Hubungan antara Kadar HbA1c dengan NDP pada Penderita DM Tipe 2

6.2 Hubungan antara Kadar HbA1c dengan NDP pada Penderita DM Tipe 2

Hasil pemeriksaan HbA1c merupakan pemeriksaan tunggal yang sangat akurat untuk menilai status glikemia jangka panjang dan beguna pada semua tipe penyandang DM. Pemeriksaan ini bermanfaatbagi pasien yang membutuhkan kendali glikemia Soewondo, 2009. Pada penelitian ini diperoleh kadar HbA1c terendah 5,34 dan tertinggi 14,92 dengan median 8,61 pada penderita DM tipe 2 dengan NDP. Penderita DM tipe 2 dengan kadar HbA1c tinggi yang mengalami NDP didapatkan sebanyak 31 orang 72,1 dan tanpa NDP sebanyak 15 orang 34,9. Pada penelitian ini didapatkan bahwa kadar HbA1c tinggi secara signifikan meningkatkan risiko terjadinya NDP 4,82 kali dibandingkan penderita DM dengan HbA1c normal. P ada penelitian Nuho dkk. 2004 didapatkan rerata kadar HbA1c pada kelompok NDP 7,4 secara signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok tanpa NDP 6,5 p = 0,037. Efek kontrol glukosa darah dalam perkembangan komplikasi DM telah diteliti oleh The United Kingdom Prospective Diabetes Study UKPDS. Penelitian ini memperkuat teori hiperglikemia sebagai penyebab komplikasi mikrovaskular, dan dari penelitian ini didapatkan bahwa kontrol glukosa darah HbA1c dibawah 7 akan menurunkan risiko komplikasi NDP Nuho dkk, 2004. Penelitian yang dilakukan oleh Tamer dkk. 2006 di Turki yang meneliti prevalensi dan faktor risiko neuropati pada 191 penderita DM memperoleh hasil rerata kadar HbA1c 8,2±2,1 pada kelompok NDP. Penelitian ini juga mendapatkan hubungan yang signifikan antara kadar HbA1c dengan kejadian NDP p0,05. Pada penelitian yang dilakukan oleh Shekharappa dkk. 2011 pada 45 penderita DM dengan kadar HbA1c normal 7 dan 45 penderita DM dengan kadar HbA1c tinggi ≥7 diperoleh hasil bahwa pemeriksaan Nerve Conduction Velocity NCV secara progresif menurun pada penderita DM dengan kadar HbA1c tinggi 45,3±3,1 dibandingkan dengan kelompok penderita DM dengan kadar HbA1c normal 47,2±2,8 p=0,01. Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Bansal dkk, 2006 yang memperkirakan bahwa perlambatan NCV mengindikasikan adanya kerusakan selubung mielin yang terus berjalan dan juga terdapat opini lainnya bahwa amplitudo menurun seiring dengan peningkatan kadar HbA1c yang menggambarkan sebagai onset dari aksonopati. Penelitian di Inggris United Kingdom Prospective Diabetic Study membuktikan terjadi penurunan kadar HbA1c dari 7,9 menjadi 7,1 dengan pengelolaan intensif pada pasien DM tipe 2. Penurunan ini bermakna untuk menurunkan komplikasi mikrovaskuler pada DM, sedangkan terjadi penurunan 14 tetapi tidak bermakna untuk komplikasi makrovaskuler. Hal ini diperkirakan banyak faktor lain yang mempengaruhi, disamping kadar glukosa darah Waspadji, 2009. Kadar HbA1c yang terkontrol 7 dapat menurunkan komplikasi mikro dan makrovaskuler Perkeni, 2011. Glukosa dapat bereaksi dengan hemoglobin untuk membentuk HbA1c, yang peningkatan konsentrasinya di dalam darah menunjukkan keadaan hiperglikemia kronis atau telah berlangsung lama. HbA1c memiliki afinitas oksigen lebih tinggi sehingga sukar melepaskan oksigen di perifer. Hasil pemeriksaan HbA1c merupakan pemeriksaan tunggal paling akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang dan berguna pada semua tipe DM. Kadar HbA1c merupakan faktor pemicu terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi DM Soewondo, 2009. Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien DM. Pemeriksaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemia pada tahap awal penanganan, pemeriksaan selanjutnya merupakan pemantauan terhadap keberhasilan pengendalian glikemia. Pemeriksaan kadar HbA1c memiliki berbagai kelebihan, seperti rendahnya preanalitik dan variasi biologis, konsentrasi HbA1c berkorelasi dengan perkembangan komplikasi mikrovaskuler, nilai HbA1c mencerminkan paparan glukosa darah seluruhnya, dan tidak memerlukan puasa sebelum dilakukan pemeriksaan Sacks, 2009. Diabetes Control and Complications Trial DCCT dan United Kingdom Prospective Diabetes Study UKPDS mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara kontrol glukosa darah dan progresifitas dari penyakit mikrovaskuler pada DM. Dyck dkk. Juga memperlihatkan bahwa glukosa darah puasa, HbA1c, dan durasi DM berkorelasi dengan perkembangan dan progresivitas NDP. Gula darah yang terkontrol secara optimal dapat menurunkan perkembangan terjadinya NDP 30 hingga 40 Wheeler dkk, 2007. NDP digambarkan sebagai suatu proses dinamis antara degenerasi dan regenerasi neuronal. Mekanisme patogenesis mayor meliputi: hiperglikemia kronik, defisiensi insulin, akumulasi osmolit, stres oksidatif, iskhemia, defisiensi faktor-faktor neurotropik, dan molekuler imunologi juga berperan. Hiperglikemia menginduksi perubahan jalur polyol yang menyebabkan akumulasi osmolit, seperti sorbitol, taurin, glycerophosphoryl choline , aldose reductase , yang menimbulkan penurunan aktivitas Na+K+ adenosine triphosphatase, hingga terjadinya retensi natrium, edema seluler, dan lisis sel. Iskemia saraf lokal mengiduksi terjadinya penebalan membran basal, proliferasi sel endotel, anomali kontraktilitas pembuluh darah, hipoksia, dan oklusi. Status redox dari sel juga mengalami penurunan, seperti NADPH dan glutathione sehingga menimbulkan peningkatan Reactive Oxygen Species ROS sebagai stres oksidatif. Advanced Glycation End AGE product memicu proses auto oksidasi glukosa, perubahan endotel, pengurangan makrofag, meniadakan efek Nitric Oxide NO dan selanjutnya meningkatkan pembentukan radikal bebas. Hiperglikemia juga meningkatkan pembentukan diacylglycerol DAG dengan aktivasi dari Protein Kinase C PKC. Aktivasi PKC akan memodulasi ekspresi genetik mRNA dari matrik protein basal membran, enzim glikosilasi CORE 2G1 cNAc transterase, protein kontraktil aktin, miosin, caldsman , dan meningkatkan stres oksidatif Kannan, 2000. Faktor genetik juga merupakan faktor penting untuk terjadinya NDP, hal ini terlihat pada penderita dengan kontrol glikemia yang baik tetapi memiliki komplikasi mikrovaskular sedangkan penderita dengan kontrol glikemia yang buruk tidak menderita NDP Rampello dkk, 2012 Terdapat investigasi pada manusia dalam jumlah yang terbatas mengenai mikroangiopati sistem saraf penderita diabetes. Data terbaru menunjukkan pada biopsi saraf suralis diidentifikasi adanya mikrotrombosis dan oklusi pembuluh darah mikro pada saraf penderita diabetes, duplikasi endotel, proliferasi otot polos, penutupan endotel kapiler, penebalan basal membran, degenerasi pericyte , dan perubahan lainnya. Hilangnya akson pada bentukan multifokal dari beberapa biopsi juga diperkirakan suatu iskemik dengan etiologi mikrovaskular. Malik dkk memperlihatkan bahwa perubahan mikrovaskular dapat berkembang lebih awal pada pasien dengan NDP ringan, dan hal ini diperkirakan memiliki peran dalam menimbulkan kerusakan akson. Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh Tesfaye dkk yang menunjukkan adanya hubungan antara perkembangan NDP dengan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Hal ini mengisyaratkan adanya hubungan yang erat antara pembuluh darah besar dan NDP Zochodne, 2007.

6.3 Hubungan Faktor-faktor Lain terhadap Kejadian NDP pada Penderita