Faktor Internal dan Eksternal SWOT

98 Gambar 26. Grafik analisis sensitifitas model dinamik untuk peningkatan sosbud sebesar 68

5.4. Faktor Internal dan Eksternal SWOT

Untuk memperoleh arahan strategi yang tepat dalam penjabaran dari strategi utama yang dipilih yakni ekowisata, perlu adanya identifikasi faktor- faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi strategi tersebut. Sehingga ketika suatu kebijakan digulirkan tidak menyebabkan blunder bagi pencipta kebijakan itu sendiri. Apabila perumusan faktor-faktor eksternal dan internal dapat dirumuskan secara tepat, sudah pasti kebijakan yang digulirkan tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Seperti yang dikemukakan oleh Sun Tzu 1992 dalam Rangkuti 2006 bahwa apabila kita telah mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dan mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan, sudah dapat dipastikan bahwa kita akan dapat memenangkan pertempuran. Lebih lanjut konsep dasar pendekatan ini dinamakan konsep dasar pendekatan SWOT Strength, Weakness, Opportunity, dan Threath. Adapun hasil identifikasi dari faktor eksternal dan internal beserta pembobotan dan skor dapat dilihat pada Tabel 26 berikut. Berdasarkan pada Tabel 26 didapat nilai skor yaitu 3,65 dan 3,7 yang berarti bahwa strategi terlatak pada kuadran I seperti yang terlihat pada Gambar 27 dan strategi operasional yang sesuai dalam pengelolaan Tahura adalah mendukung strategi Agresifitas, memanfaatkan peluang yang ada dengan mengerahkan segala kekuatan yang dimiliki oleh kawasan tahura. 99 Tabel 26. Faktor eksternal dan internal No KEKUATAN Bobot rating Skor S1 Potensi luas kawasan tahura 22.249,31 ha 0,075 4 0,3 S2 Merupakan kawasan konservasi 0,15 4 0,6 S3 Dekat dengan ibukota bandar lampungaksesibilitas 0,1 4 0,4 S4 Ketersediaan sarana, prasarana dan fasilitas: perkemahan Youth Camp dan tempat wisata lain 0,05 4 0,2 S5 Keaneragaman hayati yang tinggi 0,075 4 0,3 S6 Sumbangan terhadap pendapatan asli daerah 0,075 3 0,225 S7 Keberadaan masyarakat dan adat budaya setempatlokal 0,025 3 0,075 KELEMAHAN W1 Bentang alam yang kritis dengan tingkat kelerengan 45 0,075 2 0,15 W2 Tidak jelasnya rencana tata ruang wilayah tahura 0,1 4 0,4 W3 Tidak jelasnya regulasi pengelolaan kawasan 0,1 4 0,4 W4 Kurangnya pelibatan segenap stakeholders dalam pengelolaan kawasan 0,075 4 0,3 W5 Kurangnya aparat yang menjaga keamanan tahura 0,1 3 0,3 TOTAL 1 3,65 PELUANG O1 Diversifikasi usaha dan peningkatan pendapatan masyarakat 0,1 4 0,4 O2 Optimalisasi pemanfaatn hasil hutan non kayu 0,1 3 0,3 O3 Tempat pendidikan dan pelatihan 0,1 4 0,4 O4 Dukungan pemerintah dan masayarakat setempat 0,05 3 0,15 O5 Dukungan Dunia Internasional 0,1 3 0,3 O6 Dukungan dasar hukum yang kuat baik aturan maupun kebijakan pemerintah 0,1 4 0,4 ANCAMAN T1 Tingginya intensitas penebangan liar 0,1 4 0,4 T2 Perambahan hutan 0,1 4 0,4 T3 Pemukiman liar 0,1 4 0,4 T4 Rawan konflik pemanfaatan 0,025 3 0,075 T5 Kondisi ekonomi masyarakat miskin 0,025 3 0,075 T6 Kerusakan hutan tahura tak terkendali mencapai 72 0,1 4 0,4 TOTAL 1 3,7 Sumber : Data diolah 100 Gambar 27. Diagram Kuadran Strategi Opersional di Tahura WAR Dengan mengerahkan segala kekuatan yang ada untuk mamanfaatkan peluang, maka arahan strategi operasional pengelolaan tahura WAR adalah berupa: Berbagai Ancaman Kekuatan Internal 3,65 ; 3,7 Berbagai Peluang Kelemahan Internal 1. Membuat regulasi yang mengatur tentang pengelolaan kawasan konservasi secara khusus bagi tahura 2. Pengembangan ekowisata berbasis masyarakat 3. Mengoptimalkan dukungan masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan tahura Kemudian berdasarkan arahan dari strategi kebijakan tersebut, diperoleh beberapa kebijakan yang dapat diambil yaitu : 1. Menurunkan para perambah yang berada di sekitar kawasan yang tidak memiliki izin sebelumnya. 2. Mengkoreksi kembali kebijakan yang telah dibuat seperti misal pemberian izin kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan di kawasan tahura yang merupakan kawasan konservasi, padahal berdasarkan UU No. 5 tahun 1990 hal tersebut dilarang. 3. Menindak tegas para petugas yang telah berlaku tidak disiplin dalam proses pengawasan. 101 4. Mencabut regulasi yang pengaturannya tidak sesuai dan bertentangan dengan perundang-undangan seperti Perda Lampung No. 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin Pemungutan terhadap Pengambilan Hasil Hutan Bukan Kayu di kawasan Hutan. 5. Membuat pemetaan kawasan yang secara rinci telah memuat blok-blok, baik blok perlindungan maupun blok pemanfaatan yang dapat digunakan untuk kegiatan ekowisata dan kegiatan lainnya. 6. Mengembangkan kegiatan ekowisata di tahura WAR secara kolaboratif dengan masyarakat di sekitar kawasan. Adapun bentuk pelibatan terhadap masyarakat seperti yang tertuang pada Arahan Program Pelibatan Peran Masyarakat Tabel 25.

5.5. Ruang Pemanfaatan pada Blok Pemanfaatan