Kelemahan Weaknesses HASIL DAN PEMBAHASAN

5.6.2. Matriks Evaluasi Faktor Internal EFI

Tujuan perumusan faktor internal adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama yang terdapat pada berbagai bidang fungsional dalam organisasi pengelolaan TWA Pulau Kembang. Faktor-faktor internal yang telah diidentifikasi adalah:

a. Kekuatan Strengths

1. Potensi sumberdaya alam dan budaya lokal Potensi flora dan fauna serta potensi budaya dengan adanya kegiatan khas penduduk lokal seperti pasar terapung floating market dan rumah lanting. 2. Kemudahan mengakses kawasan ekowisata Kawasan TWA Pulau Kembang berjarak sekitar 2 km dari kota Banjarmasin dan menghabiskan waktu selama 15 - 45 menit dengan perahu atau speed boat. 3. Pengembangan produk wisata Melakukan pengembangan produkatraksi wisata air dalam kemasan yang menarik dan membuat paket-paket promosi seperti berperahu menyusuri alur Sungai Barito, Pulau Kembang, Pulau Kaget, pasar terapung, jembatan Barito dengan Pulau Bakut yang tepat terdapat berada dibawahnya. 4. Merupakan satu-satunya kawasan ekowisata yang mempunyai IPPA Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam di wilayah Kalimantan Selatan.

