Potensi Ekonomi Kawasan Masyarakat Lokal

setapak foot path, di anjungan khas rumah Banjar serta di taman kecil yang ada di kawasan TWA Pulau Kembang. Kegiatan pemotretan di pondok pandang dapat mengakomodasi sekitar 4 orang, di papan jalanboardwalks dapat mengakomodasi sebanyak 200 orang, di jalan setapakfoot path dapat mengakomodasi sebanyak 30 orang, di anjungan banjar dapat mengakomodasi sekitar 3 orang dan di taman dapat mengakomodasi sekitar 10 orang. Perkiraan daya dukung ini sifatnya relatif karena berbagai macam kegiatan ekowisata tersebut dapat dilakukan oleh orang yang sama seperti saat melakukan kegiatan pengamatan burung dapat juga melakukan kegiatan memandang alam sambil melakukan pemotretan atau sambil jalan-jalan di papan jalanboardwalks dan di jalan setapakfoot path sekaligus melakukan pemotretan jika menemukan obyek moment yang menarik. Berdasarkan hasil analisa daya dukung ruang untuk kegiatan ekowisata dapat diketahui bahwa masing- masing sarana yang terdapat di TWA Pulau Kembang dapat menampung ekowisatawan sebesar 258 orangweekdays atau ± 40 oranghari. Untuk memenuhi kebutuhan air tawar ekowisatawan dapat dihitung berdasarkan perkiraan kebutuhan air tawar yang ditetapkan WTO 1999 yaitu 200 literhariorang. Adapun banyaknya air tawar yang dibutuhkan sesuai dengan banyaknya ekowisatawan yang dapat ditampung yaitu sebanyak 258 orang adalah 51.600 literweekdays atau 8000 literhari Tabel 19. Dapat disimpulkan bahwa daya dukung fisik yang terdapat di TWA Pulau Kembang masih belum melampaui daya dukung ekologisnya, sehingga untuk perencanaan selanjutnya pengelolaan dan pengembangan kawasan harus lebih optimal agar dapat memberikan manfaat yang signifikan terhadap pengelola dan masyarakat lokal.

5.2.4. Potensi Ekonomi Kawasan

Suatu proyek dinyatakan feasible layak bila berdasarkan pada kriteria investasi. Tujuan dari perhitungan kriteria investasi adalah untuk mengetahui sejauh mana gagasan usaha yang direncanakan dapat memberikan manfaat benefit baik dilihat dari financial benefit maupun social benefit Ibrahim, 2003. Hasil perhitungan kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan, yaitu perbandingan ant ara total benefit yang diterima dengan total cost yang dikeluarkan dalam bentuk present value selama umur ekonomis proyek Tabel 20. Tabel 20. Profil finansial proyek pembangunan resort wisata di TWA Pulau Kembang Kategori Tahun 2006 t = 0 2007 t = 1 2008 t = 2 2009 t = 3 2010 t= 4 2011 t= 5 Pendapatan: • Penjualan karcis dalam juta • Hotel dalam Milyar • Restoran dalam juta • Kapal rekreasi dalam juta • Jasa lain -lain dalam juta Gross Benefit dalam Milyar - - - - - - 120 1.286 180 180 50 1.816 120 1.286 180 180 50 1.816 120 1.286 180 180 50 1.816 120 1.286 180 180 50 1.816 120 1.286 180 180 50 1.816 Investasi awal dalam Milyar 4.150 - - - - - Operating cost dalam juta - 100 100 100 100 100 Benefit dalam Milyar - 4.150 1.716 1.716 1.716 1.716 1.716 Pajak 10 dalam juta - 171,6 171,6 171,6 171,6 171,6 Net Benefit dalam Milyar - 4.150 1.544,4 1.544,4 1.544,4 1.544,4 1.544,4 Discount factor 15 1,0000 1,1500 1,3225 1,5209 1,7490 2,0113 Present Value -4.150 1.342.956.522 1.167.788.280 1.015.451.377 883.018.867,8 767.861.582,1 NPV = Total PV 1.027.076.629,00 Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan social discount rate sebesar 15 diperoleh NPV sebesar Rp.1.027.076.629,00 dengan asumsi proyek tersebut berjalan selama 5 tahun. Dari perhitungan diperoleh NPV 0, hal ini berarti gagasan proyek pembangunan resort wisata di TWA Pulau Kembang layak feasible untuk diusahakan. 5.3. Sumberdaya Manusia

