Hubungan Faktor-faktor Lain terhadap Kejadian NDP pada Penderita

darah mikro pada saraf penderita diabetes, duplikasi endotel, proliferasi otot polos, penutupan endotel kapiler, penebalan basal membran, degenerasi pericyte , dan perubahan lainnya. Hilangnya akson pada bentukan multifokal dari beberapa biopsi juga diperkirakan suatu iskemik dengan etiologi mikrovaskular. Malik dkk memperlihatkan bahwa perubahan mikrovaskular dapat berkembang lebih awal pada pasien dengan NDP ringan, dan hal ini diperkirakan memiliki peran dalam menimbulkan kerusakan akson. Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh Tesfaye dkk yang menunjukkan adanya hubungan antara perkembangan NDP dengan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Hal ini mengisyaratkan adanya hubungan yang erat antara pembuluh darah besar dan NDP Zochodne, 2007.

6.3 Hubungan Faktor-faktor Lain terhadap Kejadian NDP pada Penderita

DM Tipe 2 Faktor- faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kejadian NDP diantaranya adalah umur, obesitas, lama menderita DM, dan jenis pengobatan DM. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan rerata umur seluruh subjek penelitian yaitu 53,9 SD±7,95 tahun. Penderita DM ber usia ≥ 54 tahun yang menderita NDP sebanyak 30 orang 30,2 dan tanpa NDP sebanyak 16 orang 37,2. Dari penelitian ini didapatkan bahwa umur ≥ 54 tahun secara signifikan meningkatkan risiko 3,89 kali terjadinya NDP pada penderita DM tipe 2 dibanding usia 54 tahun. Penelitian potong lintang oleh Rahimdel dkk. 2009 pada 2350 penderita DM tipe 2 di Iran memperoleh rerata umur penderita 55,93 ± 10,08 tahun. Prevalensi NDP pada penderita berusia 26-39 tahun didapatkan sebesar 44,6, penderita berusia 40-54 tahun sebesar 49,9, penderita berusia 55-69 tahun sebesar 50,6, dan penderita berusia lebih dari 70 tahun sebesar 66,5. Prevalensi NDP meningkat sesuai umur p=0,001. Penderita DM berusia diatas 50 tahun memiliki risiko 2,94 kali menderita NDP dibandingkan penderita DM berusia dibawah 50 tahun. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya NDP. Subjek penelitian dilakukan pemeriksaan berat badan dan tinggi badan untuk mendapatkan nilai BMI sebagai penentu obesitas. Penderita DM dengan obesitas yang menderita NDP sebanyak 15 orang 48,4 dan tanpa NDP sebanyak 16 orang 51,6. Pada penelitian ini diperoleh bahwa secara klinis obesitas meningkatkan risiko 1,1 kali terjadinya NDP pada penderita DM tipe 2 dibandingkan dengan penderita DM yang tidak obese. Tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara obesitas dengan NDP p =0.822. Hal yang serupa juga diperoleh pada penelitian potong lintang oleh Rahimdel dkk. 2009 pada 2350 penderita DM tipe 2 di Iran memperoleh prevalensi NDP pada pasien dengan BMI dibawah 20 kgm2 sebesar 66,7, pada penderita dengan BMI 20- 24,9 kgm2 sebesar 47,5, dan diatas 30kgm2 sebsesar 60,5. Secara statistik didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara peningkatan BMI dengan kejadian NDP p=0,352. Penelitian oleh Al-Kaabi, dkk. 2014 yang dilakukan di Arab Saudi pada 394 penderita DM tipe 2 didapatkan jenis kelamin wanita sebesar 67. Hubungan BMI dengan NDP adalah sindrom metabolik dan obesitas merupakan faktor risiko terjadinya NDP. Diperkirakan mekanisme terjadinya kerusakan saraf meliputi penumpukan lemak, glikasi