b. Kelemahan Weaknesses

1. Degradasi sumberdaya alam dan lingkungan Degradasi lingkungan dan sumberdaya alam di TWA Pulau Kembang merupakan akibat lambatnya penanganan dari pihak pengelola terhadap dampak kegiatan pengusahaan pariwisata alam yang terjadi di kawasan tersebut, sehingga daya dukung kawasan harus menjadi pedoman dalam rencana pengelolaan dan pengembangan ekowisata di Pulau Kembang. 2. Pelaksanaan konsep manjemen strategis CV. Sinar Kencana selaku pengelola yang memperoleh Hak Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam HPPA tidak melaksanakan konsep manajemen strategis dengan baik dalam mengelola kawasan ekowisata Pulau Kembang, hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya unit organisasi yang secara khusus bertanggung jawab untuk mengelola areal usaha di TWA Pulau Kembang. 3. Pembuk uan khusus kegiatan ekowisata Pihak pengelola tidak mempunyai sistem pembukuan khusus untuk kegiatan pengusahaan ekowisata. Semua pembukuan keuangan mengenai usaha pariwisata di TWA Pulau Kembang dibuat menjadi satu dengan seluruh bidang usaha yang dijalankan CV. Sinar Kencana. 4. Pengetahuan masyarakat, pelaku wisata dan pemerintah setempat terhadap lingkungan dan konservasi masih rendah. Hal ini disebabkan kualitas pendidikan yang masih rendah dan kurangnya informasi serta sosialisasi tentang pelestarian lingkungan dan konservasi dari BKSDA kepada masyarakat lokal, pelaku wisata dan pemerintah setempat. 5. Sarana, prasarana dan pelayanan Sarana dan prasarana yang dapat mengakomodasi pengunjung di kawasan TWA Pulau Kembang kurang memadai dan tidak terawat dengan baik serta kurangnya pelayanan dari pihak pengelola tehadap ekowisatawan yang datang berkunjung ke TWA Pulau Kembang. 6. Strategi promosi, periklanan dan publisitas kawasan wisata yang dilakukan pengelola relatif lambat dan kurang efektif. 7. Ketersediaan tenaga ahli, terlatih dan terampil Pengelola kawasan belum memiliki tenaga ahli yang terlatih dan terampil untuk melaksanakan dan mengawasi kegiatan ekowisata di Pulau Kembang. 8. Penegakkan hukum dan peraturan Pengawasan dan penegakkan hukum dan peraturan masih lemah, hal ini dapat dilihat dari masih adanya pengambilan kayu berdiameter kecil, daun nipah dan penambatan kapal di pesisir TWA Pulau Kembang. 9. Komunikasi antara pihak pengelola dan masyarakat lokal Dari hasil wawancara dengan pihak pengelola dan penduduk sekitar kawasan Pulau Kembang, diperoleh beberapa informasi mengenai hubungan yang kurang harmonis antara kedua belah pihak. Hal ini disebabkan karena kurangnya komunikasi dan pendekatan dari pihak pengelola kawasan kepada masyarakat terkait dengan kegiatan pengusahaan ekowisata yang kurang melibatkan masyarakat setempat. Setelah mengiidentifikasi faktor- faktor internal yang terdapat di dalam organisasi, selanjutnya dilakukan penentuan bobot pada setiap faktor untuk menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut agar pengelola kawasan ekowisata dapat berhasil dalam bidang industri pariwisata Tabel 24. Tabel 24. Tingkat kepentingan faktor internal dalam strategi pengelolaan kawasan ekowisata Pulau Kembang Simbol Faktor Kekuatan Strengths Tingkat Kepentingan S 1 Potensi sumberdaya alam dan budaya local Sangat penting S 2 Kemudahan mengakses kawasan ekowisata Penting S 3 Pengembangan produk wisata Penting S 4 Merupakan satu-satunya kawasan yang mempunyai hak IPPA Cukup Penting Simbol Faktor Kelemahan Weaknesses Tingkat Kepentingan W1 Degradasi sumberdaya alam dan lingkungan Sangat Penting W2 Pelaksanaan konsep manajemen strategis Sangat penting W3 Pembukuan khusus kegiatan ekowisata Penting W4 Pengetahuan masyarakat, pelaku wisata dan pemerintah terhadap lingkungan Penting W5 Sarana, prasarana dan pelayanan dari pengelola Penting W6 Promosi, periklanan dan publisitas Penting W7 Ketersediaan tenaga ahli, terlatih dan terampil Penting W8 Penegakkan hukum dan peraturan Cukup Penting W9 Komunikasi antara pihak pengelola dengan masyarakat local Cukup penting Setelah memperoleh tingkat kepentingan dari setiap faktor- faktor internal, dilakukan pembobotan dengan metode Paired Comparison Tabel 25. Tabel 25. Penentuan bobot faktor internal dalam strategi pengelolaan kawasan ekowisata Pulau Kembang Faktor Internal S1 S2 S3 S4 W1 W2 W3 W4 W5 W6 W7 W8 W9 Total Bobot S1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 38 0.1162 S2 1 2 3 1 2 2 2 2 2 3 3 3 26 0.0795 S3 1 2 3 1 2 2 2 2 2 3 3 3 26 0.0795 S4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 15 0.0459 W1 2 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4 4 37 0.1131 W2 2 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4 4 37 0.1131 W3 1 2 2 3 1 1 2 2 2 2 3 3 24 0.0734 W4 1 2 2 3 1 1 2 2 2 2 3 3 24 0.0734 W5 1 2 2 3 1 1 2 2 2 2 3 3 24 0.0734 W6 1 2 2 3 1 1 2 2 2 2 3 3 24 0.0734 W7 1 2 2 3 1 1 2 2 2 2 3 3 24 0.0734 W8 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 14 0.0428 W9 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 14 0.0428 Total 327 1.0000 Setelah faktor- faktor internal dibobot kemudian ditentukan rating dengan skala 1 sampai 4 untuk menunjukkan apakah faktor tersebut mewakili kelemahan atau kekuatan perusahaan dalam hal ini pihak pengelola TWA Pulau Kembang. Selanjutnya setiap bobot faktor dikalikan dengan rating untuk menentukan skor bagi setiap variabel, kemudian skor setiap variabel dijumlahkan untuk menentukan total nilai yang bobot Tabel 26. Tabel 26. Matriks evaluasi faktor internal