Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Neuropati merupakan komplikasi tersering yang berhubungan dengan Diabetes Melitus DM dan Sensorimotor Diabetic Peripheral Neuropathy atau Neuropati Diabetik Perifer NDP merupakan bentuk paling umum dari Neuropati Diabetik ND yang berhubungan dengan morbiditas dan disabilitas yang signifikan menurunkan kualitas hidup. Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, hal ini sangat terkait dengan jumlah populasi penduduk yang meningkat, angka harapan hidup bertambah, urbanisasi yang mengubah pola hidup tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas yang meningkat, dan kegiatan fisik yang cenderung berkurang. DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan Lopez, 2011. Berdasarkan penelitian epidemiologi di Indonesia didapatkan prevalensi DM sebesar 1,5-2,3 pada penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun, bahkan di daerah urban prevalensi DM sebesar 14,7 dan daerah rural sebesar 7,2. Prevalensi tersebut meningkat 2-3 kali lipat dibandingkan dengan negara maju, sehingga DM merupakan masalah yang sangat serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003 penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebesar 133 juta jiwa, maka pada tahun 2003 diperkirakan terdapat penderita DM di daerah urban sejumlah 8,2 juta dan di daerah rural sejumlah 5,5 juta. Selanjutnya berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada tahun 2030 akan terdapat 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun. Dari 194 juta penduduk yang berusia diatas 20 tahun, diperkirakan terdapat penderita DM sebesar 12 juta untuk daerah perkotaan, dan 8,1 juta di daerah pedesaan PERKENI, 2011. NDP merupakan ND yang paling sering ditemukan, yang bermanifestasi progresif lambat, simetris dengan pola gloves and stocking . Prevalensi NDP diperkirakan bervariasi berdasarkan kriteria yang digunakan dalam mendiagnosis NDP, secara umum diketahui bahwa setidaknya 50 pasien dengan diabetes terkena NDP. Konsensus San Antonio merekomendasikan bahwa diagnosis ND paling sedikit memenuhi satu dari lima kategori yang diukur yaitu skor gejala, skor pemeriksaan fisik, quantitative sensory testing QST, cardiovascular autonomic function cAFT dan elektrodiagnostik. Berdasarkan uraian diatas, maka deteksi dini NDP sangat penting pada pasien dengan diabetes karena pencegahan bisa menurunkan morbiditas dan mortalitas, tetapi tidak ada baku emas untuk mendiagnosis polineuropati Dobretsov dkk, 2007. Penderita DM akan memiliki masalah dengan saraf perifer yang dapat terjadi kapan saja, tetapi risiko NDP akan meningkat berhubungan dengan umur dan lamanya menderita DM. Jumlah terjadinya NDP tertinggi terjadi pada penderita yang menderita DM sekurangnya 25 tahun. NDP juga sering terlihat pada penderita DM yang memiliki masalah dengan tidak terkontrolnya glukosa darah yang salah satunya dapat dinilai dari kadar Glycocylated Haemoglobin HbA1c Tesfaye, 2004. Penelitian-penelitian pada penderita DM tipe 1 dan DM tipe 2 memperlihatkan bahwa buruknya kontrol glukosa darah yang dapat dinilai dari tingginya nilai HbA1c, walaupun belum ada korelasi yang berlangsung antara beratnya peninggian HbA1c dengan beratnya ND Kolegium, 2009. Tomic dkk. 2003 melakukan penelitian obesitas sebagai faktor risiko untuk komplikasi mikrovaskular dan neuropati pada penderita diabetes, didapatkan hasil bahwa obesitas sendiri atau kombinasi dengan kualitas dari kontrol metabolik HbA1c, tekanan darah sistolik dan diastolik dan kolesterol LDL sebagai faktor risiko komplikasi mikrovaskular dan neuropati. Tamer dkk. 2006 dalam penelitiannya mendapatkan adanya hubungan yang signifikan antara level HbA1c, durasi menderita DM, merokok, jenis kelamin laki- laki, dan penggunaan insulin dengan ND pada pasien DM. Dalam penelitian ini tidak didapatkan adanya hubungan antara umur, hipertensi, hiperkolesterolemia, dan hipertrigliseridemia dengan terjadinya ND. Penelitian yang dilakukan EURODIAB IDDM Complications Study yang meneliti 3250 pasien dengan DM tipe 1 dari 31 pusat kesehatan pada 16 negara di Eropa menyimpulkan bahwa ND berhubungan dengan kontrol glukosa darah dan durasi penyakitnya. Dikatakan pula bahwa rendahnya nilai HbA1c berhubungan dengan rendahnya prevalensi ND. Walau demikian, baiknya kontrol glukosa darah HbA1c 5,4 tetap dapat menimbulkan berkembangnya komplikasi mikrovaskular termasuk ND. Hal ini memperkirakan bahwa terdapat faktor lain yang juga ikut berperan selain kontrol glukosa darah dan durasi penyakit Tesfaye, 2004. Keparahan dan durasi hiperglikemia memainkan peranan penting dalam patogenesis ND. Tetapi pada praktek klinis didapatkan bahwa penderita DM dengan nyeri neuropati atau berkembangnya neuropati berbeda pada orang-orang yang memiliki nilai HbA1c dan durasi menderita DM yang hampir mirip. Dari hal ini, diperoleh suatu gagasan bahwa hiperglikemia saja tidak cukup untuk perkembangan proses neuropati Erdoğan, 2012. Erdoğan 2012, pada penelitiannya mendapatkan adanya perbedaan eksitabilitas yang signifikan pada dua kelompok diabetes yang memiliki nilai gula darah yang sama. Hasil ini memperkirakan bahwa hiperglikemia tidak cukup berperan dalam perkembangan NDP. Respon personal dari masing-masing pasien terhadap hiperglikemia dan fungsi saluran ion diperkirakan juga memainkan peranan penting dalam perkembangan NDP. Penelitian atau studi kasus kontrol oleh Purwata 2010 pada 59 kasus Nyeri Neuropati Diabetik NND di RSUP Sanglah didapatkan 11 orang dengan kadar HbA1c yang rendah dan 48 orang dengan kadar yang tinggi, sedangkan pada kelompok kontrol dari 51 orang didapatkan 18 orang dengan kadar HbA1c rendah dan 33 orang dengan kadar yang tinggi dengan OR = 2.380 dengan CI 95 0.996- 5.688 dan p 0,05. Hubungan ini secara statistik tidak bermakna, jadi kadar HbA1c yang tinggi tidak terbukti meningkatkan risiko NND. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hingga saat ini masih terdapat pendapat bahwa nilai HbA1c normal atau rendah masih memiliki risiko untuk terjadinya NDP pada penderita DM tipe 2. Sehingga penelitian ini mencoba mencari DM tipe 2 dengan kadar HbA1c tinggi sebagai faktor risiko NDP di RSUP Sanglah.

1.2 Rumusan Masalah