Dampak Pengelolaan Ekowisata di Pulau Kembang

Berdasarkan data yang diperoleh dari BKSDA Kalimantan Selatan dapat dilihat fluktuasi jumlah ekowisatawan TWA Pulau Kembang dari tahun 2000 sampai bulan Agustus 2005. Jumlah ekowisatawan TWA Pulau Kembang didasarkan atas laporan bulanan pengunjung oleh CV. Sinar Kencana yang secara rutin disampaikan ke Kantor Wilayah Departemen Kehutana n dan BKSDA Kalimantan Selatan. Laporan bulanan pengunjung tersebut didasarkan atas jumlah karcis masuk yang terjual selama periode satu bulan. Dari hasil laporan diketahui bahwa ekowisatawan yang berkunjung ke TWA Pulau Kembang terdiri dari pengunjung dalam dan luar negeri. Berdasarkan sumber data yang diperoleh tidak disebutkan secara rinci selisih antara jumlah total pengunjung dalam dan luar negeri. Kenaikan jumlah ekowisatawan terjadi pada tahun 2000, namun secara perlahan terjadi penurunan jumlah ekowisatawan pada tahun 2001 dan 2002 serta terjadi penurunan yang sangat tajam pada tahun 2003. Penurunan jumlah ekowisatawan disebabkan karena TWA Pulau Kembang tidak dikelola dan dikembangkan secara optimal oleh pihak pengelola, sehingga ekowisatawan kurang tertarik untuk berkunjung kembali ke kawasan tersebut. Hal ini diperparah dengan adanya kebakaran hutan yang terjadi 5 tahun terakhir hamper di seluruh areal pulau Kalimantan sehingga menimbulkan kabut asap yang sangat mengganggu kegiatan ekowisata dan mengurangi kenyamanan ekowisatawan saat berkunjung serta mengurangi jarak pandang saat melakukan perjalanan baik melewati jalur transportasi darat, air maupun udara. Selain itu, kondisi keamanan dan situasi politik dalam negeri yang tidak menentu menyebabkan beberapa negara mengeluarkan travel warning bagi warga negaranya yang akan melakukan perjalanan ke beberapa daerah tujuan wisata di Indonesia.

5.5. Dampak Pengelolaan Ekowisata di Pulau Kembang

Dalam pengelolaan suatu kawasan ekowisata dibutuhkan tenaga ahli yang terampil dan profesional di bidangnya agar dapat melaksanakan program kerja yang telah direncanakan dengan baik, mengawasi jalannya kegiatan ekowisata dan mengatasi masalah- masalah yang terjadi di lapangan dengan efektif dan efisien. Dari hasil pengamatan di lapangan serta berdasarkan wawancara dengan masyarakat sekitar dan instansi terkait dapat diprediksi dampak-dampak yang akan muncul dari kegiatan pengelolaan dan pengembangan di TWA Pulau Kembang. Adapun dampak yang akan muncul terhadap kawasan terbagi dua, yakni dampak positif dampak dampak negatif. Berikut dampak positif yang diperkirakan muncul seiring dengan diselenggarakannya kegiatan ekowisata di TWA Pulau Kembang : 1. Menjaga kelestarian sumberdaya alam beserta ekosistemnya dengan mengimplementasikan rencana pengelolaan dan pengembangan melalui konsep pembangunan yang berkelanjutan sustainable development. 2. Mengoptimalkan fungsi taman wisata alam dengan memanfaatkannya menjadi kawasan pelestarian alam berbasis lingkungan dan masyarakat serta menjadi tempat pengembangan kegiatan pendidikan, penelitian dan ekowisata. 3. Tersedianya peluang berusaha yang dapat menjadi sumber pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal yang hidup disekitar kawasan melalui pengembangan wilayahnya menjadi kawasan ekowisata. 4. Tersedianya berbagai atraksi dan fasilitas wisata yang berpeluang dalam meningkatkan kepuasan ekowisatawan yang datang berkunjung ke kawasan wisata. Disamping dampak positif, diperkirakan juga akan muncul dampak negatif yang dapat mempengaruhi kawasan taman wisata alam secara signifikan, seperti : 1. Terjadi degradasi lingkungan berupa rusak dan berkurangnya vegetasi mangrove, rusaknya habitat utama sehingga menyebabkan penurunan keanekaragaman dan jumlah beberapa biota yang terdapat dikawasan tersebut, pencemaran air akibat limbah dari kegiatan ekowisata dan lain- lain. 2. Adanya kesenjangan sosial antara masyarakat lokal dengan ekowisatawan akibat tingkah laku dan gaya hidup yang dibawa oleh ekowisatawan yang datang berkunjung ke kawasan wisata. 3. Potensial menciptakan konflik akibat kesalahpahaman dan ketidaktahuan penduduk lokal terhadap pihak pengelola kawasan baik pemerintah maupun pengusaha. Hal ini terjadi apabila masyarakat setempat tidak ikut dilibatkan secara aktif dalam usaha pengembangan ekowisata. 4. Terjadinya kelebihan kapasitas over capacity pengunjung yaitu melampaui daya dukung kawasan dalam hal menampung ekowisatawan sehingga mengganggu kenyamanan ekowisatwan saat berkunjung. Hal ini terjadi akibat tidak ada pembatasan jumlah ekowisatawan dan sirkula si pengunjung serta tidak ada peraturan pengaturan pengunjung pada hari minggu atau libur.

5.6. Strategi Pengelolaan Dalam Kegiatan Ekowisata Di Pulau Kembang