musim hujan dan pada musim kemarau kering. Sungai yang demikian termasuk dalam tipe intermitten rivers, yaitu hanya mengalir pada musim hujan dan tidak mengalir kering di musim kemarau kecuali bila ada hujan. Hal ini disebabkan karena pada musim kemarau permukaan air bawah tanah water table lebih rendah dari dasar sungai. Sungai-sungai yang bertipe intermitten ini sebagian besar berada pada Sub-Das Simpang Kanan Watala, 2005. 36

4.2.3 Tanah