1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tidak ada negara tanpa tanah dan tanah merupakan benda netral yang akan mempunyai makna, ketika benda tersebut dihuni oleh manusia dengan cara
hidup tertentu Matta, 2006. Tanah memiliki arti yang sangat penting bagi kesejahteraan rakyat Indonesia. Tanah juga menjadi sumberdaya yang sangat vital
mengingat kedudukannya sebagai faktor produksi yang sifatnya tetap dan terbatas. Hal tersebut menyebabkan nilainya semakin meningkat. Kondisi tersebut
membuat tanah yang menyangkut hajat hidup orang banyak dipercayakan pengelolaan dan pengaturannya kepada pemerintah sebagai representasi dari
negara. Prinsip dasar untuk pengelolaan sumberdaya alam PSDA di
Indonesia adalah UUD 1945 khususnya pasal 33 yang isinya: “Bumi dan kekayaan alam lainnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat“ ini dikenal dengan konsep Hak Menguasai Negara HMN. Dengan demikian politik PSDA di Indonesia diwakili oleh pasal 33 UUD
1945 yang berpusat pada kekuasaan yang besar dari negara terhadap penguasaan, pemilikan dan pemanfaatan sumberdaya alam Saptariani, 2000.
Pemerintah sebagai pengelola secara
tidak langsung memiliki kewenangan untuk mengatur agraria yang dikenal dengan HMN. Hak ini
membawa pemerintah
kepada peraturan-peraturan
yang ditujukan
untuk kesejahteraan
rakyat. Salah
satunya adalah
dalam bentuk
perencanaan pembangunan infrastruktur yang mengatasnamakan kepentingan umum. Pada
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
2 perkembangannya, perencanaan pemerintah tersebut sering harus berhadapan
dengan hak rakyat yang menjadi pemilik tanah. Hal tersebut menyebabkan adanya peraturan sepihak yang sifatnya memaksa karena proyek untuk kepentingan
umum yang akan dilakukan tidak dapat dipindahkan ke tempat lain atau yang lebih dikenal sebagai penggusuran untuk kepentingan umum. Salah satu contoh
dari peraturan yang sifatnya memaksa tersebut adalah Perpres No. 362005 dan No. 562006 yang mengatur tentang pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
Perpres No. 362005 dan No. 652006 adalah peraturan penganti dari Keppres No. 551993 yang mengatur masalah pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
Perpres No. 362005 ini menimbulkan kontroversi karena mengatur masalah pencabutan hak atas tanah. Adanya kontroversi membuat pemerintah harus
merevisi Perpres tersebut dengan Perpres No. 652006. Masalah pengadaan tanah untuk kepentingan umum atau dengan
bahasa lain dikenal dengan penggusuran selalu menjadi hal yang ditakutkan oleh masyarakat karena hak masyarakat menjadi terancam. “Semua hak atas tanah
mempunyai fungsi sosial” UUPA No. 51960, pasal 6. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang terkait masalah pembebasan lahan sering kali
menimbulkan banyak konflik. Hal ini dikarenakan salah satu pihak baik pihak penyedia yaitu masyarakat dan pihak yang membutuhkan yaitu pemerintah, tidak
mencapai kesepakatan dalam musyawarah yang dilaksanakan. Posisi yang terjadi adalah masyarakat sebenarnya tidak mau menjual tetapi harus menjual, sedangkan
pemerintah yang sebenarnya tidak mau membeli harus membeli karena kebutuhan terhadap infrastruktur yang tidak dapat dihindari.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
3 Salah satu pemicu dari pertumbuhan pembangunan infrastruktur di
Indonesia adalah diadakan Indonesia Infrastructure Summit 2005 17-18 Januari 2005, pertemuan ini diakhiri dengan penandatanganan Declaration of Action on
Developing Infrastructure and Public Private Partnerships, The Jakarta Infrastructure Summit 2005. Saat itu pemerintah Indonesia
menyatakan membutuhkan dana untuk pembangunan dan peningkatan infrastruktur sebesar
Rp1.305 triliun. Akibat besarnya dana yang dibutuhkan tersebut, pemerintah mengundang investor domestik dan luar
negeri untuk mencari sumber pembiayaan. Sementara itu, pada tahap pertama, Pemerintah Indonesia telah
menawarkan 91 proyek senilai Rp 205,5 triliun kepada para investor, sekaligus berjanji akan mengeluarkan 14 peraturan serta ketentuan untuk mendukung
kelancaran investasi yang ditanamkan.
1
Kasus pembangunan jalan tol adalah salah satu kasus pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang paling jelas membutuhkan tanah sebagai dasar
pembangunannya, salah satunya adalah pembangunan Tol Cinere-Jagorawi yang akan dibangun sepanjang 14,7 km dan diperkirakan membutuhkan dana sebanyak
2 triliun rupiah. Proyek yang dianggap sebagai “Mega proyek” ini merupakan implementasi dari Perpres No. 362005 dan No. 652006 dalam proses pengadaan
tanahnya. Proyek ini merupakan hasil kerjasama pemerintah dan sektor swasta dalam bentuk hak pengelolaan.
Fakta di atas mendorong penulis mengambil kasus pembebasan tanah ini untuk melihat proses dan dampak yang terjadi pada pengadaan tanah untuk
kepentingan umum pada proyek infrastruktur ini. Pada kasus ini mayoritas tanah
1
http:
www.walhi.com akses tanggal 24 Maret 2007.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
4 yang akan dibebaskan adalah pemukiman penduduk, sehingga perlu adanya telaah
proses yang ada dalam pandangan masyarakat yang terlibat. Lokasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah ruas tol yang melalui Kota Depok Kecamatan
Cimanggis Kelurahan Harjamukti.
1.2 Rumusan Masalah