Tahap Masukan Pada tahap ini dilakukan analisis IFE Internal Factor Evaluation dan EFE

Keberadaan supermarketminimarket yang berdekatan dengan pasar mengancam keberadaan pasar-pasar tradisional, begitupun halnya di sekitar Pasar Citeureup I terdapat supermarketminimarket yang jaraknya tidak terlalu jauh, sesuai dengan Perpres No.112 bahwa jarak pasar modern dengan pasar tradisional adalah 2,5 km dan jarak minimarket dengan pasar tradisional adalah 0,5 km. Hal ini dapat menjadi ancaman dalam pengelolaan Pasar Citeureup I. 2. Kenaikan harga barang dan harga barang yang di jual kurang kompetitif Laju inflasi Januari 2008 masih mencapai 6,5 persen. Laju inflasi yang masih tinggi ini tentunya berdampak terhadap kenaikan harga barang-barang, dan juga berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat yang mengalami penurunan karena penghasilan mereka relatif sedangkan biaya hidup semakin meningkat. Sehingga masyarakat mengurangi kegiatan untuk mengkomsumsiberbelanja barang-barang yang bersifat sekunder dan lebih memfokuskan pada barang-barang yang bersifat primer, dan akhirnya akan mengurangi keuntungan para pedagang karena menurunnya omzet penjualannya. Untuk menghadapi persaingan pasar-pasar modern Pasar Citeureup I sebagai pasar tradisonal perlu menyiapkan dan menjual barang- barang dengan harga yang kompetitif, harga yang bersaing ini dapat menarik minat pembeli untuk tetap berbelanja di pasar-pasar tradisional, terutama di Pasar Citeureup I. Kenaikan harga barang-barang di pasaran yang tidak diikuti penawaran harga barang yang kurang kompetitif ini akan menjadi ancaman terhadap pengelolaan Pasar Citeureup I. 3. Adanya Pasar Citeureup II yang berdekatan dengan Pasar Citeureup I Keberadaan Pasar Citeureup II yang berdekatan dengan Pasar Citeureup I merupakan pesaing bagi keberlangsungan kegiatan ekonomi di Pasar Citeureup I. Hal ini juga didukung dengan kondisi bangunan dan fasilitas yang ada di Pasar Citeureup II lebih baik dibandingkan Pasar Citeureup I. Adanya Pasar Citeureup II ini menjadi ancaman terhadap Pasar Citeureup I.

5.4.2. Tahap Masukan Pada tahap ini dilakukan analisis IFE Internal Factor Evaluation dan EFE

External Factor Evaluation. Analisis IFE-EFE tersebut didasarkan pada hasil 99 identifikasi kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor strategis internal serta identifikasi peluang dan ancaman yang merupakan faktor strategis eksternal. Pengisian matriks IFE-EFE dilakukan dengan memberikan bobot dan rating pada setiap faktor strategis internal dan eksternal tersebut. Penentuan bobot dilakukan dengan menggunakan metode Paired Comparison sehingga diperoleh skor bobot. Analisis ini ditujukan untuk menilai dan mengevaluasi pengaruh faktor-faktor strategis terhadap pengelolaan Pasar Citeureup I.

