101 4. Mencabut regulasi yang pengaturannya tidak sesuai dan bertentangan
dengan perundang-undangan seperti Perda Lampung No. 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin Pemungutan terhadap Pengambilan Hasil Hutan
Bukan Kayu di kawasan Hutan. 5. Membuat pemetaan kawasan yang secara rinci telah memuat blok-blok,
baik blok perlindungan maupun blok pemanfaatan yang dapat digunakan untuk kegiatan ekowisata dan kegiatan lainnya.
6. Mengembangkan kegiatan ekowisata di tahura WAR secara kolaboratif dengan masyarakat di sekitar kawasan. Adapun bentuk pelibatan terhadap
masyarakat seperti yang tertuang pada Arahan Program Pelibatan Peran Masyarakat Tabel 25.
5.5. Ruang Pemanfaatan pada Blok Pemanfaatan
Pengelolaan kawasan Tahura Wan Abdul Rachman semestinya tidak hanya ditentukan dari sejauh mana kelayakannya dengan menggunakan analisis
pendapat dari para stakeholder saja, tetapi semestinya pula dapat menampilkan kelayakannya dari segi kelayakan ruang yang di kawasan tersebut. Dalam arti
bahwa, apakah strategi yang diterapkan pada kawasan tersebut telah sesuai dengan topografi yang ada atau memerlukan syarat lainnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis bermaksud untuk meninjau pula kelayakan dari strategi dengan melakukan peninjauan ruang menggunakan peta
thematic yang ada. Kemudian dilakukan pengolahan dengan menggunakan perangkat lunak software ArcView 3.3.
Dalam peninjauan kelayakan ruang yang ada untuk jenis pengelolaan dengan menggunakan strategi ekowisata, tidak ada literatur yang secara khusus
memberikan syarat-syarat atas kesesuaian dari penerapan ekowisata pada suatu tempat. Mengingat pada masing-masing tempat, memiliki keragaman karakter
wilayah baik topografi, bentang alam, maupun jenis tanah yang ada. Namun apabila suatu daerah tersebut memiliki daya tarik tersendiri dan unik, maka sangat
cocok untuk diterapkan ekowisata. Hanya saja, Douglass 1970 dalam Fandeli 2000 memberikan sedikit
prinsip kepada pengelola ekowisata, agar :
102 1. Pengembangan ekowisata harus sesuai dengan perencanaan tata ruang.
2. Menyesuaikan antara potensi alam dengan tujuan pengembangan 3. Sedapat mungkin diusahakan agar pengembangan yang dilakukan
mempunyai fungsi ganda 4. Sejauh mungkin mengalokasikan tetap adanya areal alami yang tidak
dikembangkan. Apabila menggunakan prinsip yang dikemukan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pengelolaan ekowisata harus sesuai dengan RTRW wilayah tersebut, potensi wisata yang ada di sana, dan harus memperhatikan kawasan lindung yang
tidak boleh dilakukan pengusahaan dalam bentuk apapun. Dalam proses penempatan ruang bagi strategi yang ada pada penelitian ini,
digunakan beberapa peta thematic, seperti Peta Tataguna Lahan Landuse, Peta Kemiringan Lahan Kelas Lereng, Peta Topografi Ketinggian, dan Peta
Penyebaran Potensi Ekowisata yang ada di wilayah Tahura Wan Abdul Rachman. Berdasarkan pada Tataguna Lahan yang menjadi batasan adalah semua
area memiliki potensi pengembangan kecuali wilayah yang masuk dalam kategori Hutan Primer, karena merupakan areal alami yang tidak dapat digunakan untuk
kegiatan apapun. Berdasarkan Kemiringan Lereng, yang menjadi batasan adalah lahan yang memiliki kemiringan di bawah 40 berpotensi untuk dikembangkan
ekowisata. Karena areal dengan kemiringan lebih dari 40 merupakan areal curam yang harus dilindungi agar tidak rusak sehingga menyebabkan tanah
longsor. Kemudian untuk lahan yang bertopografi di bawah 600 mdpl berpotensi dikembangkan untuk wisata. Sedangkan lebih dari 600 mdpl merupakan areal
blok perlindungan bagi Tahura Wan Abdul Rachman. Dari proses overlay terhadap peta thematic yang ada dihasilkan peta
thematic baru berupa Peta Ruang Pemanfaatan bagi pengelolaan ekowisata di wilayah Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung Gambar
27. Sedangkan untuk pengembangan agroforestri adalah areal yang cocok dengan ekowisata tetapi hanya areal yang telah ditanami oleh masyarakat berupa
kopi dan coklat dan atau tanaman lainnya yang menghasilkan. Tetapi dalam hal ini para pengelola berkewajiban untuk menanam bahkan memelihara pohon-
103 pohon di luar tanaman budidaya yang memiliki fungsi untuk menjaga kestabilan
tanah. Sedangkan untuk areal lindung yang telah ditanami masyarakat untuk
tanaman budidaya lainnya, dihimbau supaya untuk tidak melakukan lagi kegiatan di areal tersebut dan dicarikan alternatif lain bagi pekerjaan mereka.
5.6. Arahan Pengelolaan Kawasan Tahura