Analisa Kualitas Air Analisa Daya Dukung Lingkungan

3. Penutupan jenis Ci dan penutupan relatif RCi

Penutupan Ci adalah luas penutupan jenis i dalam suatu unit area dengan rumus berikut : A BA Ci ∑ = Keterangan : Ci = Penutupan jenis BA = 4 2 d π d = diameter batang; π 3,1416 = konstanta A = Luas total area pengambilan contoh Penutupan relatif jenis adalah perbandingan antara luas areal penutupan jenis i Ci dan luas total area penutupan untuk seluruh jenis Σ C : 100 1 x C Ci RCi n i             = ∑ = Keterangan : RCi = Penutupan relatif Ci = Penutupan jenis ke- i Σ C = Penutupan total untuk seluruh jenis

4. Importance Value IV atau Indeks Nilai Penting

Importance Value IV atau Indeks Nilai Penting adalah jumlah dari nilai kerapatan relatif jenis RDi, frekuensi relatif jenis RFi dan penutupan relatif jenis RCi, dengan rumus : IV = RDi + RFi + RCi Nilai penting suatu jenis berkisar antara 0 - 300. Nilai penting ini memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis tumbuhan mangrove dalam komunitas mangrove.

3.4.2. Analisa Kualitas Air

Data kualitas air yang diperoleh dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan BTKL Banjarbaru meliputi DO, pH, kekeruhan, suhu, salinitas, TSS dan total coliform dibandingkan dengan standar baku mutu air laut untuk kegiatan wisata bahari berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 tahun 2004. Hal ini bermanfaat untuk menentukan tingkat kelayakan kondisi perairan dalam mendukung pengembangan ekowisata di Pulau Kembang.

