20 Santosa 2008:5.18 menyatakan pembelajaran bahasa adalah proses
memberi rangsangan belajar berbahasa kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa. Solhan, dkk 2011:1.31 menyatakan seseorang
mempelajari bahasa dengan fokus pada penguasaan kemampuan berbahasa atau kemampuan berkomunikasi melalui bahasa yang digunakannya. Kemampuan
tersebut melibatkan dua hal, yaitu 1 kemampuan untuk menyampaikan pesan, baik secara lisan berbicara maupun tertulis menulis, 2 kemampuan
memahami, menafsirkan, dan menerima pesan, baik yang disampaikan secara lisan maupun tertulis.
2.2.3 Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran umum yang ada di pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Mata pelajaran ini dimaksudkan agar
siswa mampu berbahasa dan berkreatifitas, serta mampu berkomunikasi menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Pendidikan Bahasa Indonesia di
lembaga formal dimulai dari SD. Pada kurikulum berbasis kompetensi, jumlah jam pelajaran Bahasa Indonesia di SD kelas I, II dan III sebanyak 6 jam pelajaran. Di
kelas IV, V dan VI sebanyak 5 jam pelajaran Santosa 2008:5.19. Banyaknya jumlah jam pelajaran Bahasa Indonesia dimaksudkan agar siswa mempunyai
kemampuan berbahasa Indonesia, kemampuan berpikir dan bernalar yang baik yang dapat disampaikan melalui bahasa yang baik pula.
Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas rendah 1, 2 dan 3, penekanannya pada aspek peningkatan kemampuan membaca dan menulis
permulaan. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan tematik untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna. Pengelolaan waktunya
21 diserahkan ke sekolah masing-masing. Sedangkan untuk kelas tinggi 4, 5 dan 6,
penekanannya pada aspek meningkatkan kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis. Kegiatan pembelajarannya menggunakan pendekatan mata pelajaran tunggal
sesuai dengan jenis mata pelajaran dalam struktur kurikulum Santosa, 2008:5.19. Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di
SD, karena bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Menurut Akhadiah 1991:1 tujuan
pembelajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia
sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa siswa sekolah dasar.
2.2.4 Membaca Intensif
Menurut Rahim 2008:2 membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi
juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis
huruf ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca
kritis dan pemahaman kreatif. Sedangkan Klein, dkk 1996 dalam Rahim 2008:3 mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup 1 membaca
merupakan suatu proses, 2 membaca adalah strategis, dan 3 membaca merupakan interaktif.
Menurut Mulyati, dkk 2009:1.12 membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis
22 melalui media kata-katabahasa tulis. Santosa 2008:6.3 berpendapat pada
hakikatnya, aktivitas membaca terdiri dari dua bagian, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada
aktivitas fisik dan mental. Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca.
Berdasarkan pengertian membaca dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu aktivitas yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar
melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik dan metakognitif. Membaca juga digunakan untuk memperoleh
pesan, isi, ide atau gagasan baik yang tersurat maupun tersirat dalam bahan bacaan. Dengan demikian, pemahaman menjadi produk yang dapat diukur dalam
kegiatan membaca, bukan perilaku fisik pada saat membaca. Menurut Brooks 1964:172 dalam Tarigan 2008:36 membaca intensif
atau intensive reading adalah studi seksama, telaah teliti dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek
kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Kuesioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi umum merupakan
bagian dari teknik membaca intensif. Teks bacaan yang benar sesuai dengan maksud ini haruslah dipilih oleh guru, baik dari segi bentuk mupun dari segi
isinya. Para pelajar atau mahasiswa yang berhasil dalam tahap ini secara langsung akan berhubungan dengan kualitas serta keserasian pilihan bahan bacaan tersebut.
Menurut Rasyid 2012 membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilaksanakan secara seksama dan merupakan salah satu upaya untuk
menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis.
23 Menurut Tarigan 2008:37 membaca intensif pada hakikatnya
memerlukan teks yang panjangnya tidak lebih dari 500 kata yang dapat dibaca dalam jangka waktu 2 menit dengan kecepatan kira-kira 5 kata dalam satu detik.
Tujuan utama adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap teks yang dibacanya. Membaca intensif ini berbeda dengan membaca
pemahaman. Membaca pemahaman merupakan membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar kesastraan, resensi kritis, drama tulis dan pola-pola
fiksi Tarigan 2008:58. Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca intensif merupakan suatu kegiatan membaca yang dilakukan secara seksama dan
pemahaman yang mendalam serta terperinci terhadap suatu teks bacaan yang panjangnya tidak lebih dari 500 kata. Dengan kata lain waktu yang diperlukan
juga tidak terlalu banyak dan lebih dapat dipahami dengan baik teks yang dibacanya.
2.2.5 Strategi Pembelajaran