protein ekstraseluler, disfungsi mitokondria, stres oksidatif, dan aktivasi counter-regulatory signaling pathway yang menimbulkan inflamasi metabolik kronis . Pada penelitian ini didapatkan hasil yang tidak signifikan mungkin disebabkan oleh sebaran subjek penelitian yang hampir sama antara penderita DM tipe 2 dengan obesitas dan tanpa obesitas, baik pada kelompok kasus dan kontrol. Neuropati Diabetik Perifer merupakan komplikasi yang paling sering dialami oleh penderita DM tipe 2, insidennya meningkat sesuai dengan lamanya menderita DM khususnya setelah menderita selama 5 tahun Rampello dkk, 2012. Pada penelitian ini didapatkan 48 orang 55,8 menderita DM ≥ 5 tahun, 31 orang 64,6 diantaranya menderita NDP dan 17 orang 35,4 tanpa NDP. Lama menderita DM ≥ 5 tahun secara signifikan mempunyai risiko terjadinya NDP 3,95 kali lebih tinggi dibandingkan penderita DM dengan lama menderita DM 5 tahun. Penelitian Tamer dkk. 2006 di Turki yang meneliti prevalensi dan faktor risiko neuropati pada 191 penderita DM mendapatkan hubungan yang signifikan antara lama menderita DM dengan NDP OR= 1,010, IK 95 1,004-1,015. Pada San Luis Valley cross-sectional study didapatkan bahwa durasi DM dengan peningkatan 5 tahun merupakan faktor independen yang berhubungan dengan NDP OR 1,3, IK 95, 1-1,6 Wheeler dkk, 2007. Pada penelitian potong lintang pada 294 penderita DM di Dhaka, Bangladesh oleh Morkrid dkk. 2010 diperoleh prevalensi NDP meningkat sejalan dengan durasi DM tiap tahunnya OR 1,2, IK 95 1,0-1,4. Prevalensi NDP juga meningkat setelah 5 tahun didiagnosis DM dari 14,1 menjadi 29,2 pada penderita dengan durasi DM 9- 11 tahun. Seluruh subjek penelitian mendapatkan pengobatan DM, baik dengan insulin atau OAD. Pada penelitian ini didapatkan 61 orang 70,9 menggunakan insulin. Pada kelompok penderita DM dengan NDP diperoleh 34 orang 79,1 menggunakan insulin dan 27 orang 62,8 tanpa NDP. Pada penelitian ini didapatkan bahwa insulin mempunyai efek protektif sebesar 25 kali terhadap kejadian NDP dibandingkan pemakaian OAD. Hubungan ini secara statistik tidak bermakna dengan p=0,96. Hal yang berbeda diperoleh dari Penelitian potong lintang yang dilakukan oleh Morkrid dkk. 2010 pada 294 penderita DM tipe 2 di Bangladesh memperoleh prevalensi NDP sebesar 13,7 pada kelompok dengan terapi oral antidiabetik dibanding dengan kelompok pengobatan insulin sebesar 29,2 OR 2,6, IK 95, 1,4-4,7. Pada San Luis Valley cross-sectional study didapatkan bahwa penggunaan insulin merupakan faktor independen yang berhubungan dengan NDP OR 2, IK 95, 0,9-4,4 Wheeler dkk., 2007. Hasil yang berbeda ini mungkin disebabkan karena sebagian besar subjek penelitian menggunakan insulin. Insulin merupakan salah satu anti diabetik yang aman, dimana dosis dari insulin ini hanya dibatasi oleh kaeadaan hipoglikemia. Insulin juga aman pada penyakit ginjal, hepar, dan jantung serta dalam masa kehamilan. Efek keuntungan lainnya pada faktor risiko kardiovaskular, seperti kolesterol dan trigliserida. Insulin juga dapat memperbaiki fungsi endotel, mencetuskan kondisi vasodilatasi, dan profil fibrinolitik. Terapi insulin memiliki kemampuan melawan glukotoksisitas akibat dari kegagalan temporer fungsi sel betakarena paparan kronis konsentrasi tinggi glukosa Unnikrishnan dkk, 2011.

6.4 Faktor Risiko Independen Terhadap NDP