5.3.1. Masyarakat Lokal

Karakteristik Masyarakat Lokal Masyarakat lokal yang menjadi respoden dalam penelitian ini berjumlah 50 orang yang terdiri dari 26 orang laki- laki 52 dan 24 orang perempuan 48. Sebagian besar responden termasuk ke dalam golongan usia produktif Gambar 4. Masyarakat atau penduduk lokal yang menjadi responden berasal dari 5 desa di sekitar kawasan Pulau Kembang, yaitu Desa Pulau Alak-alak, Desa Pulau Suwangi, Desa Pulau Sugara, Desa Tinggiran II dan Desa Jelapat I. Dari hasil dapat dilihat bahwa pada dasarnya masih tersedia sumberdaya manusia untuk menjadi tenaga kerja dalam upaya pengembangan Pulau Kembang sebagai daerah tujuan ekowisata. Gambar 5. Karakteristik umur masyarakat Kualitas dan tingkat pendidikan merupakan faktor pendukung dalam keberhasilan usaha pengelolaan dan pengembangan ekowisata yang berkelanjutan. Hal ini terkait dengan besarnya tingkat kesadaran dan pemahaman masyarakat lokal mengenai kelestarian lingkungan dan perlindungan terhadap kawasan yang menjadi daerah ekowisata berbasis konservasi. Tingkat pendidikan masyarakat lokal sebagian besar adalah lulusan SMP sebanyak 19 orang 38 dan selebihnya adalah lulusan akademi PT sebanyak 11 orang 22, lulusan SMA sebanyak 16 orang 32 serta lulusan SD sebanyak 4 orang 8. Umumnya penduduk yang menempuh jenjang perguruan tinggi cukup banyak, namun penduduk lokal yang bemukim dekat kawasan ekowisata masih beranggapan bahwa sekolah tinggi tidak terlalu penting dan terbentur dengan biaya pendidikan. Gambar 6. Karakteristik pendidikan masyarakat Masyarakat lokal disekitar kawasan Pulau Kembang sebagian besar memilih mata pencaharian berwiraswasta yaitu sebanyak 14 orang 28 hal ini dapat dimaklumi karena wilayah Kalimantan Selatan khususnya daerah Banjarmasin dan sekitarnya terkenal dengan kota perdagangan dimana akses yang sangat mudah dengan pelabuhan Trisakti Banjarmasin. Selain itu, jenis pekerjaan lain yang banyak digeluti adalah dari sektor swasta sebanyak 11 orang 22 sebagai karyawan, pegawai negeri sipil sebanyak 3 orang 6 dan sebagai petaninelayan sebanyak 2 orang 4. Seiring dengan dikembangkanya kawasan Pulau Kembang sebagai daerah tujuan ekowisata yang mengikutsertakan masyarakat lokal sebagai sumber tenaga kerja, maka diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan mayarakat sekitar Pulau Kembang. Gambar 7. Karakteristik pekerjaan masyarakat Persepsi Masyarakat Lokal Kondisi lingkungan yang baik dan pengelolaan yang tepat akan mendukung terlaksananya kegiatan ekowisata yang berkelanjutan. Masyarakat lokal yang berada disekitar kawasan Pulau Kembang sebagian besar yaitu sebanyak 15 orang 30 memiliki anggapan yang baik terhadap kondisi lingkungan di kawasan ekowisata tersebut, selebihnya 13 orang 26 beranggapan bahwa kondisi Pulau Kembang cukup baik, 2 orang 4 mengatakan sedikit mengetahui tentang kondisi lingkungan di Pulau Kembang, sedangkan sebanyak 