8
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya”. Sedangkan M. Sobry dalam Faturrahman dan Sobry 2007:5 mempunyai pandangan bahwa
“belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”. Bertolak dari berbagai definisi yang telah diutarakan, dapat disimpulkan
bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas psiko-fisik
tertentu sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang dapat diwujudkan dalam perilaku seperti menulis, membaca, berhitung, atau kombinasi
dari berbagai tindakan. Tentunya tidak semua perubahan tingkah laku termasuk kategori belajar, seperti perubahan fisik, mabuk, keadaan gila, dan sebagainya.
Orang yang tadinya tidak tahu, setelah belajar menjadi tahu dan dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya.
2.1.2 Teori-teori belajar
Menurut Sardiman 2007:29 “kegiatan belajar itu cenderung diketahui sebagai suatu proses psikologis, terjadi di dalam diri seseorang. Oleh karena itu,
sulit diketahui dengan pasti bagaimana terjadinya”. Jadi, belajar dalam konteks ini berupa suatu proses yang bersifat internal pada diri seseorang. Karena prosesnya
begitu kompleks maka timbul beberapa teori tentang belajar. Sardiman 2007:30 mengemukakan “dalam hal belajar ini secara global ada tiga teori yakni teori Ilmu
Jiwa Daya, teori Ilmu Jiwa Gelstalt, dan teori Ilmu Jiwa Asosiasi”.
9
Adapun penjelasan dari beberapa teori tentang belajar tersebut adalah sebagai berikut :
a. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Teori ini menegaskan bahwa jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya. Di mana masing-masing daya tersebut dapat dilatih dengan
menggunakan berbagai cara atau bahan untuk memenuhi fungsinya. Contohnya untuk melatih daya ingat dalam belajar misalnya dengan menghafalkan kata-
kata atau angka, istilah-istilah asing. Dalam hal ini yang terpenting bukan penguasaan bahan atau materinya, melainkan hasil dari pembentukan dari
daya-daya tersebut. b.
Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt Menurut teori ini, keseluruhan lebih penting dari bagian-bagianunsur-
unsurnya. Belajar adalah berawal dari pengamatan. Maka pengamatan itu penting dilakukan secara menyeluruh. Tingkat mudah atau sukarnya suatu
pemecahan masalah tergantung pada pengamatan. Menurut aliran teori ini, seseorang belajar jika mendapatkan insight.
c. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
Teori Ilmu jiwa asosiasi berpedoman bahwa keseluruhan itu sebenarnya merupakan penjumlahan dari bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Sardiman
2007:33 menuliskan “dari aliran ini ada dua teori yang terkenal, yakni Teori Konektionisme dari Thorendike dan Teori Conditioning dari Pavlov”.
Untuk penjelasannya adalah sebagai berikut :
10
1 Teori Konektionisme
Dalam teori ini, belajar merupakan pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. Jika sering dilatih maka akan terbentuk suatu koneksi yang kuat
antara stimulus dan respons. Jadi, latihan yang terus menerus dapat menjadikan hubungan antara stimulus dan respons itu akan terbiasa dan semakin erat.
2 Teori Conditioning
Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan sesuatu kebiasaan karena adanya suatu tanda. Sebagai contoh, siswa mendengar lonceng,
kemudian berkumpul. “Di samping teori-teori tersebut, penting juga diketahui mengenai Teori
konstruktivionisme”. Sardiman 2007:37. Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan kita itu adalah konstruksi kita sendiri. Jadi, pengetahuan bukanlah suatu
fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Inti dari teori konstruktivisme adalah siswa harus
menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri. Bettencourt dalam Sardiman 2007:37 menyimpulkan bahwa
“konstruktivisme tidak bertujuan mengerti hakikat realitas tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu”. Jadi menurut teori
konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif dimana si subjek belajar membangun sendiri pengetahuannya. Subjek belajar juga mencari sendiri makna
dari sesuatu yang mereka pelajari dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki.
11
Daryanto 2009:11 mengemukakan berbagai teori belajar lainnya, namun dalam uraian berikut ini dibatasi hanya yang sekiranya relevan yaitu “Teori
Belajar menurut J. Burner dan Teori belajar dari R. Gagne”. Adapun penjelasnnya adalah sebagai berikut :
a Teori Belajar menurut J. Burner
Teori belajar Burner ini mementingkan partisipasi aktif siswa dalam proses belajar dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan dalam
belajar. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan discover learning environment, ialah lingkungan dimana siswa dapat
melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru. Hambatan yang dihayati oleh siswa secara berbeda-beda pada usia yang berbeda pula.
b Teori belajar dari R. Gagne
Gagne dalam Daryanto2009:13 memberikan dua definisi belajar yaitu : 1.
Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
diperoleh dari intruksi. Gagne menyatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia
dibagi menjadi 5 kategori yang disebut dengan the domainds of learning yaitu keterampilan motoris motor skill, informasi verbal, kemampuan
intelektual, strategi kognitif dan sikap. Gagne dalam Daryanto 2009: 14
Untuk penjelasan dari lima ketegori tersebut dapat di uraikan sebagai berikut ini:
a Keterampilan motoris motor skill
Keterampilan motoris dalam hal ini berkaitan dengan kelenturan syaraf atau otot yakni adanya koordinasi dari berbagai gerakan badan misalnya
mengetik huruf, naik sepeda, menyetir mobil dan sebagainya.
12
b Informasi verbal
Informasi verbal disimpulkan sebagai kemampuan yang diperoleh pembelajar dalam bentuk informasi atau pengetahuan verbal. Segala sesuatu
dapat dijelaskan oleh individu dengan berbicara, menulis, menggambar, dan sebagainya.
c Kemampuan intelektual
Kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang berentangan mulai dari kemahiran bahasa sederhana, kemehiran teknis maju, seperti teknologi
rekayasa, dan kegiatan ilmiah. Kemampuan belajar dengan inilah yang disebut dengan kemampuan intelektual.
d Strategi kognitif
Strategi kognitif ini dapat diartikan sebagai keterampilan internal yang perlu untuk belajar mengingat dan berpikir. Kemampuan ini berbeda dengan
kemampuan intelektual, karena ditujukan ke dunia luar dan tidak dapat dipelajari hanya dengan berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan-
perbaikan secara terus menerus agar hasilnya optimal. e
Sikap Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu
terhadap benda, orang atau situasi. Sikap ini penting dalam proses belajar, tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik. Efek sikap belajar
dapat diamati dari reaksi siswa positif atau negatif terhadap benda, orang, atau situasi belajar yang sedang dihadapi.
13
2.1.3. Prinsip-prinsip Belajar