Sejarah Singkat Kawasan Kondisi Fisik Kawasan

Pandanus tectoricus, jeruju Acanthus ilicifolius, piai Acrostichum aureum, dan lain- lain. Potensi fauna yang dimiliki diantaranya jenis ma malia yaitu bekantan Nasalis larvatus, bajing tanah Lariscus insignis, dan lain- lain. Terdapat beberapa jenis aves diantaranya raja udang biru Halycon chloris, elang bondol Haliastur indus, sikatan atau kipasan Rhipidura javanica, raja udang Alcedo meniting , dan lain- lain, serta beberapa jenis reptilia diantaranya ular sanca Phyton reticulatus, ular air Homolopsus buccata, kadal Mabouya multifasciata , biawak Varanus salvator, dan lain- lain. Adapun potensi wisata yang dimiliki TWA Pulau Bakut adalah wisata alam hutan mangrove, wisata alam sungai air, dan yang menjadi daya tarik tersendiri adalah Pulau Bakut terletak tepat di bawah Jembatan Barito yang merupakan jembatan terpanjang si Indonesia ± 1.200 m BKSDA KALSEL, 2004.

4.2.4. Aksesibilitas

TWA Pulau Bakut terletak sekitar 15 km dari kota Banjarmasin dan dapat ditempuh melalui jalan darat dengan berbagai jenis kendaraan ataupun melalui transportasi air dengan perahu klotok, speedboat, dan lain- lain. Dari pelabuhan kuin ± 45 menit menuju ke arah hulu melintasi ujung Pulau Kembang, Pasar Terapung, Pulau Alalak dan Pulau Muara Anjir.

4.3. Taman Wisata Alam Pleihari Tanah Laut

4.3.1. Sejarah Singkat Kawasan

Taman Wisata Alam TWA Pleihari Tanah Laut merupakan daerah daratanpantai seluas 1500 hektar, terletak di kecamatan Panyipatan, kabupaten Tanah laut, propinsi Kalimantan Selatan. TWA Pleihari Tanah Laut ditunjuk berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 64KptsUm21974, tanggal 13 Februari 1974 dengan luas 50.000 ha. Pada tahun 1975 dilakukan penataan batas terhadap kawasan yang ditunjuk, ditetapkan dengan SK Menteri Pertanian No. 424KptsUm101975 tanggal 23 Oktober 1975. Berdasarkan surat penetapan tersebut, luas suaka margasatwa menjadi 35.000 ha. Dalam perkembangan selanjutnya, berbagai gangguan terhadap kawasan muncul sehingga areal berhutan mulai berkurang dan padang alang-alang semakin luas. Dengan keadaan yang demikian, timbul gangguan terhadap fungsi dan tujuan penunjukannya sebagai suaka margasatwa, sehingga pada tahun 1991 dilakukan evaluasi kondisi sumberdaya alam di kawasan ini. Berdasarkan laporan hasil evaluasi, kemudian dikeluarkan SK Menteri Kehutanan Nomor: 695Kpts-II1991 tanggal 11 Oktober 1991 tentang Perubahan Sebagian Kawasan Suaka Margasatwa Pleihari Tanah Laut di Kabupaten Pleihari, Propinsi Kalimantan Selatan seluas 35.000 ha menjadi Hutan Produksi Tetap seluas 27.500 ha, Suaka Margasatwa seluas 6000 ha dan Ta man Wisata Alam seluas 1.500 ha. Pada saat ini areal seluas ± 10 ha Pantai Batakan dikelola oleh PT. Batakan Wisata Permai.

4.3.2. Kondisi Fisik Kawasan

Secara geografis kawasan TWA Pleihari Tanah Laut berada pada posisi 114°37’ BT - 114°38’30’’ BT dan 4°4’ LS - 4°10’ LS. Kawasan ini memiliki tofografi datar dengan tinggi minimum 2 mdpl dan tinggi maksimum 15 mdpl. Kondisi tanah di kawasan ini sebagian besar aluvial dengan tekstur kasar sampai halus serta fisiografi datar. Kondisi geologinya terbagi dua yaitu daratan berawa air tawar dan daratan berpasir yang tidak tergenang tanah kering. Memiliki tipe iklim B tipe iklim Schmidt dan Ferguson dengan curah hujan rata-rata 2.624 mmtahun, kelembaban rata-rata 81 serta suhu rata-rata 27° C BKSDA KALSEL, 2004.

4.3.3. Potensi Kawasan