11 tanah dengan mengacu pada ketentuan UU No. 201961 tentang pencabutan hak
atas tanah dan benda-benda yang ada di atasnya. Penetapan rencana pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan dengan didasarkan pada perencanaan
tata ruang wilayah. Apabila telah ada penetapan lokasi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum melalui surat ketetapan yang dikeluarkan oleh gubernur,
bupatiwalikota maka, pembelian atas tanah tersebut harus berdasarkan atas persetujuan tertulis dari gubernur, bupatiwalikota sesuai dengan kewenangannya.
Pengadaan tanah ini dimaksudkan untuk membangun fasilitas untuk kepentingan umum yang dibatasi hanya pada jalan umum, jalan tol, rel kereta api di atas
tanah, di ruang atas tanah, ataupun di ruang bawah tanah, saluran air minumair bersih, saluran pembuangan air dan sanitasi; waduk, bendungan, bendung, irigasi,
dan bangunan pengairan lainnya; fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan banjir, lahar, dan lain-lain bencana tempat pembuangan sampah
serta cagar alam dan cagar budaya; pembangkit, taransmisi, distribusi tenaga listrik. Namun, disini tidak dijelaskan dasar dari penetapan tersebut padahal
sebelum adanya revisi ini ada sekitar 21 macam fasilitas umum yang ditetapkan.
2.3.3 Tim Pengadaan Tanah P2T
Tim P2T memiliki struktur kepanitiaan yang dibentuk dan langsung diketuai oleh gubernur, bupatiwalikota yang bersangkutan. Tim ini memiliki
tugas antara lain mengadakan penelitian dan inventarisasi, kemudian penelitian mengenai status hukum atas tanah bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang
ada kaitannya dengan tanah yang haknya dilepaskan atau diserahkan. Selain itu, tim ini juga memilki tanggung jawab dalam memberikan penjelasan, penyuluhan
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
12 kepada masyarakat yang terkena pengadaan tanah untuk kepentingan umum
terkait masalah rencana dan tujuan dalam bentuk konsultasi publik baik berupa tatap muka, media cetak maupun media elektronik, hingga musyawarah untuk
mencapai kesepakatan, sampai dengan menyaksikan penyerahan ganti rugi dan membuat berita acara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah. Tim ini juga
bertanggung jawab mengadministrasi dan mendokumentasi berkas pengadaan tanah.
2.3.4 Atas Nama Kepentingan Umum
Apabila yang berhak atas tanah atau benda-benda yang berada di atasnya yang haknya dicabut tidak bersedia menerima ganti rugi sebagaimana
yang ditetapkan dalam keputusan presiden, karena jumlahnya yang dianggap kurang layak, maka yang bersangkutan dapat meminta banding kepada Pengadilan
Tinggi. Banding ke Pengadilan Tingi dimaksudkan agar menetapkan ganti rugi sesuai Undang-Undang No. 201961 tentang pencabutan hak-hak atas tanah dan
benda-benda yang ada di atasnya dan Peraturan Pemerintah No. 391973 tentang acara penetapan ganti rugi oleh pemerintah sehubungan dengan pencabutan hak-
hak atas tanah dan benda-benda yang ada di atasnya. Pada UU No. 201961 sendiri hal ini diatur dalam pasal 8 yaitu, “Jika yang berhak atas tanah danatau
benda-benda yang haknya dicabut itu tidak bersedia menerima ganti-kerugian sebagai yang ditetapkan dalam surat-keputusan presiden karena dianggapnya
jumlahnya kurang layak, maka ia dapat minta banding kepada Pengadilan Tinggi, yang daerah kekuasaannya meliputi tempat letak tanah dan benda tersebut,
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
13 kemudian pengadilan itulah yang menetapkan jumlah ganti-kerugiannya.
Pengadilan Tinggi memutus soal tersebut dalam tingkat pertama dan terakhir. Acara tentang penetapan ganti-kerugian oleh Pengadilan Tinggi diatur
dengan Peraturan Pemerintah. Sengketa tersebut pada pasal ini dan sengketa- sengketa lainnya mengenai tanah danatau benda-benda yang bersangkutan tidak
menunda jalannya pencabutan hak dan penguasannya, yang berarti selama masa persidangan di PT proses pengambilalihan tetap berjalan, dalam penjelasannya
pasal ini menyatakan bahwa presidenlah setelah mendengar pertimbangan instansi-instansi daerah, Menteri Agraria, Menteri Kehakiman dan menteri yang
bersangkutan yang
mempertimbangkan dan
menetapkan apakah
benar kepentingan umum mengharuskan dilakukannya pencabutan hak. Presidenlah
yang memutuskan dilakukannya pencabutan hak itu dan menetapkan besarnya ganti-kerugian yang harus dibayar kepada yang berhak. Hanya jika yang berhak
itu tidak bersedia menerima ganti kerugian yang ditetapkan oleh presiden, karena dianggapnya kurang layak, maka ia dapat minta bantuan kepada Pengadilan
Tinggi, agar pengadilan itulah yang menetapkan jumlah ganti kerugian tersebut. Tetapi bagaimanapun juga pencabutan hak itu sendiri tidak dapat diganggu gugat
di muka
pengadilan ataupun
dihalang-halangi pelaksanaannya.
Mempertimbangkan dan memutuskan hal tersebut adalah semata-mata wewenang presiden. Hal ini berarti pengadan tanah tetap tidak dapat dibatalkan, Pengadilan
Tinggi hanya membantu masalah ganti rugi dan tidak mempunyai wewenang untuk menghentikan pembangunan bahkan untuk sementara sampai proses
peradilan selesai. Ini memperlihatkan betapa rendahnya posisi tawar dari masyarakat, karena apa yang telah diputuskan oleh pemerintah menjadi sebuah
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
14 harga
mati. Pelaksanaan
pembangunan untuk
kepentingan umum
yang memerlukan tanah yang luasnya tidak lebih dari 1 hektar, dapat dilakukan
langsung oleh instansi pemerintah yang memerlukan tanah dengan para pemegang hak atas tanah, dengan cara jual beli atau tukar menukar atau cara lain yang
disepakati kedua belah pihak.
2.4 Peran Pemerintah dalam Perencanaan dan Pengambilalihan Tanah