EFI FAKTOR-FAKTOR INTERNAL KUNCI BOBOT RATING SKOR KEKUATAN STRENGHTS S1 Potensi sumberdaya alam dan budaya lokal S2 Kemudahan mengakses kawasan ekowisata S3 Pengembangan produk wisata S4 Merupakan satu-satunya kawasan yang mempunyai IPPA 0.1162 0.0795 0.0795 0.0459 4 4 3 3 0.4648 0.3180 0.2385 0.1376 KELEMAHAN WEAKNESS W1 Degradasi sumberdaya alam dan lingkungan W1 Pelaksanaan konsep manajemen strategis W2 Pembukuan khusus kegiatan ekowisata W3 Pengetahuan masyarakat, pelaku wisata dan pemerintah terhadap lingkungan dan konservasi W4 Sarana, prasarana dan pelayanan W5 Promosi, periklanan dan publisitas W6 Ketersediaan tenaga ahli, terlatih dan terampil W7 Penegakkan hukum dan peraturan W8 Komunikasi antara pihak pengelola dengan masyarakat local 0.1131 0.1131 0.0734 0.0734 0.0734 0.0734 0.0734 0.0428 0.0428 1 1 2 2 1 1 1 2 2 0.1131 0.1131 0.1468 0.1468 0.0734 0.0734 0.0734 0.0856 0.0856 JUMLAH 1 2.0703 Pada matriks EFI diatas diketahui total skor yang dibobot sebesar 2.0703. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pihak pengelola kawasan lemah secara intenal keseluruhannya dalam mengelola kawasan ekowisata Pulau Kembang. 5.6.3. Matriks Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats SWOT Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu pengelola dalam mengembangkan empat tipe strategi, yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT. Pada tahap ini merupakan bagian sulit terbesar dengan mencocokkan faktor- faktor eksternal dan internal kunci untuk mengembangkan matriks SWOT serta memerlukan penilaian yang baik dan objektif. Skema yang mewakili matriks SWOT disajikan pada Tabel 27. Tabel 27. Matriks SWOT EFI EFE KEKUATAN STRENGHTS S1 Potensi sumberdaya alam dan budaya lokal S2 Kemudahan mengakses kawasan ekowisata S3 Pengembangan produk wisata S4 Merupakan satu-satunya kawasan yang mempunyai IPPA KELEMAHAN WEAKNESSES W1 Degradasi sumberdaya alam dan lingkungan W2 Pelaksanaan konsep manajemen strategis W3 Pembukuan khusus kegiatan ekowisata W4 Pengetahuan masyarakat, pelaku wisata dan pemerintah setempat terhadap lingkungan dan konservasi W5 Sarana, prasarana dan pelayanan W6 Promosi, periklanan dan publisitas W7 Ketersediaan tenaga ahli, terlatih dan terampil W8 Penegakkan hukum dan peraturan W9 Komunikasi antara pihak pengelola dengan masyarakat lokal PELUANG OPPORTUNITIES O1 Kerjasama dengan berbagai instansi untuk pengembangan kawasan TWA O2 Jumlah pengunjung relatif banyak O3 Promosi wisata O4 Arah pengembangan wisata dunia berorientasi pada pelestarian lingkungan O5 Tarif karcis relatif murah STRATEGI S-O SO1 Promosi wisata berwawasan lingkungan melalui berbagai media, pengunjung yang datang dan kerjasama dengan berbagai instansi S1, S2, S4, O1, O2, O3, O4, O5 SO2 Pengembangan paket wisata air sebagai daya tarik penunjang ekowisata S3, O1, O3 STRATEGI W -O WO1 Penerapan konsep manajemen strategis dalam mengelola kawasan ekowisata W1, W2, O1, O3, O4 WO2 Peningkatan kualitas sumberdaya manusia W4, W7, W8, O1, O2 WO3 Pembangunan sarana dan prasarana ekowisata W5, W7, O1, O2, O3, O4 ANCAMAN THREATS T1 Polusi udara dan pengendalian polusi T2 Ketersediaan kredit yang mendukung usaha ekowisata T3 Dukungan dari pemerintah setempat T4 Kerentanan masy arakat lokal terhadap pengelolaan sumber daya alam yang menjanjikan nilai ekonomi secara cepat STRATEGI S-T ST1 Mengoptimalkan fungsi TWA melalui pihak pengelola, masyarakat lokal dan investor dengan mengajukan kredit untuk pengembangan kawasan ekowisata S 1, S2, S3, S4, T1, T2, T3, T4 ST2 Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan kawasan ekowisata S1, S3, T1, T4 ST3 Memperkuat nilai budaya dan sosial S2, T4 STRATEGI W -T WT1 Peningkatan pengawasan dan penegakkan hukum untuk mengurangi degradasi dan pencemaran lingkungan W7, W8, T1, T3, T4 WT2 Penyelenggaraan forum komunikasi secara berkala antara pengelola dan masyarakat terkait dengan kegiatan pengelo laan kawasan ekowisata W4, W9, T3, T4 Tujuan dari tahap pencocokkan di atas adalah untuk menghasilkan strategi alternatif yang layak, bukan untuk memilih atau menetapkan strategi mana yang terbaik. Oleh karena itu, tidak semua strategi yang dikembangkan dalam matriks SWOT dipilih untuk diimplementasikan. 5.6.4. Quantitative Strategic Planning Matrix QSPM Matriks Quantitative Strategic Planning QSPM atau Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif merupakan suatu teknik yang dirancang untuk menetapkan daya tarik relatif dari tindakan alternatif yang layak dengan membuat peringkat strategi untuk memperoleh daftar prioritas. Teknik ini secara sasaran menunjukkan strategi alternatif mana yang terbaik dan layak diimplementasikan. QSPM menggunakan input dari analisis tahap 1 berupa Matriks EFE dan Matriks EFI serta hasil mencocokkan dari analisis tahap 2 berupa Matriks SWOT untuk memutuskan secara sasaran diantara alternatif strategi. Pada Lampiran 15 dapat dilihat QSPM untuk pengelolaan dan pengembangan kawasan Pulau Kembang. Dari hasil analisis QSPM diperoleh alternatif strategi yang layak diimplementasikan dalam strategi pengelolaan kawasan TWA Pulau Kembang. Strategi yang diimplelementasikan dipilih berdasarkan skala prioritas yang menempati urutan lima besar dengan melihat jumlah total nilai daya tarik yang dimiliki oleh setiap alternatif strategi. Alternatif strategi terbaik yang akan diimplementasikan dalam pengelolaan kawasan TWA Pulau Kembang adalah sebagai berikut.

1. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia

Dalam rangka untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan sumberdaya manusia mencakup masyarakat lokal dan pihak pengelola kawasan, upaya yang perlu dilakukan adalah membuat program pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Program peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang dapat diterapkan antara lain dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan serta kursus-kursus bagi karyawan, praktisi dan pengelola kawasan. Selain itu, masyarakat lokal juga perlu dibekali keterampilan untuk mengisi lapangan kerja yang tersedia agar mereka tidak tersisih dari pendatang yang telah memiliki kualifikasi pendidikan dan keterampilan yang dibutuhkan. Beberapa pelatihan yang diperlukan antara lain pengelolaan homestay, pemandu ekowisata, olahraga memancing, membuat kerajinan tangan handycraft untuk dijadikan souvenir, cara membakar ikan dan mengemudikan perahu ke pulau-pulau yang akan dikunjungi ekowisatawan. Program ini dapat terlaksana apabila diadakan sosia lisasi program ekowisata di kawasan Pulau Kembang kepada masyarakat lokal dan instansi terkait serta menjaring tenaga-tenaga ahli dan terampil untuk menjalankan program tersebut.

2. Promosi wisata berwawasan lingkungan melalui berbagai media,

pengunjung yang datang dan kerjasama dengan berbagai instansi Strategi ini perlu dipertimbangkan unt uk dijadikan kebijakkan, karena dapat memberikan pengaruh yang signifikan dalam pengembangan kawasan ekowisata di Pulau Kembang apabila diimplementasikan dengan baik. Saat ini, informasi yang dapat diakses mengenai keberadaan Pulau Kembang sebagai kawasan ekowisata dengan status Taman Wisata Alam sangat sedikit dan sulit diperoleh baik melalui berbagai media yang ada seperti internet, brosur, dan lain- lain maupun melalui instans i terkait seperti BKSDA, Dinas Pariwisata, pihak pengelola CV. Sinar Kencana, dan lain- lain. Langkah- langkah yang perlu dilakukan dalam rangka mempromosikan kawasan ekowisata Pulau Kembang adalah dengan mempemudah akses informasi yaitu dengan membuat website mengenai kawasan-kawasan ekowisata di propinsi Kalimantan Selatan dengan memasukan TWA Pulau Kembang sebagai salah satu alternatif tujuan wisata, membuat brosur dan leaflet yang menarik sebagai informasi bagi para pengunjung yang datang ke Pulau Kembang dan bekerjasama menyebarkannya melalui berbagai instansi terkait seperti Dinas Pariwisata dan Kebudayaan propinsi Kalimantan Selatan, BKSDA Kalimantan Selatan dan biro-biro jasa perjalanan wisata baik di dalam maupun di luar propinsi Kalimantan Selatan.

