5.4. Kebijakan dan Kelembagaan Pengembangan Ekowisata
Dalam GBHN 1999-2004, arah kebijakan pembangunan pariwisata di Indonesia adalah mengembangkan pariwisata melalui pendekatan sistem yang
utuh dan terpadu dengan menggunakan kriteria ekonomis, teknis, ergonomis, sosial budaya, hemat energi, melestarikan ala m dan tidak merusak lingkungan.
Daya tarik yang dimiliki oleh TWA Pulau Kembang adalah aksesibilitas yang sangat mudah dijangkau yaitu sekitar 2 km dari kota Banjarmasin serta habitat
bagi primata endemik Bekantan Nasalis larvatus yang dikategorikan rentan dalam IUCN Red Data Book dan dimasukkan ke dalam Appendix I CITES. Letak
pulau yang unik yaitu berada di tengah alur sungai Barito serta dapat melihat langsung kegiatan sehari- hari masyarakat tradisional Kalimantan Selatan yaitu
pasar terapung floating market dan rumah lanting merupakan potensi yang bagus untuk dikelola menjadi alternatif tujuan wisata berwawasan lingkungan.
TWA Pulau Kembang merupakan kawasan konservasi yang berada dalam wilayah kerja pengelo laan BKSDA Kalimantan Selatan dan dibawah unit kerja
Sub Seksi Wilayah Konservasi Barito Kuala. Di kawasan seluas 60 ha ini terdapat areal seluas 6 ha yang dimanfaatkan oleh CV. Sinar Kencana untuk kegiatan
pariwisata alam. Perusahaan ini memperoleh ijin pengusahaan pariwisata alam berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 192Kpts-II1995 dengan
jangka waktu 30 tahun terhitung dari tanggal 4 april 1995 - 4 April 2025. Sebagai konsekuensi dari ijin pengusahaan yang diperoleh, CV. Sinar Kencana berhak
untuk mengelola kegiatan usaha pariwisata alam dan memungut biaya atas jasa yang diselenggarakannya serta melaksanakan kewajibannya sebagai pemegang
hak pengusahaan pariwisata alam untuk mengelola kawasan Pulau Kembang secara terpadu dan berkelanjutan.
19559 24904
31259 32633
33324 32741
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000
2000 2001
2002 2003
2004 2005
Tahun Jumlah Pengunjung
Gambar 21. Jumlah ekowisatawan TWA Pulau Kembang periode 2000 - 2005
Sumber: BKSDA Kalsel, sampai dengan Agustus 2005
Berdasarkan data yang diperoleh dari BKSDA Kalimantan Selatan dapat dilihat fluktuasi jumlah ekowisatawan TWA Pulau Kembang dari tahun 2000
sampai bulan Agustus 2005. Jumlah ekowisatawan TWA Pulau Kembang didasarkan atas laporan bulanan pengunjung oleh CV. Sinar Kencana yang secara
rutin disampaikan ke Kantor Wilayah Departemen Kehutana n dan BKSDA Kalimantan Selatan.
Laporan bulanan pengunjung tersebut didasarkan atas jumlah karcis masuk yang terjual selama periode satu bulan. Dari hasil laporan diketahui bahwa
ekowisatawan yang berkunjung ke TWA Pulau Kembang terdiri dari pengunjung dalam dan luar negeri. Berdasarkan sumber data yang diperoleh tidak disebutkan
secara rinci selisih antara jumlah total pengunjung dalam dan luar negeri. Kenaikan jumlah ekowisatawan terjadi pada tahun 2000, namun secara
perlahan terjadi penurunan jumlah ekowisatawan pada tahun 2001 dan 2002 serta terjadi penurunan yang sangat tajam pada tahun 2003. Penurunan jumlah
ekowisatawan disebabkan karena TWA Pulau Kembang tidak dikelola dan dikembangkan secara optimal oleh pihak pengelola, sehingga ekowisatawan
kurang tertarik untuk berkunjung kembali ke kawasan tersebut. Hal ini diperparah dengan adanya kebakaran hutan yang terjadi 5 tahun terakhir hamper di seluruh
areal pulau Kalimantan sehingga menimbulkan kabut asap yang sangat mengganggu kegiatan ekowisata dan mengurangi kenyamanan ekowisatawan saat
berkunjung serta mengurangi jarak pandang saat melakukan perjalanan baik melewati jalur transportasi darat, air maupun udara. Selain itu, kondisi keamanan
dan situasi politik dalam negeri yang tidak menentu menyebabkan beberapa negara mengeluarkan travel warning bagi warga negaranya yang akan melakukan
perjalanan ke beberapa daerah tujuan wisata di Indonesia.
5.5. Dampak Pengelolaan Ekowisata di Pulau Kembang