3.4.3. Analisa Daya Dukung Lingkungan

Analisa daya dukung lingkungan ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari tidak bersifat mass tourism , mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas, maka perlu penentuan daya dukung kawasan. Metode untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata yaitu dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan Yulianda, 2007. Perhitungan Daya Dukung Kawasan DKK dala m bentuk rumus: Wp Wt x Lt Lp x K DKK = Dimana: DKK = Daya dukung kawasan K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area LP = Luaspanjang area yang dapat dimanfaatkan Lt = Unit area untuk kategori tertentu Wt = Waktu yang disediakan kawasan untuk kegiatan wisata dalam 1 hari Wp = Waktu yang dihabiskan pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu Berdasarkan PP Nomor 18 Tahun 1994 areal yang diizinkan untuk dikembangkan adalah 10 dari luas zona pemanfaatan, sehingga daya dukung kawasan konservasi dibatasi dengan “Daya Dukung Pemanfaatan” DPP yang ditentukan dengan rumus: DKK x 1 , DPP = Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga keaslian sumberdaya tetap terjaga Tabel 2. Tabel 2. Potensi ekologis pengunjung K dan luas area kegiatan Lt Jenis Kegiatan K S Pengunjung Unit Area Lt Keterangan Selam 2 1000 m 2 Setiap 2 orang dalam 100 m x 10 m Snorkling 1 250 m 2 Setiap 1 orang dalam 50 m x 5 m Wisata Lamun 1 250 m 2 Setiap 1 orang dalam 50 m x 5 m Wisata Mangrove 1 50 m 2 Dihitung panjang track, setiap 1 orang sepanjang 50 m Rekreasi Pantai 1 50 m 2 1 orang setiap 50 panjang pantai Wisata Olah Raga 1 50 m 2 1 orang setiap 50 panjang pantai Sumber: Yulianda 2007 Waktu kegiatan pengunjung Wp dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskankan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata Tabel 3. Tabel 3. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata No. Kegiatan Waktu yang dibutuhkan Wp- jam Total waktu 1 hari Wt- jam 1. Selam 2 8 2. Snorkling 3 6 3. Berenang 2 4 4. Berperahu 1 8 5. Berjemur 2 4 6. Rekreasi pantai 3 6 7. Olah raga air 2 4 8. Memancing 3 6 9. Wisata mangrove 2 8 10. Wisata lamun dan ekosistem lainnya 2 4 11. Wisata satwa 2 4 Sumber: Yulianda 2007 Selain itu perhitungan daya dukung fisik existing juga diperlukan untuk mengetahui kapasitas daya tampung maksimum dari masing- masing fasilitas fisik yang tersedia dalam mengakomodasi ekowisatawan Boullion, 1985 dalam Bengen, 2002. Daya dukung fisik ditentukan dengan rumus : rata rata individu kenyamanan Standar wisatawan oleh digunakan yang kawasan Luas dukung Daya − = Standar daya dukung kegiatan wisata di kawasan konservasi berdasarkan jumlah wisatawan per hari per hektar disajikan pada Tabel 4 WTO,1997 dalam Yahya, 1999. Tabel 4. Standar daya dukung kegiatan wisata di kawasan konservasi No Kegiatan Wisata Jumlah Wisatawan oranghariha 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Hutan wisata Taman wisata alam daerah pingiran Piknik kerapatan tinggi Piknik kerapan rendah Sport game Golf Aktivitas di perairan: • Memancing • Speed boat • Ski air Jalan-jalan walking Ski 15 15 – 70 300 – 600 60 – 200 100 – 200 10 – 15 5 – 30 5 – 10 5 – 15 40 100 per Hajalur Sumber: WTO 1997 dalam Yahya 1999 Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan obyek wisata yang akan dikembangkan Yulianda, 2007. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata mangrove adalah: 100 x N Ni IKW maks ∑       = Dimana: IKW = Indeks Kesesuaian Wisata Ni = Nilai parameter ke- i Bobot x Skor N maks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata Kesesuaian wisata pantai kategori wisata mangrove mempertimbangkan 5 parameter dengan empat klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata pantai kategori wisata mangrove antara lain ketebalan mangrove, kerapatan mangrove, jenis mangrove, pasang surut dan obyek biota Tabel 5. Tabel 5. Matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori wisata mangrove No. Parameter Bobot Kategori S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori S3 Skor Kategori N Skor 1. Ketebalan mangrove m 5 500 4 200-500 3 50-200 2 50 1 2. Kerapatan mangrove 100 m 2 4 15-25 4 10-15 3 5-10 2 5 1 3. Jenis mangrove 4 5 4 3-5 3 1-2 2 1 4. Pasang surut m 3 0-1 4 1-2 3 2-5 2 5 1 5. Obyek biota 3 Ikan, udang, kepiting, moluska, reptil, burung 4 Ikan, udang, kepiting, moluska 3 Ikan, moluska 2 Salah satu biota air 1 Sumber: Yulianda 2007 3.4.4. Analisa Potensi Ekonomi Kawasan Secara ekonomis, suatu perencanaan pengembangan ekowisata harus memasukan perhitungan biaya dan manfaat dari pengembangan ekowisata. Dalam perhitungan biaya dan manfaat benefit cost analysis tidak hanya menjelaskan keuntungan ekonomis yang akan diterima oleh pihak pengelola, namun juga biaya yang harus ditanggung oleh pengelola seperti biaya konservasi atau presevasi lingkungan Hidayati et al., 2003. Jangka waktu yang diperhitungkan dalam perhitungan bervariasi sesuai dengan kesepakatan semua stakeholders terkait. Benefit cost analysis menggunakan kriteria nilai yang berlaku sekarang present value untuk mengatur atau mengelola biaya dan manfaat ekonomis yang diperoleh dimasa yang akan datang berdasarkan parameter yang dianalisa groups dan waktu yang diperlukan time period Edwards, 1987. Untuk menduga potensi ekonomi kawasan dapat ditentukan melalui perhitungan net present value NPV di bawah ini: ∑ = = + − = T t t t t t d C B NPV 1 Keterangan: t = waktu tahun B = keuntungan atau manfaat yang diperoleh benefits C = biaya yang dikeluarkan cost d = laju potongan sosial social discount rate 3.4.5. Analisa Strategis Analisa strategis dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal dalam rangka menentukan strategi alternatif pengembangan ekowisata di Pulau Kembang. Analisa strategis dilakukan dengan menentukan matriks SWOT dan QSPM. Langkah- langkah dalam merumuskan matriks SWOT yaitu dengan menentukan faktor internal berupa kekuatan strength dan kelemahan weakness serta faktor eksternal berupa peluang opportunity dan ancaman threat Tabel 6. Tabel 6. Matriks SWOT EF I EF E Strength S Weakness W Opportunity O Strategi SO Strategi WO Threat T Strategi ST Strategi WT Sumber:Umar 2004 Alternatif strategi yang diperoleh dari matriks adalah: Strategi SO : Menggunakan kekuatan yang ada untuk memanfaatkan peluang Strategi ST : Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menghindari ancaman. Strategi WO : Berusaha mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang. Strategi WT : Berusaha meminimalkan kelemahan dengan menghindari ancaman. Untuk memperoleh arahan pengembangan ekowisata di Pulau Kembang, analisa dengan matriks SWOT dilanjutkan ke tahapan pengambilan keputusan dengan menggunakan Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif Quantitative Strategic Planning Matrix QSPM David, 2004. Matriks ini akan menunjukan strategi alternatif yang sebaiknya diprioritaskan berdasarkan informasi strategi yang diperoleh dari matriks SWOT Tabel 7. Tabel 7. Matriks perencanaan strategis kuantitatif QSPM Faktor -faktor Sukses Kritis Bobot Alternatif Strategi Strategi 1 Strategi 2 Strategi n AS TAS AS TAS AS TAS Peluang Ancaman Kekuatan Kelemahan Jumlah Total Nilai Daya Tarik Sumber: David 2004 Keterangan : Nilai Daya Tarik atau AS Attractiveness score: Amat menarik : 4 Cukup menarik : 3 Agak menarik : 2 Tidak menarik : 1 TAS Total Attractiveness Score = Bobot x AS ∑ = n - ke strategi TAS Tarik Daya Nilai Total Jumlah

