65
6.5 Ikhtisar
Terdapat kesamaan dan perbedaan proses yang terjadi di kedua wilayah yang memiliki latar belakang berbeda. Pada proses sosialisasi kedua
wilayah sama-sama merasa kurang mendapatkan informasi yang cukup serta sama-sama tidak mendapatkan penyuluhan. Pada proses inventarisasi kedua
wilayah sama-sama mengaku tidak puas dan kecewa dengan cara-cara yang dilakukan TPT.
Pada proses musyawarah, warga komplek HBTB digantung dengan hanya 1 kali pertemuan musyawarah untuk menyepakati harga tanah sedangkan,
pada warga Kampung Kalimanggis musyawarah berlangsung sampai 3 kali. Terdapat perbedaan antara prosedur dan realisasi di lapangan yang menyebabkan
kesenjangan diantaranya pada proses sosialisasi yaitu tidak adanya penyuluhan. Pada proses inventarisasi belum dirumuskannya ganti rugi untuk kerugian non
fisik dan
pada musyawarah
tidak tercapai
kesepakatan harga.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
66
BAB VII RESPON WARGA DAN KONFLIK YANG TIMBUL
7.1 Kondisi dan Dinamika Dua Lokasi Kajian
Pengadaan tanah untuk kepentingan umum serta proses-proses yang terjadi di dalamnya, memberikan banyak dampak bagi warga yang terkena.
Dampak ini dapat dilihat dari sisi kemasyarakatan yang terlihat dari respon yang diberikan warga serta dari sisi lingkungan yang mereka tempati.
7.1.1 Harga Tanah
Harga tanah merupakan alasan yang paling kuat dalam menentukan cepat atau lambatnya proses pengadaan tanah yang terjadi di lokasi kajian. Dari
hasil kajian peneliti di lapangan, kedua daerah sama-sama mempermasalahkan harga tanah yang ditawarkan oleh pemerintah dan sama-sama menuntut kenaikan
harga. Harga tanah yang belum memuaskan menjadi isu utama yang selalu diusung oleh warga di kedua wilayah. Wilayah Komplek HBTB tanahnya
dihargai sebesar 1,2 jutam
2
, sedangkan wilayah Kampung Kalimanggis tanahnya dihargai sebesar 600.000m
2
. Perbedaan yang terlihat dari cara kedua wilayah ini meningkatkan
daya tawar mereka adalah jalur yang dipakai. Pada kasus wilayah HBTB kolektifitas lebih terlihat dengan keterlibatan warganya dalam Forkot, sedangkan
usaha-usaha yang dilakukan warga Kampung Kalimanggis lebih individual dengan mempercayakan kepada salah satu warganya utuk menempuh jalur
hukum. Harga yang dinilai belum memuaskan oleh warga di kedua wilayah
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
67 membuat proses pengadaan tanah di kedua wilayah berjalan dengan lambat.
Namun, jika melihat segi nominalnya maka, harga tanah di Komplek HBTB lebih tinggi dari harga tanah di Kampung Kalimanggis.
7.1.2 Tingkat Kesejahteraan
Bila dilihat dari ciri-ciri fisik kedua wilayah, maka dapat dikatakan bahwa Komplek HBTB memiliki tingkat kesejahteraan lebih tinggi dari Kampung
Kalimanggis. Tingkat kesejahteraan yang tinggi membuat warga HBTB lebih mudah mengakses Informasi seperti Koran dan internet. Sebelum rencana
pengadaan tanah disampaikan secara resmi, mereka sudah mendapatkan beragam informasi pendukung dari berbagai media massa selain dari jaringan sosial yang
mereka miliki. Hal ini membuat mereka mudah dalam mendapatkan data-data yang
akan mendukung argumentasi mereka dalam meningkatkan daya tawar properti yang mereka miliki. Sedangkan, warga Kalimanggis dari hasil kajian kurang akses
dalam informasi, informasi hanya diperoleh dari ketua RT dan dari P2T. Informasi yang didapat dari media massa tidak dalam rangka mengumpulkan
informasi. Warga Kampung Kalimanggis kurang mempercayai informasi yang didapatkan melalui media massa.