5.4.2.1. Matriks Evaluasi Faktor Internal IFE matriks

Matriks Evaluasi Faktor Internal IFE merupakan hasil identifikasi faktor- faktor strategis internal Pasar Citeureup I berupa kekuatan dan kelemahan yang berpengaruh terhadap pengelolaan Pasar Citeureup I. Dari hasil analisis matriks IFE seperti ditunjukkan oleh Tabel 16 diperoleh total skor nilai terbobot untuk faktor-faktor strategis internal sebesar 2,5. Jumlah nilai terbobot yang termasuk rata-rata tersebut rata-rata=2,5 menunjukkan bahwa Pasar Citeureup I kuat secara internal. Dengan demikian Pasar Citeureup I mampu memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi kelemahannya. Secara rinci, jumlah nilai terbobot untuk elemen kekuatan adalah 1,67 sedangkan untuk elemen kelemahan berjumlah 0,79. Kekuatan utama yang dimiliki Pasar Citeureup I adalah kemudahan dalam pengurusan sewa tempat usaha di Pasar Citeureup I dengan skor 0,65. Di Pasar Citeureup I, kemudahan pengurusan sewa tempat usaha menjadi modal penting dalam berdagang dan merupakan bagian dari pelayanan, hal ini sesuai dengan tingkat kepuasan pedagang yang tinggi terhadap faktor tersebut. Kekuatan yang menempati urutan kedua adalah pelayanan yang baik diberikan pegawai Pasar Unit Citeureup I skor=0,57. Pelayanan ini menjadi penting mengingat Pasar Citeureup I merupakan pasar tradisional yang sudah tidak terawat secara fisik, sedangkan untuk mempertahankan keberadaan pasar terutama kenyamanan pedagang dan konsumen adalah mutlak memberikan pelayanan yang terbaik oleh pegawai Pasar Unit Citeureup I. Kekuatan utama lainnya yang menempati urutan ketiga adalah kejujuran petugas penarik retribusi Pasar Citeureup I dengan skor 0,45. Retribusi 100 memberikan kontribusi bagi PAD Kabupaten Bogor, untuknya itu sangat penting kejujuran dari petugas untuk menghindari penyelewengan iuran-iuran retribusi dan kualitas pelayanan yang baik disertai dengan kejujuran. Disamping kekuatan, pasar pun memiliki kelemahan. Kelemahan utama yang dihadapi oleh Pasar Citeureup I adalah kondisi kebersihan pasar yang kotor. Kelemahan tersebut terlihat dari skor terendah yang dimiliki faktor strategis internal yaitu sebesar 0,18. Kondisi kebersihan pasar menjadi faktor yang sangat penting dalam pengelolaan Pasar Citeureup I mengingat kebersihan pasar berpengaruh terhadap minat konsumen untuk berkunjung ke pasar, pasar yang kotor menyebabkan konsumen enggan untuk berbelanja sehingga mengakibatkan omzet pedagang pun turun. Tabel 17. Matriks Evaluasi Faktor Internal IFE matriks Pasar Citeureup I No Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Kekuatan 1,670 1. Kemudahan dalam pengurusan sewa tempat usaha di Pasar Citeureup I 0,217 3,000 0,651 2. Pelayanan yang baik di berikan pegawai Unit Pasar Citeureup I 0,156 3,667 0,572 3. Kejujuran petugas penarik retribusi Pasar Citeureup I 0,122 3,667 0,447 Kelemahan 0,795 1. Pengelola pasar Citeureup I kurang memberikan Pembinaan dan penyuluhan secara baik dan teratur terhadap pedagang Pasar Citeureup I 0,183 2,000 0,366 2. Kondisi tempat usaha yang tidak tertata, terawat dan kotor 0,189 1,333 0,252 3. Kondisi kebersihan Pasar Citeureup I yang kotor 0,133 1,333 0,177 Total 1 2,465 101 Kelemahan utama lainnya yang dihadapi Pasar Citeureup I adalah kondisi tempat usaha yang tidak tertata, terawat dan kotor yang memiliki skor 0,25. Faktor tersebut juga berpengaruh terhadap Pasar Citeureup I, kondisi ini mengakibatkan pedagang tidak nyaman untuk berdagang, begitupun dengan konsumen yang pada akhirnya akan berpaling ke pasar-pasar tradisional lainnya.

