menyerupai ginjal, berbulu, dengan panjang 5 mm dan lebar 4 mm Backer dan Brink, 1965.
3. Fitokimia kelopak bunga rosella
Kelopak bunga rosella mengandung flavonoid seperti flavonoid gosipetin, hibisetin, dan sabdatin. Selain itu juga mengandung alkaloid, β-
sitosterol, antosianin, asam sitrat, sianidin-3-rutinosa, delfinidin, galaktosa, pektin, protocatechuic acid, kuersetin, asam stearik dan lilin Mahadevan dkk.,
2008 Pigmen warna rosella bertanggung jawab atas warna merah dan sumber
utama kapasitas antioksidan. Namun pigmen warna tersebut tidak stabil pada perubahan suhu, lama penyimpanan, dan variasi bunga rosella Tsai, McIntosh,
Pearce, Camden, dan Jordan, 2002.
D. Antosianin
Antosianin merupakan sumber pewarna alami pada kelopak bunga rosela yang memberikan warna pigmen kuat berwarna merah, jingga, ungu,
dan biru. Rosella mengandung dua kandungan utama antosianin yaitu delphinidin-3-sambubioside delphinidin
–3–xylosylglucoside hibiscin dan cyanidin-3-sambubioside cyanidin-3-xylosylglucoside gossypicyanin Du
dan Francis, 1973. Antosianin merupakan senyawa pigmen warna pada tanaman yang larut dalam air dan termasuk dalam kelas senyawa flavonoid.
Senyawa antosianin memiliki struktur dasar yang terdiri dari dua cincin aromatis cincing A dan B yang terikat bersama oleh tiga atom karbon
membentuk cincin heterosiklik cincin C dengan gugus gula yang terikat pada atom karbon pada posisi C-3 atau A-5 gambar 2.
Gambar 2. Struktur dasar antosianin Miguel, 2011
Antosianin merupakan golongan senyawa yang bersifat polar dan dengan kelarutan yang lebih tinggi dalam metanol daripada etanol dan air Bridger, Chinn
dan Truong, 2010. Kestabilan warna senyawa antosianin dipengaruhi oleh tingkat keasaman, suhu, lama penyimpanan, oksigen dan cahaya. Laju kerusakan
degredasi antosianin cenderung meningkat selama proses penyimpanan yang diiringi kenaikan suhu. Degredasi termal menyebabkan hilangnya warna pada
antosianin. Laju penurunan termal antosianin mengukuti kinetika orde pertama
Hermawan dkk,2010.
Antosianin dapat mengalami perubahan warna dari merah hingga jingga pada pH asam pH 1-4 karena terdapat ikatan rangkap terkonjugasi yang
membawa ion positif, tidak berwarna pada pH 5 dan 6 yang disebabkan terbentuk
senyawa karbonil dan kalkon yang terdegradasi pada pH 5 dan 6 Miguel, 2011.
Adapun struktur dan perubahan warna pada antosianin karena perbedaan tingkatan pH dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Stuktur antosianin pada pH yang berbeda Hermawan dkk., 2010
E. Multiemulsi AMA
Salah satu inovasi terbaru dalam teknologi emulsi adalah pengembangan emulsi ganda yakni emulsi yang fase terdispersinya mengandung tetesan-tetesan
kecil atau globul. Emulsi ganda gambar 4 terbagi atas dua tipe emulsi yakni emulsi tipe MAM artinya emulsi MA terdispersi pada fase air, dan tipe emulsi
AMA dengan emulisi AM terdispersi pada fase air Gennaro, 1990. Ukuran droplet multiemulsi lebih besar daripada ukuran partikel emulsi
biasa sehingga emulsi ganda kurang stabil secara termodinamika. Pelepasan zat aktif dari fase dalam ke fase luar atau sebaliknya, sering tidak terkendali.
Stabilitas serta mekanisme pelepasan multiemulsi saling berhubungan dan memiliki keterkaitan Lutz dan Aserin, 2008.
Penggunaan multiemulsi memiliki keuntungan yakni menutupi rasa yang tidak enak saat penggunaan, meningkatkan absorbsi obat, memperpanjang
pelepasan obat, serta dapat memisahkan dua bahan hidrofilik yang tidak saling
antosianin
bercampur incompatible yakni pada fase air internal dan fase air eksternal yang dipisahkan oleh fase pertengahan minyak pada emulsi ganda tipe AMA
Gennaro,1990.
Gambar 4. Droplet multiemulsi AMA Deepak, 2013
Pembentukan emulsi ganda dipengaruhi oleh pemilihan emulgatoragen pengemulsi yang mempengaruhi kekuatan lapisan antarmuka dari fase minyak
dengan surfaktan hidrofobik maupun lapisan antarmuka pada fase air dengan surfaktan hidrofilik, juga dipengaruhi oleh tekanan osmotik di dalam globul atau
tetesan-tetesan fase internal dan fase eksternal Tirnaksiz, 2005.
F. Stabilitas Multiemulsi AMA