70
c. Pengukuran Prestasi Belajar
Dalam hal ini bentuk-bentuk prestasi belajar dapat ditunjukkan dari hasil belajar dalam upaya memperoleh pengetahuan,
sikap maupun keterampilan. Prestasi yang dicapai siswa tidaklah selalu sama persis, karena ada siswa yang mendapatkan prestasi
rendah, sedang bahkan tinggi. Setiap kegiatan belajar mengajar pastilah menghasilkan prestasi belajar, baik prestasi yang baik
maupun yang buruk. Prestasi belajar ini perlu diketahui oleh siswa yang belajar maupun orang lain yang bersangkutan guna melihat
kemajuan yang telah diperoleh setelah selesai mempelajari suatu program pelajaran. Prestasi belajar siswa yang ideal meliputi tiga
ranah, antara lain: 1 Ranah Kognitif
Menurut Suharsimi Arikunto 2011: 114 ranah kognitif berkenaan dengan hasil intelektual yang terdiri dari enam aspek,
yaitu: mengenal, pemahaman, penerapan aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Prestasi belajar dalam bentuk pengetahuan
dapat terlihat dalam hasil ulangan siswa baik itu normatif maupun semester yang tercermin di dalam raport. Prestasi belajar dalam
bentuk pengetahuan ini paling mudah untuk menilainya karena seketika
itu guru
sudah dapat
menilainya tanpa
mempertimbangkan aspek-aspek lain di luar pengetahuan.
71
2 Ranah Afektif Menurut
Suharsimi Arikunto
2011: 121
mengemukakan bahwa ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai terdiri dari lima aspek, yaitu: penerimaan, jawaban atau
reaksi, penilaian, organisasi dan inlernalisasi. Kemudian tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku
seperti perhatianya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas. kebiasaan belajar dan
hubungan sosial. Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif. Pengukuran ranah afektif tidak dapat
dilakukan setiap saat dalam arti pengukuran formal karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu.
Perubahan seseorang memerlukan waktu yang relatif lama. Demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-
nilai. Pengukuran atau penilaian afektif ini perlu dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku peserta didik. Tujuan penilaian
afektif ini, antara lain: a Untuk mendapatkan umpan balik baik bagi guru maupun
bagi siswa sabagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program perbaikan bagi siswa.
b Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku siswa yang dicapai.
72
c Untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan
serta karateristik siswa. d Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan
tingkah laku siswa. 3 Ranah Psikomotorik
Menurut Suharsimi Arikunto 2006: 182 menyebutkan bahwa ranah psikomotorik ini pengukurannya dilakukan terhadap
hasil-hasil belajar berupa penampilan. Namun dalam pengukuran psikomotorik biasanya disatukan atau dimulai dengan pengukuran
kognitif sekaligus. Pengukuran penampilan siswa dapat dilihat ketika siswa melaksanakan ujian praktik, misalnya saat siswa
menggunakan multimeter maka kemampuan psikomotorik dapat diukur mulai dari pengetahuan mereka tentang alat tersebut,
pemahaman tentang alat dan penggunaannya dalam bentuk ketrampilan.
Dengan demikian hasil prestasi belajar siswa dapat diukur dengan tiga ranah yaitu: ranah kognitif, ranah afektif dan
ranah psikomotorik. Pengukuran ranah kognitif dapat dilakukan dengan tes, kebanyakan tes yang digunakan adalah tes tertulis.
Ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat karena perubahan tingkah laku siswa dapat berubah sewaktu-waktu dan
pengukuran psikomotorik dilakukan terhadap hasil belajar yang
73
penampilan. Dalam penelitian ini untuk mengukur prestasi belajar siswa diperoleh melalui nilai rata-rata siswa dari nilai praktik,
nilai teori, nilai laporan, nilai UTS dan nilai UAS. Dari beberapa uraian tentang prestasi belajar, maka dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil usaha yang diperoleh siswa dalam melakukan kegiatan belajar di sekolah sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dapat dilakukan dengan cara memberikan tes kepada
siswa mengenai materi yang telah dijelaskan, selain itu juga harus memperhatikan perubahan tingkah laku siswa ketika mengikuti proses
pembelajaran. Pengukuran hasil prestasi belajar dalam melaksanakan proses
pembelajaran dapat dilihat dalam tiga ranah, yaitu: kognitif pengetahuan, afektif sikap dan psikomotorik keterampilan.
Untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik terkadang siswa dihadapkan pada faktor-faktor penghambat, dimana faktor ini dapat
menyebabkan prestasi belajar siswa menurun. Faktor-faktor penghambat tersebut terdiri dari faktor internal dari siswa dan
eksternal dari siswa itu sendiri. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: a faktor kesehatan yang meliputi:
kesehatan jasmani siswa, kelelahan, cacat tubuh; b faktor psikologis yang meliputi: inteligensi, perhatian siswa terhadap materi pelajaran,
minat belajar, motivasi belajar, kematangan, kesiapan siswa. Faktor
74
eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi: a faktor keluarga; b faktor sekolah; c faktor masyarakat.
B. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan. Hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk pengembangan
terhadap penelitian yang akan dilaksanakan: Penelitian yang dilakukan oleh Dian Maya Shofiana 2008 tentang
profesionalisme guru dan hubungannya dengan prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara profesionalisme guru dalam bidang studi fiqih dengan prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamii’ah
Tegallega Cidolog Sukabumi. Kontribusi profesionalisme guru fiqih terhadap prestasi belajar siswa adalah 50. Dengan kata lain, prestasi belajar siswa di
MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi ditentukan atau dipengaruhi oleh tingkat profesionalisme guru sebanyak 50, dan 50 lagi ditentukan
oleh faktor yang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Addinatin Hakimah 2010 tentang
Kinerja Guru SMA Negeri Kota Yogyakarta yang telah bersertifikasi. Hasil pengujian hipotesis diperoleh: 1 kompetensi pedagogik guru yang telah
bersertifikasi termasuk kategori tinggi 61, dalam kategori sedang 39, dan kategori rendah 0; 2 kompetensi kepribadian guru cukup baik
66, dalam kategori tinggi 27, dan kategori rendah responden 7; 3 kompetensi sosial guru yang telah bersertifikasi dikatakan tinggi 97,