7.1.3 Jaringan Sosial
Warga Kampung Kalimanggis mendapat informasi secara informal melalui jaringan sosial yang mereka miliki. Mereka lebih mempercayai orang-
orang yang dianggap terlibat dalam pengadaan tanah dibandingkan media massa.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
68 Adanya jaringan sosial tidak bisa diabaikan dalam proses pengadaan tanah untuk
kepentingan umum ini. Komplek HBTB memiliki jaringan sosial yang cukup tinggi. Hal tersebut, terlihat dari keikutsertaan mereka dalam Forkot yang
merupakan kumpulan korban proyek Tol sewilayah Depok dengan lingkup keanggotaan lebih luas dari Kelurahan Harjamukti. Hasil yang mereka dapat dari
Forkot adalah mereka dapat memperjuangkan kesamaan harga di wilayahnya. Begitu juga dengan warga Kalimanggis yang yang memiliki aset jaringan sosial di
luar wilayah mereka, karena keberadaan pemilik tanah yang berada di luar Kalimanggis. Selain itu, di sekitar wilayah mereka terdapat salah satu anggota
P2T sehingga memungkinkan warga Kalimanggis mendapatkan informasi. Keberadaan jaringan sosial sangat berpengaruh dalam resistensi
perjuangan mereka untuk mendapatkan tuntutan mereka. Pada jaringan Forkot berkumpul orang-orang yang memiliki profesi dan latar belakang yang berbeda
dan setiap orang memiliki jaringan sosialnya masing-masing. Sedangkan, pada wilayah Kalimanggis dengan perjuangan yang cenderung individual membuat
jaringan sosial mereka relatif lebih rendah dibandingkan warga HBTB.
7.1.4 Ikatan Sosial
Kuatnya ikatan sosial warga di kedua wilayah terlihat dari respon yang diberikan warga dari isu awal pengadaan tanah. Pada Perumahan HBTB
menguatnya ikatan sosial sebagai akibat dari adanya kekhawatiran bersama yang menyebabkan gerakan bersama dari warga komplek dan membentuk solidaritas.
Warga beberapa kali berkumpul di rumah salah satu tokoh masyarakat untuk membicarakan langkah-langkah yang akan di ambil ke depannya.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
69 Kesadaran mulai menguat sebagai basis persatuan. Dengan demikian,
pembahasan mengenai ganti rugi berjalan lebih panjang, tidak cukup hanya 1 kali pertemuan untuk membicarakan ganti rugi tanah. Pada kenyataannya belum ada
keputusan final dari pemerintah tentang ganti rugi tersebut. Sedangkan, Kampung Kalimanggis yang tidak melakukan pertemuan-pertemuan, atau tidak ada bentuk
ikatan solidaritas prosesnya berjalan dengan lancar, dari pertemuan pertama, kedua dan ketiga, meski pada setiap pertemuan diwarnai oleh ketidaksepakatan.
Namun, setelah NJOP dinaikkan sampai 3 kalinya pada akhirnya beberapa warga menyetujui harga tersebut secara individu.
7.2 Respon Warga di Komplek HBTB terhadap Pengadaan Tanah
Kedatangan Walikota Depok Nurmahmudi Ismail ke wilayah mereka, dinilai warga sebagai awalan yang baik dan dinilai positif untuk memunculkan
kepercayaan warga terhadap pemerintah. Walikota berjanji bahwa warga akan mendapatkan ganti untung dan modal usaha tanpa mendzolimi warga. Warga pun
saat itu, menyatakan mendukung sepenuhnya program pemerintah. Hal
yang dilakukan
warga pada
awal munculnya
rencana pembangunan jalan tol, adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya dari
berbagai media massa terutama koran dan internet. Menurut penuturan warga, sedikit sekali informasi yang disampaikan langsung oleh pemerintah pada warga
yang terkena pengadaan tanah. Penuturan Ketua RT Bapak Drm,
“ Informasi kita dapat sendiri dari Koran dan Internet, sedikit sekali yang resmi dari pemerintah”. 2 September 2007
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
70 Ketakutan dari warga tersebut memperlihatkan adanya ketidakpercayaan pada
pemerintah dan belum jelasnya prosedur yang harus diketahui warga. Ketakutan warga tersebut mengakibatkan mereka sering berkumpul untuk rapat warga dan
membentuk posko. Pada rapat tersebut warga membicarakan kekuatan atau keunggulan apa saja yang dimiliki tempat tinggal mereka untuk menaikkan posisi
tawar mereka di forum musyawarah. Selain itu, rapat diadakan untuk membahas apa saja yang mereka harapkan dari pemerintah.
