Kemampuan Memecahkan Masalah dalam Pembelajaran Matematika

13 matematis seperti berpikir dan bernalar secara matematis, beragumentasi secara matematis, berkomunikasi secara matematis, dan penyusunan dan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun sebagai bekal dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu, siswa diharapkan mampu memahami konsep matematika, menggunakan penalaran dalam matematika, memecahkan masalah dalam bidang matematika, mengomunikasikan gagasan matematika, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam bidang sehari-hari. Untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran matematika perlu diadakan upaya untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa agar terlibat secara aktif dalam pembelajaran matematika. Upaya-upaya tersebut mencakup pemilihan model pembelajaran yang tepat, pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, dan menyiapkan media pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus memiliki keterampilan dalam memilih model pembelajaran yang akan digunakan agar tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai.

3. Kemampuan Memecahkan Masalah dalam Pembelajaran Matematika

Lencher Hartono, 2014:2 mendefinisikan masalah matematika sebagai soal matematika yang strategi penyelesaiannya tidak terlihat langsung, sehingga dibutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman untuk menyelesaikannya. Masalah matematika membantu siswa tidak hanya dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya tetapi juga membantu untuk mengembangkan kemampuan dasar dalam menyelesaikan masalah. Masalah merupakan sesuatu yang harus dipecahkan dengan penyelesaian 14 yang tidak kentara sehingga, diperlukan pemikiran yang kreatif dan kemampuan berpikir yang tinggi. Reys 2012:107 mengemukakan bahwa a problem is something a person needs do figure out, something where the solution is not immediately obvious. Solving problems requires creative effort and high-level thinking. Lester Winarni, 2012:116 berpendapat bahwa masalah merupakan suatu situasi di mana individu atau kelompok terpanggil untuk melakukan suatu tugas di mana tidak tersedianya algoritma yang secara lengkap menentukan penyelesaian masalahnya. Sependapat dengan hal tersebut, Cooney, dkk Shadiq, 2014:104 menyatakan bahwa suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pernyataan tersebut menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh prosedur rutin yang sudah diketahui oleh si pelaku. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa masalah merupakan sesuatu yang membutuhkan penyelesaian yang tidak dapat dipecahkan dengan prosedur rutin, tetapi membutuhkan penalaran dan pemikiran yang mendalam. Schoenfeld Gredler, 2011:284 mengatakan bahwa pemecahan masalah berkaitan dengan penanganan tugas yang baru dan tidak terbiasa saat metode solusi yang relevan bahkan jika sudah dikuasai sebagian tidak diketahui. Lestari 2015:84 berpendapat bahwa kemampuan memecahkan masalah adalah kemampuan menyelesaikan masalah rutin, non-rutin, rutin non-terapan, non-rutin terapan, dan masalah non-rutin non-terapan dalam bidang matematika. 15 Menurut Shadiq 2014:105 terdapat empat langkah penting dalam menyelesaikan masalah, yaitu: a. Memahami masalah b. Merencanakan cara penyelesaian c. Melaksanakan rencana d. Menafsirkan atau mengecek hasilnya Polya Winarni, 2012:124 mengemukakan empat langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam memecahkan masalah, yaitu sebagai berikut. a. Pemahaman terhadap masalah, yaitu mengerti masalah dan melihat apa yang dikehendaki. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi apa yang diketahui dari masalah, mengidentifikasi apa yang ditanyakan, dan sebagainya. b. Perencanaan pemecahan masalah, yaitu melihat bagaimana macam soal dihubungkan dan bagaimana ketidakjelasan dihubungkan dengan data agar memperoleh ide membuat suatu rencana masalah. c. Melaksanakan perencanaan pemecahan masalah d. Melihat kembali kelengkapan pemecahan masalah, meliputi kegiatan pengujian hasil, menginterpretasi jawaban yang diperoleh, dan meninjau kembali apakah ada penyelesaian yang lain. Oleh karena itu, Sutawidjaja, dkk Winarni, 2012:121 mengemukakan prinsip yang dapat digunakan sebagai rambu-rambu untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, yaitu sebagai berikut. a. Identifikasi masalah. b. Menerjemahkan masalah ke dalam kalimat matematika, kemudian menerjemahkan masalah ke dalam model permasalahan yang lebih sederhana. c. Menentukan alur-alur pemecahan masalah, kemudian memilih alur pemecahan masalah yang lebih efisien. d. Menentukan jawaban numerikal, kemudian menginterpretasikan jawab yang diperoleh. e. Mengecek kebenaran hasil, selanjutnya memodifikasi jawaban jika diberikan data yang baru. f. Melatih memecahkan masalah dan melatih membuat masalah sendiri untuk dipecahkan. 16 Indikator kemampuan memecahkan masalah matematis menurut Lestari 2015:52, yaitu sebagai berikut. a. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan. b. Merumuskan masalah matematis atau menyusun model matematis. c. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah. d. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil penyelesaian masalah. Memecahkan masalah dapat menjadi sulit untuk diajarkan dalam pembelajaran matematika. Robert Reys, dkk 2012:110-111 menyebutkan faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan memecahkan masalah siswa yaitu pengetahuan knowledge, kepercayaan dan pengaruh beliefs and affects, kontrol control serta faktor-faktor sosiokultural sociocultural factors.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Dokumen yang terkait

Pengaruh model cooperative learning teknik think-pair-share terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem peredaran darah : kuasi eksperimen di smp pgri 2 ciputat

0 11 202

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Perbandingan hasil belajar biologi dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning tipe group investigation (GI) dan think pair share (TPS)

1 5 152

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

1 25 62

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SD NEGERI 4 METRO PUSAT

0 3 66

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING BERBASIS THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Berbasis Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Penalaran Matematika Siswa Kelas VIII

1 7 16

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING BERBASIS THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Berbasis Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Penalaran Matematika Siswa Kelas VIII

0 3 17

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA SEKOLAH DASAR.

0 1 46

PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN EKONOMI.

2 9 36

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

0 0 9