15
2.2.5. Proses Hirarki Analitik
Metode pemecahan masalah menggunakan Proses Hirarki Analitik PHA memiliki ciri khas, yaitu dipakainya hirarki untuk menguraikan sistem yang
kompleks menjadi elemen-elemen yang lebih sederhana. Metode PHA pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika dari
Universitas Pittsburgh pada awal tahun 1970-an yang pada awalnya ditujukan untuk memodelkan sejumlah problem yang tidek berstruktur, baik bidang
ekonomi, sosial, dan sains manajemen. Metode PHA memasukkan aspek kualitatif dan kuantitatif pikiran manusia, dimana aspek kuantitatif untuk
mengekspresikan penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat Ramdan 2001.
PHA dalam kaitannya dengan proses perumusan strategi pengelolaan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman pada dasarnya didesain untuk
menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu yang ada dikawasan tahura tersebut melalui prosedur yang
didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi di antara berbagai alternatif. PHA juga banyak digunakan pada keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan,
alokasi sumberdaya dan penentuan prioritas dari strategi-strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik yang ada di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman
Saaty 1993. PHA merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan
dengan pendekatan sistem. Pada penyelesaian persoalan dengan PHA ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain :
a. Dekomposisi, setelah mendefinisikan permasalahan atau persoalan
yang akan dipecahkan, maka dilakukan dekomposisi, yaitu : memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika
menginginkan hasil yang akurat, maka dilakukan pemecahan unsur- unsur tersebut sampai tidak dapat dipecah lagi, sehingga didapatkan
beberapa tingkatan persoalan. b.
Comparative Judgement, yaitu membuat penilaian tentang kepentingan relatif diantara dua elemen pada suatu tingkatan tertentu
dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan
16 inti dari PHA, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-
elemen yang disajikan dalam bentuk matriks Pairwise Comparison. c.
Synthesis of Priority, yaitu melakukan sintesis prioritas dari setiap matriks pairwise comparison “vektor eigen” ciri – nya untuk
mendapatkan prioritas lokal. Matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, oleh karena itu untuk melakukan prioritas global
harus dilakukan sintesis diantara prioritas lokal. d.
Logical Consistency, yang dapat memiliki dua makna, yaitu 1 obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keseragaman
dan relevansinya; dan 2 tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
Beberapa keuntungan menggunakan PHA sebagai alat analisis dalam strategi pengelolaan tahura adalah Saaty 1993 :
a. PHA memberi model tunggal yang mudah dimengerti dan luwes
untuk beragam persoalan yang tidak terstruktur. b.
PHA memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks di wilayah tahura.
c. PHA dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen yang
ada di tahura dalam satu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.
d. PHA mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-
milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur serupa dalam setiap tingkat.
e. PHA memberi suatu skala dalam mengukur hal-hal yang tidak
terwujud untuk mendapatkan prioritas. f.
PHA melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.
g. PHA menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap
alternatif. h.
PHA mempertimbangkan prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan
tujuan mereka. i.
PHA tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari penilaian yang berbeda-beda yang dimiliki
oleh para pakar yang memiliki perhatian terhadap pengelolaan tahura.
17 j.
PHA memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka
melalui pengulangan. Menurut Suryadi 2000 dalam Sahwan 2002, kelebihan AHP
dibandingkan dengan yang lainnya adalah: 1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih,
pada sub kriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validasi sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
4. Mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi objektif dan multi-kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dalam
setiap elemen dalam hierarki. Khusus untuk Kawasan Konservasi yang memiliki permasalahan yang
kompleks di dalam pengelolaannya, perlu adanya strategi pengelolaan yang mempu merangkum setiap kebutuhan para stakeholder. Sehingga untuk
merumuskan strategi apa yang tepat dalam pengelolaan kawasan konservasi yang dalam hal ini adalah wilayah Tahura Wan Abdul Rachman digunakan pendekatan
PHA.
2.2.8. Analisis SWOT