20 orang 40 mengatakan tidak tahu tentang kondisi lingkungan di Pulau Kembang. Masyarakat yang tidak mengetahui tentang kondisi lingkungan tersebut rata-rata tidak pernah berkunjung atau sudah lama tidak berkunjung kembali ke Pulau Kembang. Gambar 8. Persepsi masyarakat terhadap kondisi lingkungan Pulau Kembang Berdasarkan hasil survei dilapangan dapat diketahui persepsi masyrakat terhadap kondisi sarana dan prasarana yang tersedia di TWA Pulau Kembang. Pada sarana fisik seperti shelter atau tempat peristirahatan, seluruh responden sebanyak 50 orang 100 mengatakan bahwa kondisinya kurang baik dan tidak dirawat dengan baik oleh pihak pengelola sehingga jumlah shelter yang layak pakai menjadi berkurang. Menurut keterangan dari masyarakat sekitar, yaitu sebanyak 34 orang mengatakan ketersediaan air bersih di Pulau Kembang sampai saat ini dirasakan masih kurang mencukupi untuk menunjang kegiatan wisata dan sebanyak 16 orang mengatakan kondisinya cukup baik. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dapat dikatakan ketersedian air bersih masih sangat kurang dan hal ini dapat diketahui bahwa suplai air minum diperoleh dari pedagang yang menjual air minum atau air mineral, sedangkan untuk kebutuhan MCK diperoleh dari bak penampungan air yang dibangun oleh pihak pengelola. Kondisi sarana transportasi di sekitar kawasan Pulau Kembang menurut penilaian masyarakat sebagian besar yaitu sebanyak 26 orang mengatakan sudah baik, sebanyak 2 orang mengatakan sangat baik, sebanyak 20 orang mengatakan cukup baik dan sebanyak 2 orang mengatakan kurang baik. Hal yang mendasari munculnya perbedaan pendapat tentang kondisi sarana transportasi adalah ketersediaan angkutan perahu atau klotok yang tidak selalu ada setiap saat. Sarana transportasi dapat diperoleh pada hari minggu atau hari libur dengan menyewa dari masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai penyedia jasa persewaan klotok atau perahu motor, sedangkan pada hari-hari biasa jasa persewaan jarang ditemui atau bahkan tidak ada sama sekali. Dari pihak pengelola sendiri tidak menyediakan sarana transportasi yang memadai untuk mengangkut masyarakat menuju ke kawasan ekowisata Pulau Kembang. Perhatian pengelola terhadap kebersihan di TWA Pulau Kembang me nurut masyarakat masih sangat kurang, hal ini dapat dilihat dari pengadaan tempat sampah yang sangat sedikit. Sebagian besar dari masyarakat yaitu sebanyak 34 orang mengatakan bahwa pengadaan tempat sampah di kawasan ekowisata sangat kurang, sebanyak 16 orang mengatakan kondisi tempat sampah sudah cukup baik. Keberadaan fasilitas kios makanan dan minuman di kawasan ekowisata Pulau Kembang sebagian besar yaitu sebanyak 41 orang mengatakan kondisinya kurang baik, sebanyak 7 orang mengatakan kondisinya cukup baik, hanya 1 orang yang mengatakan kondisi kios sudah baik dan 1 orang mengatakan tidak mengetahui tentang kondisi kios di Pulau Kembang. Dari 10 buah kios makanan dan minuman yang dibangun oleh masyarakat hanya 5 buah kios yang berfungsi, sedangkan 5 buah kios lagi sudah tidak ada atau hancur. Kondisi jalan setapak dan jembatan atau titian kayu yang ada di kawasan ekowisata Pulau Kembang menurut masyarakat sebanyak 26 orang mengatakan kondisinya kurang baik dan sebanyak 24 orang mengatakan kondisinya cukup baik. Pada umumnya kondisi jalan setapak dan jembatan atau titian kayu di kawasan tersebut masih berfungsi dengan baik tetapi kurang pemeliharaan. 