55 kali meyakinkan bahwa tidak akan ada lagi kenaikan harga maka, sebagian warga
akhirnya menyerah dan bersedia melepaskan tanahnya.
6.2 Proses Pengadaan Tanah di Kampung Kalimanggis 6.2.1 Sosialisasi
Di Kampung Kalimanggis sosialisasi juga dilakukan secara umum di kantor Kecamatan Cimanggis. Sama halnya dengan yang terjadi di HBTB,
sosialisasi dilakukan tanpa adanya penyuluhan terprogram secara khusus. Alasan yang dikemukakan oleh P2T adalah tidak mencukupinya anggota mengkoordinir
wilayah yang luas ditambah ketidakadaan anggaran secara khusus. Warga mendapatkan informasi awal dari media massa. Informasi
berpusat kepada Ketua RT yang dianggap paling mengetahui perkembangan terbaru dan merupakan orang yang paling sering ditemui oleh TPT. Warga juga
mendapatkan informasi melalui jaringan sosial yang mereka miliki, seperti dari mantan Lurah Harjamukti yang merupakan anggota P2T yang tinggal di dekat
Kalimanggis, Bapak AS.
6.2.2 Inventarisasi
Pertama kali mendapat undangan untuk berkumpul, warga diharuskan membawa data berupa sertifikat tanah yang sudah difotokopi. Pertemuan tersebut
diadakan oleh Panitia Pengadaan Tanah P2T dan Tim Pengadaan Tanah TPT. Proses negosiasi berjalan dengan cepat. Warga ditawarkan harga, kemudian jika
setuju boleh langsung menandatangani surat persetujuan. Bagi warga yang belum setuju ditanya apa yang menjadi keberatannya kemudian di data.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
56 Pada pembahasan bangunan dan tanaman hanya 2 kali pertemuan.
Tanaman sudah terdata dan warga tiba-tiba sudah mendapatkan daftar tanaman dan bangunan dengan harganya. Kemudian ditanyakan setuju atau tidak dengan
harga yang ditawarkan panitia. Jika tidak setuju, harga akan dinaikkan sedikit. Harga tanaman yang ditawarkan berbeda-beda tergantung jenisnya bahkan
tanaman pisang dibagi ke dalam tiga kelompok harga. Saat itu, warga hanya bisa pasrah dinaikkan sedikit.
Inventarisasi hanya berlaku untuk masalah fisik bangunan dan tanaman TPT tidak menilai dari segi immaterial, contohnya saja, pada kasus Bapak MHD,
ia adalah warga Komplek Deppen yang memiliki tanah di Kalimanggis, ia sedang membangun
rumah yang sudah
direncanakan bersama
anaknya dengan
membangun dan mengumpulkan uang sedikit demi sedikit selama dari tahun
1987 dan rampung tahun 2003, kemudian hanya 3 tahun ditempati harus terkena gusur.
6.2.3 Musyawarah
Menurut informan tidak ada pertemuan secara
khusus untuk merumuskan penetapan harga. Meski demikian, warga Kalimanggis setidaknya
pernah satu kali berkumpul untuk membahas hal-hal yang mereka inginkan dengan memberikan surat petisi. Surat tersebut intinya berisi tentang persetujuan
adanya pengadaan tanah dan juga harga yang mereka harapkan yaitu sebesar Rp. 2.100.000m
2
tanpa diikuti oleh hal-hal yang melatarbelakanginya terlampir. Sedangkan,
menurut pengakuan
aparat RT
setempat, warga
Kampung Kalimanggis juga tidak pernah mengadakan perkumpulan sendiri untuk
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
57 membahas langkah-langkah perjuangan hak mereka. Pertemuan yang ada hanya
berupa silaturahmi informil antar tetangga atau pertemuan-pertemuan keluarga, karena kebanyakan warga Kampung Kalimanggis memilki ikatan keluarga.
Musyawarah masalah tanah telah masuk pada pertemuan ketiga. Pertemuan pertama tanah mereka ditawar sebesar 200.000m
2
, kemudian pertemuan kedua tanah mereka ditawar sebesar 400.000m2 dan pertemuan ketiga
yang menurut TPT sudah final dan tidak akan ada lagi pertemuan tanah mereka dihargai sebesar 600.000m
2
. Saat itu, sudah ada warga yang setuju karena harga tersebut katanya sudah 3 kali NJOP. Musyawarah juga diwarnai aksi walk out
oleh warga dan perdebatan. Akhirnya, karena menurut P2T harga tersebut sudah tidak bisa dinaikkan lagi, maka beberapa warga akhirnya menyetujui harga yang
ditawarkan. Dari total sekitar 80 bidang tanah atau sekitar 7 hektar tanah, akhirnya 40 pemilik bidang tanah telah menyepakati harga yang ditawarkan.
Keputusan warga tersebut dipicu pula oleh pernyataan dari Koodinator Lapangan Bapak THO yang mengatakan 3 hari setelah penyerahan sertifikat, uang
dapat dicairkan. Namun, sampai berbulan-bulan uang tersebut tidak kunjung cair. Warga merasa kecewa dan mengancam akan menarik kembali sertifikat tanah
yang telah diberikan. Setelah 3 bulan kemudian, warga mendapatkan pencairan secara bertahap. Urutan pencairan bukan dari urutan penyerahan sertifikat tanah.
Warga yang belum menyerahkan sertifikatnya adalah warga yang ikut dalam kelompok Ibu En, Ibu En sendiri adalah pemilik tanah yang tinggal di Jakarta.
Beliau menempuh jalur hukum untuk memperjuangkan tanah miliknya.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
58
6.3 Waktu Pelaksanaan Proses Pengadaan Tanah Proyek Tol Cijago