3. Pembangunan sara na dan prasarana ekowisata

Melihat kondisi sarana dan prasarana yang terdapat di Pulau Kembang saat ini sudah tidak dapat lagi mengakomodasi setiap pengunjung yang datang dan jumlahnya sangat kurang karena sebagian besar sarana prasarana tersebut banyak yang rusak dan tidak terawat, maka pembanguna n sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekowisata sangat penting untuk diimplementasikan. Pembangunan sarana dan prasarana baik tipe maupun jumlahnya harus mengacu pada daya dukung kawasan dan disesuaikan kondisi bentang alam kawasan tersebut agar keaslian dan kelestarian sumberdaya alam dapat tetap terjaga dan laju degradasi lingkungan dapat diminimalkan. Upaya yang perlu dilaksanakan antara lain membuat sampan ekowisata, pengadaan alat komunikasi, pengadaan boat, pembuatan tracking tour hutan mangrove, pembangunan gazebo, pembangunan pondok pandang, pembangunan cottageresort wisata, pembangunan food court khusus untuk makanan khas daerah, memperbaiki jalan papanboard walks dan jalan setapak.

4. Mengoptimalkan fungsi TWA melalui pihak pengelola, masyarakat lokal

dan investor dengan mengajukan kredit untuk pengembangan kawasan ekowisata Alternatif strategi ini dapat diimplementasikan apabila semua pihak yang terkait dengan pengelolaan kawasan Pulau Kembang saling berkomitmen untuk bersama-sama mengembangkan kawasan ekowisata Pulau Kembang sebagai salah satu daerah tujuan wisata. Hal ini dapat ditempuh dengan melakukan patroli rutin dan pengamanan kawasan dari kegiatan eksplorasi yang berpotensi menyebabkan degradasi lingkungan oleh pihak BKSDA, melakukan pengelolaan kawasan ekowisata Pulau Kembang dengan baik dan profesional sesuai dengan hak ijin pengusahaan pariwisata alam yang dipegang oleh CV. Sinar Kencana berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan, mengajukan kredit kepada bank atau pihak investor yang berminat untuk pengembangan kawasan ekowisata Pulau Kembang serta mengajak masyarakat lokal untuk ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan konservasi yang diselenggarakan di Pulau Kembang sehingga tercipta kawasan ekowisata yang berbasis masyarakat dan berkelanjutan.

5. Penerapan konsep manajemen strategis dalam mengelola kawasan

ekowisata Pulau Kembang Perumusan strategi yang baik tidak menjamin penerapan konsep manejemen strategi yang sukses. Kenyataan dilapangan selalu lebih sulit melakukan sesuatu implementasi strategi dibandingkan mengatakan akan melakukan sesuatu perumusan strategi. Dalam penerapan konsep manajemen strategi pihak pengelola perlu mengambil tindakan-tindakan yang efektif dan efisien seperti membangun sarana prasarana, mengubah strategi pemasaran, menerima karyawan baru, mengubah strategi penetapan harga, menyusun anggaran keuangan, mengembangkan tunjangan karyawan, menetapkan prosedur pengendalian biaya, mengubah strategi promosi, memberikan pelatihan kepada karyawan dan menyusun sistem informasi komputer yang lebih baik.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan: 1. Berdasarkan hasil analisa data meliputi aspek sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya ekonomi, dapat diketahui: • Potensi dan kondisi sumberdaya alam di TWA Pulau Kembang secara umum masih cukup baik untuk diselenggarakannya kegiatan ekowisata. • Pengembangan kawasan ekowisata Pulau Kembang layak feasible untuk diusahakan melalui kerjasama antara pihak pengelola dengan pihak pemerintah, investor dan masyarakat lokal. • Persepsi masyarakat sekitar kawasan terhadap kondisi lingkungan termasuk dalam kategori baik, sedangkan untuk sarana dan prasarana secara umum dalam kategori cukup dan kurang. • Persepsi pengunjung terhadap kondisi lingkungan termasuk dalam kategori baik, sedangkan untuk sarana dan prasarana secara umum termasuk dalam kategori cukup, kurang dan sangat kurang. • Dalam pengembangan kawasan ekowisata Pulau Kembang perlu koordinasi yang jelas antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pihak pengelola, investor dan masyarakat sekitar kawasan. 2. Dari hasil analisis strategis dengan matriks SWOT dan QSPM diperoleh lima alternatif strategi yang layak untuk diimplementasikan dalam rangka pengembangan kawasan Pulau Kembang, yaitu: • Peningkatan kualitas sumberdaya manusia. • Promosi wisata berwawasan lingkungan melalui berbagai media, pengunjung yang datang dan kerjasama dengan berbagai instansi terkait. • Pembangunan sarana dan prasarana ekowisata. • Mengoptimalkan fungsi TWA melalui pihak pengelola, masyarakat lokal dan investor dengan mengajukan kredit untuk pengembangan kawasan ekowisata.