5.4.2.2. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal EFE Matrix

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal EFE Matriks merupakan hasil dari identifikasi faktor-faktor strategis eksternal Pasar Citeureup I berupa peluang dan ancaman yang telah diberi bobot dan rating. Hasil analisis matriks EFE ditampilkan pada Tabel 18. Dari hasil analisis tersebut diperoleh total skor untuk faktor strategis eksternal sebesar 2,15 dengan skor elemen peluang sebesar 0,97 dan elemen dan elemen ancaman sebesar 1,18. Nilai total skor yang kurang dari 2,5 menunjukkan bahwa Pasar Citeureup I belum mampu memanfaatkan peluang eksternal untuk menghadapi ancaman Tabel 18. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal EFE Matriks Pasar Citeureup I No Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Peluang 0,970 1. Jumlah penduduk Kecamatan Citeureup Calon Konsumen besar 0,194 2,333 0,453 2. Bantuan dana APBD Kabupaten Bogor untuk Pasar Citeureup I 0,117 1,000 0,117 3. Adanya Perpres No 112 Tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern 0,150 2,667 0,400 Ancaman 1,179 1. Adanya SupermarketMinimarket yang berdekatan dengan Pasar Citeureup I 0,172 2,333 0,401 2. Kenaikan harga barang dan harga barang yang di jual kurang kompetitip 0,167 2,667 0,445 3. Adanya Pasar Citeureup II yang berdekatan dengan Pasar Citeureup I 0,200 1,667 0,333 Total 1 2,149 Peluang utama yang dimiliki oleh Pasar Citeureup I adalah jumlah penduduk Kecamatan Citeureup calon konsumen besar dengan skor 0,45. Hal 102 tersebut menunjukkan bahwa faktor jumlah penduduk Kecamatan Citeureup yang besar sangat mempengaruhi perkembangan Pasar Citeureup I. Sebagian besar calon konsumen yang akan berbelanja ke Pasar Citeureup I berasal dari wilayah terdekat, yaitu penduduk Kecamatan Citeureup. Peluang terbesar lainnya yang dimiliki Pasar Citeureup I adalah adanya Perpres No.112 Tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, juga tantangan harapan departemen perdagangan terhadap pengelolan pasar tradisional. Hal tersebut memberikan dampak positif serta angin segar dalam penataan pasar-pasar rakyat kedepan. Dengan payung hukum tersebut permasalahan-permasalahan pedagang di Kabupaten Bogor khususnya di Pasar Citeureup I dapat diminimalisir untuk peningkatan pendapatan daerah dan peningkatan pengelolaan pasar-pasar tradisional. Bantuan dana APBD Kabupaten Bogor untuk rehabilitasi Pasar Citeureup I Kabupaten Bogor, tidak dipungkiri bahwa pendanaan untuk rehabilitasi pasar- pasar tradisional di Kabupaten Bogor masih mengandalkan subsidi dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, begitupun dengan Pasar Citeureup I yang kondisinya sudah tidak layak, perlu segera direhabilitasi untuk keberlangsungan Pasar Citeureup I yang menampung pedagang dalam jumlah besar. Selanjutnya, ancaman utama yang di hadapi Pasar Citeureup I adalah kenaikan harga barang dan harga barang yang dijual kurang kompetitif dengan skor 0,45. Harga barang yang kurang kompetitif ini menjadi ancaman karena berdampak terhadap minat pembeli untuk tetap berbelanja di Pasar Citeureup I, Pasar Citeureup I sebagai pasar tradisional harus mampu menjual barang dengan harga yang bersaing dengan pasar-pasar modern sehingga menarik minat konsumen untuk berkunjung dan tetap menjadi pelanggan setia pasar pasar tradisional khususnya Pasar Citeureup I. Jika harga barang yang dijual kurang kompetitif atau kalah bersaing akan mengakibatkan konsumen berpaling ke pasar- pasar modern yang jelas ini juga berpengaruh pada omzet penjualan pedagang karena konsumen yang berbelanja di pasar pasar tradisional juga menurun. Faktor lain yang menjadi ancaman adalah adanya supermarketminimarket yang berdekatan dengan Pasar Citeureup I. Kebijakan pemerintah terhadap ijin 103 pendirian supermarketminimarket perlu lebih diawasi dan dibatasi, karena kebijakan yang tidak saling mendukung dapat mempengaruhi implementasi terhadap aturan yang lain, terutama untuk perdagangan, Perpres No.112 Tahun 2007 tentang pasar modern mengatur bahwa jarak minimarket dengan pasar tradisiona adalah 0,5 km. Menjamurnya supermarketminimarket yang kadang tidak sesuai dengan ijin pendirian sangat mempengaruhi keberadaan pasar-pasar tradisional apalagi yang berdekatan dengan pasar.

5.4.3. Tahap Pencocokan