Ketika proses berjalan, ternyata dinilai tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan, sehingga mengubah kondisi menjadi tidak aman. Hal tersebut
mengakibatkan ikatan sosial menguat dan terbentuk solidaritas. Solidaritas masyarakat, dan kesadaran untuk berkumpul ini tidak lepas dari peran tokoh
masyarakat dan Ketua RT yang ternyata sering mengunjungi dan menelepon warga yang lain untuk menjaga warga agar tetap satu suara. Kekhawatiran yang
tinggi akan adanya tindakan yang curang dari pemerintah dan calo tanah membuat warga semakin solid. Solidaritas yang terbentuk cukup efektif dalam membangun
semangat masyarakat dalam menaikkan posisi tawar mereka di hadapan pemerintah dengan merumuskan sendiri harga yang mereka anggap pantas.
Masa sanggah yang diberikan sejak musyawarah pertama kurang lebih selama 10 hari sejak pertemuan pertama. Untuk persiapan memasuki masa
sanggah, warga berkesempatan mengajukan keberatan-keberatannya kepada pemerintah. Warga mengadakan rapat yang bertujuan meningkatkan daya tawar
mereka pada pemerintah. Selain itu, mereka juga merumuskan harga minimal dari tanah mereka yaitu sebesar 4,5 jutam2 dan bangunan 3 juta m2. Akhirnya, warga
merumuskan tabel kompensasi penggusuran perumahan HBTB.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
71
Tabel 5 Tabel Kompensasi Penggusuran Perumahan
HBTB
Sumber: Tokoh Masyarakat HBTB
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 12 Hasil Rapat Warga Komplek HBTB
Masa sanggah dan pertemuan kedua cukup mengecewakan warga. Warga kecewa karena ternyata mereka hanya berhak memutuskan untuk diri mereka
sendiri dan tidak boleh membawa nama kelompok bahkan memakai kata “kami”
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
72 pada saat musyawarah pun dilarang. Seorang tokoh masyarakat Bapak Al
mengungkapkan:
“Bahkan membawa kata-kata “kami” pun tidak boleh, jika P2T ingin mendengarkan per individu sebaiknya warga tidak usah dikumpulkan datangi
saja door to door rumah ke rumah”. 4 November 2007
Adanya pernyataan bahwa harga tidak bisa dinaikkan lagi juga sistem sanggah individual dengan kesepakatan yang individual pula, membuat soliditas warga
mulai goyah. Goyahnya soliditas masyarakat ini terlihat dari 4 orang warganya yang akhirnya menyepakati harga 600.000m2 yang masih diperjuangkan.
Menurut penuturan tokoh masyarakat Bapak Al, orang-orang yang menyetujui harga yang ditawarkan oleh pemerintah adalah warga yang sangat membutuhkan
uang. Panitia pengadaan tanah menjanjikan akan ada 3 kali pertemuan untuk
membahas masalah harga tanah, sehingga warga masih menyimpan harapan untuk memperjuangkan harga tanah mereka. Ternyata jarak antara pertemuan
pertama dan kedua memiliki jeda waktu yang cukup panjang, bahkan warga sendiri yang meminta untuk bertemu. Namun, hingga 3 bulan belum ada
tanggapan dari P2T. Kondisi ini membuat warga bingung dan merasa digantung dengan waktu yang terus-menerus diulur.
Keberadaan tokoh masyarakat yang bekerja sebagai kontraktor di perusahaan kontruksi yang berpengalaman dalam pembebasan tanah, membuat
masyarakat semakin yakin dengan langkah yang akan ditempuh. Warga HBTB juga berkomunikasi dengan warga perumahan lain seperti di Kelurahan Curug
terdapat Komplek Perumahan Departemen Koperasi dan Perumahan Pertamina.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
73 Mereka membentuk satu organisasi bernama Forkot yang diprakarsai oleh warga
Raffles Hill dan diketuai oleh seorang mantan anggota DPRD. Forkot sudah beranggotakan kurang lebih 600 warga yang terkena pengadaan tanah. Mereka
bersama-sama mengadakan demonstrasi ke Kantor Pemerintah Kota. Namun,
ternyata strategi yang dilancarkan oleh pemerintah dengan ‘menggantung’ dalam ketidakpastian akhirnya merobohkan semangat mereka untuk mempertahankan
harga yang layak untuk tanah mereka. Beberapa orang akhirnya mulai menyerah dan dengan terpaksa setuju
dengan harga yang ditawarkan oleh pemerintah. Situasi ini ternyata mudah sekali menular, warga lain yang tadinya masih terus bertahan bertambah resah karena
sama sekali belum melihat iktikad baik dari pemerintah untuk melakukan pertemuan selanjutnya dan menaikkan harga tanah. Penyebab lainnya adalah
mereka sudah mengambil kredit rumah di tempat lain dengan harapan tanahnya segera mendapatkan pembayaran dengan harga yang layak.