2 0 4 0 6 0 8 0 100 120 Shelter A i r B e r s i h Transportasi Tempat Sampah Kios Makanan minuman Jalan Setapakjembatan Persentase Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tidak Tahu Gambar 9. Persepsi masyarakat terhadap sarana dan prasarana di Pulau Kembang Keterlibatan Masyarakat Lokal Untuk mengukur sejauh mana keterlibatan masyarakat lokal terhadap kegiatan ekowisata bahari di Pulau Kembang dapat dilihat dari beberapa parameter acuan. Sebanyak 37 orang 74 warga masyarakat di sekitar kawasan Pulau Kembang menyatakan tidak terlibat dalam kegiatan ekowisata dan hanya sebanyak 13 orang 26 yang terlibat dalam kegiatan ekowisata. Dari 13 orang 26 yang terlibat dalam kegiatan ekowisata, sebanyak 9 orang 69 mengalokasikan sebagian besar waktunya, sebanyak 3 orang 23 mengalokasikan sebagian kecil waktunya dan hanya 1 orang 8 yang bekerja penuh di kawasan ekowisata Pulau Kembang. Masyarakat yang terlibat dan mengalokasikan waktunya secara penuh, sebagian besar ataupun sebagian kecil disebabkan karena adanya peluang untuk menambah penghasilan dan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sedangkan masyarakat yang tidak ikut terlibat dalam kegiatan ekowisata biasanya disebabkan karena tidak memiliki modal atau peluang untuk memulai usaha dan kebanyakan masyarakat lebih tertarik dalam bidang perdagangan di wilayah Banjarmasin. Adapun jenis usaha yang dilakukan masyarakat dalam rangka mencari tambahan penghasilan atau untuk memenuhi kebutuhan keluarga antara lain bekerja sebagai pemandu wisata tourist guide sebanyak 4 orang 32, persewaan klotokperahu sebanyak 3 orang 23, masing- masing sebanyak 2 orang 15 bekerja sebagai penjual snack keliling, fotografer serta membuka kios makanan dan minuman di kawasan ekowisata tersebut. 26 74 Terlibat Tdk terlibat 8 69 23 Penuh Sebagian besar Sebagian Kecil 31 69 Memenuhi kebutuhan keluarga Mencari tambahan penghasilan 15 15 15 32 23 Kios Makanan dan minuman Jual snack keliling Fotografer keliling Pemandu guide Persewaan klotok perahu Gambar 10. Keterlibatan a, Alokasi waktu b, Alasan keterlibatan c dan Jenis usaha d masyarakat dalam kegiatan ekowisata di Pulau Kembang Keberadaan Pulau Kembang sebagai salah satu daerah tujuan ekowisata yang sering dikunjungi menjadikan pulau tersebut dikenal dimasyarakat. Hal ini dapat dilihat dari hasil survei yang menunjukan bahwa sebanyak 48 orang 96 mengetahui tentang TWA Pulau Kembang dan hanya 2 orang 4 yang tidak mengetahui tentang keberadaan TWA Pulau Kembang tersebut. Dari 48 orang 96 ini, sebanyak 2 orang 4 mengetahui dari BKSDA, 4 orang 8 c a b d mengetahui dari BKSDA dan Dinas Pariwisata, 10 orang 21 mengetahui dari pemerintahan desa setempat, 14 orang 29 mengetahui dari media massa baik cetak maupun elektronik dan 18 orang 38 mengetahui dari masyarakat sekitar kawasan Pulau Kembang. 4 96 Tidak tahu Tahu 4 8 21 29 38 BKSDA BKSDA, Dinas pariwisata Pemerintah desa Media Masyarakat sekitar Gambar 11. Tingkat pengetahuan masyarakat lokal a dan Sumber informasi b tentang TWA Pulau Kembang

5.3.2. Ekowisatawan pengunjung