IV. PROFIL KAWASAN KONSERVASI DI KALIMANTAN SELATAN

Propinsi Kalimantan Selatan memiliki beberapa kawasan konservasi yang ditetapkan berdasarkan fungsi dan tingkat pemanfaatannya. Kawasan konservasi tersebut dibagi menjadi Taman Nasional, Cagar Alam, Suaka Margasatwa dan Taman Wisata Alam. Sebagian areal kawasan konservasi tersebut meliputi wilayah pesisir dan berbatasan langsung dengan laut. Pada Lampiran 15 dapat dilihat peta sebaran kawasan konservasi di wilayah Kalimantan Selatan. 4.1. Taman Wisata Alam Pulau Kembang 4.1.1. Sejarah Singkat Kawasan Taman Wisata Alam TWA Pulau Kembang merupakan pulau dengan ekosistem mangrove seluas 60 hektar yang berada di tengah sungai Barito, kecamatan Alalak, kabupaten Barito Kuala, propinsi Kalimantan Selatan. TWA Pulau Kembang ditunjuk berdasarkan SK Mentan Nomor: 780KptsUM121976 tanggal 27 Desember 1976. Pada tahun 1992 areal seluas ± 6 Ha dikelola oleh CV. Sinar Kencana dengan SK Menhut Nomor: 1568 Menhut-II1992 tanggal 3 September 1992. Selanjutnya pada tahun 1995 CV. Sinar Kencana memperoleh hak pengusahaan pariwisata alam di TWA Pulau Kembang dengan jangka waktu 30 tahun berdasarkan KepMenHut Nomor 192Kpts-II1995 tanggal 4 April 1995. TWA Pulau Kembang merupakan daerah penyangga bagi lingkungan perairan di sekitar sungai Barito dan memiliki nilai konservasi berupa perlindungan habitat satwa liar diantaranya kera abu-abu Macaca fascicularis, bekantan Nasalis larvatus serta terdapat peninggalan sejarah keramat tempat bersembahyang orang-orang keturunan Tionghoa. 4.1.2. Kondisi Fisik Kawasan Secara geografis kawasan TWA Pulau Kembang berada pada posisi 114°33’33’’ BT - 114°33’49’’ BT dan 3°12’20’’ LS - 3°12’25’’ LS. Kawasan ini