Forkot merupakan salah satu dampak yang kongkrit dari proses pengadaan tanah yang dilakukan. Bergabungnya warga HBTB dengan Forkot
Cijago membuat mereka lebih kritis dengan apa yang terjadi. Adanya jaringan sosial dengan komplek-komplek lain dan kecamatan lain membuat warga
mendapatkan lebih
banyak informasi.
Forkot Cijago
juga berhasil
memperjuangkan adanya kesamaan harga di komplek HBTB. Banyak hal yang diperjuangkan warga HBTB bersama Forkot. Beberapa hal yang menjadi tuntutan
warga dalam demonstrasi yang dilakukan adalah: 1. Menuntut untuk diadakannya musyawarah lanjutan
2. Menuntut kenaikan harga
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
74 3. Menuntut TPT mencabut pernyataan yang menunjukkan bahwa
harga tidak bisa dinaikan, padahal harga ditentukan melalui mekanisme musyawarah dan SK Kepala Daerah.
4. Diadakan evaluasi wilayah, hal ini karena tidak ada perbedaan antara wilayah rawa dan wilayah usaha yang ada di pinggir jalan.
Forkot juga banyak mencatat kejanggalan dan pelanggaran yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini P2T dan TPT terutama yang dilakukan oleh ketua TPT
Bapak Sgd yang diminta warga untuk diganti, karena Bapak Sgd menyatakan tidak lagi ada kenaikan harga.
Dari beberapa kejanggalan dan pelanggaran itu adalah: 1. Mengenai kesalahan surat-surat keputusan yang dibuat oleh
Walikota, mereka menilai surat-surat tersebut cacat hukum dan tidak sesuai dengan ketentuan Tata Usaha Negara, karena
mengeluarkan secara sepihak tanpa sebelumnya melibatkan warga yang terkena pengadaan tanah.
2. Adanya pemberitahuan tentang masa sanggah yang dinilai bersifat intimidasi yaitu, “Apabila tidak melakukan keberatansanggahan
dalam batas waktu yang ditetapkan maka pemilik dianggap setuju dengan pengumuman
”.Terlampir 3. Diterapkannya Koefisien Kualitas konstruksi dan Koefisien Susut
Bangunan sebagai
pengurang dana
yang akan
dibayarkan pemerintah ke pada warga.
4. Pemerintah tidak memasukkan kerugian-kerugian tidak langsung yaitu biaya pemasangan listrik, telepon dan biaya kepindahan.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
75 Pemerintah juga tidak memperhatikan kerugian secara immaterial
yang dirasakan warga. Warga HBTB yang awalnya solid dan aktif dalam setiap kegiatan yang
diadakan oleh Forkot, mundur satu-persatu dari Forkot. Bapak Drm 40 yang menjadi Ketua RT dan menjadi informan peneliti awalnya sangat aktif dalam
kegiatan Forkot akhirnya memilih untuk mundur. Beliau menyetujui ganti rugi dengan menyerahkan sertifikat tanahnya pada Bulan Mei 2008. Hal ini
disebabkan karena warga kompleknya yang lain juga sudah banyak yang pindah dari komplek. Ada pun yang masih bertahan adalah warga yang tanahnya masih
menjadi sengketa karena sebagian tidak masuk ke wilayah yang terkena proyek dan rumah-rumah yang hanya dijadikan investasi oleh pemiliknya. Hal ini juga
disebabkan warga Komplek HBTB yang bekerja sebagai pegawai swasta dan anak-anak mereka yang bersekolah memilki rutinitas yang menuntut stabilitas
tempat tinggal. Walaupun ditinggalkan oleh anggotanya satu-persatu, tidak menjadikan
Forkot Cijago menjadi mundur, bahkan mereka bertambah berani dan intensif melakukan demonstrasi. Aktivitas yang mereka lakukan selain demonstrasi adalah
menuntut melalui jalur hukum dengan memberi somasi dan mengirimkan surat kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pekerjaaan Umum juga Presiden.
Mereka juga merumuskan daftar hasil inventarisasi independen atas pemilik yang belum setuju besarnya nilai ganti rugi untuk klarifikasi dan evaluasi dalam rangka
kenaikan ganti rugi pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol Cinere- Jagorawi.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
76
7.3 Respon Warga Di Kampung Kalimanggis Terhadap Pengadaan Tanah