kekentalan atau pemadatan antar fase Blinks dan Rocher, 2009. Dalam konteks aplikasi obat seperti pelepasan obat terkontol, yang mana mekanisme
penghantarannya adalah difusi terkontrol, mekanisme ketidakstabilan dapat merugikan terhadap aksi dari sistem, karena dapat menyebabkan pelepasan yang
cepat dari zat aktif dengan kemungkinan efek yang berbahaya. Mekanisme ketidakstabilan emulsi harus dimengerti dan dikontrol dalam sistem multiemulsi.
Dalam semua kasus, stabilitas akhir sistem sangat bergantung pada sifat dari fase minyak dan air, karakteristik dari emulsifier primer dan sekunder dalam sistem,
serta hubungan antara fase internal dan eksternal Myers, 2006.
G. Bahan- Bahan Tambahan dalam Multiemulsi AMA
1. Surfaktan emulsifying agent
Surfaktan adalah rantai asam lemak pendek yang bersifat amfifilik atau amfifatik, yang memiliki bagian dengan afinitas polar dan nonpolar. Surfaktan
merupakan molekul yang dapat berorientasi dengan menurunkan tegangan permukaan pada media dispersi. Sifat hidrofilik terdapat pada bagian kelompok
kepala dan lipofilik terdapat pada rantai atau ekor pada molekul surfaktan Schramm, 2000.
Menurut ionisasi dalam air, surfaktan di klasifikasikan menjadi: a. Surfaktan anionik. Surfaktan anionik adalah surfaktan yang terionisasi
dalam air pada ampifilik berupa anion dan kation, yang pada umumnya merupakan logam alkali Na
+
dan K
+
atau amonium. Surfaktan anionik dapat berupa alkilbenzen sulfonat detergen, asam lemak sabun, dialkil
sulfosiksinat wetting agent, lignosulfonat dispersant, dan lain lain.
b. Surfaktan nonionik. Surfaktan nonionik merupakan surfaktan yang tidak mengalami ionisasi pada larutan air, karena gugus hidrofobik merupakan
tipe dissociable, seperti alkohol, fenol, eter, ester, atau amida. Surfaktan nonionik terbentuk dari hidrofobik yang terdiri dari rantai polietilen glikol.
Surfaktan nonionik merupakan detergen, wetting agent dan emulsifier yang baik.
c. Surfaktan kationik. Surfaktan kationik merupakan surfaktan yang terionisasi dalam air menjadi kation yang umumnya berupa halogen dan
anion. Salager, 2002.
Surfaktan memiliki rentang dari komponen larut minyak untuk menstabilkan emulsi AM hingga material larut air yang memberikan produk
MA. Surfaktan biasa digunakan dalam kombinasi surfaktan larut air dan larut minyak untuk mengurangi tegangan antarmuka pada lapisan antarmuka yang
penting dalam stabilitas emulsi yang optimum. Surfaktan nonionik memiliki toksisitas dan iritasi yang rendah Billany, 2002.
Surfaktan nonionik memiliki bermacam-macam nilai hydrophile- lipophile balances HLB yang dapat menstabilkan emulsi MA atau AM.
Penggunaan surfaktan nonionik yang baik bila menghasilkan nilai HLB yang seimbang antara dua surfaktan nonionik, di mana salah satu bersifat hidrofilik
dan yang lain bersifat hidrofobik. Surfaktan nonionik bekerja dengan menurunkan tegangan antar muka pada lapisan antarmuka dari droplet-droplet
dalam medium dispersi, namun tidak memiliki muatan untuk menstabilkan
emulsi. Cara menstabilkan emulsi adalah dengan adanya gugus polar dari surfaktan yang terhidrasi dan bulky, yang menyebabkan halangan sterik antar
droplet dan mencegah koalesen Kim, 2005. Surfaktan
nonionik merupakan
emulgator yang
memiliki kesetimbangan hidrofilik-lipofilik yang seimbang di dalam molekulnya. Tidak
seperti emulgator anionik dan kationik, emulgator nonionik tidak mudah di- pengaruhi oleh perubahan pH dan adanya elektrolit Gennaro, 1990.
a. Tween 80
®
H
3
C H
2
C C
H
2
H
2
C H
C H
2
C C
H
2
H
2
C C
H
2
H
2
C C
CH
3
CH
2
CH H
C HC
CH
2
CH
2
H
2
C C
H
2
H
2
C H
3
C CH
2
C H
2
H
2
C H
3
C
y
x
w z
w + x + y + z = 20
Gambar 5. Struktur Tween 80
®
Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009
Tween 80
®
atau polysorbate 80 gambar 5 merupakan ester oleat dari sorbitol di mana tiap molekul anhidrida sorbitolnya berkopolimerisasi
dengan 20 molekul etilenoksida. Tween 80
®
berupa cairan kental berwarna kuning dan agak pahit
Rowe dkk., 2009.
Polysorbate digunakan sebagai surfaktan pada emulsi topikal tipe minyak dalam air, dikombinasikan
dengan emulsifier hidrofilik pada emulsi minyak dalam air, dan untuk menaikkan kemampuan menahan air pada salep, dengan konsentrasi 1-
15 sebagai solubilizer. Tween 80
®
digunakan secara luas pada kosmetik sebagai surfaktan dengan HLB 15 Smolinske, 1992. Tween 80
®
larut
dalam air dan etanol 95, namun tidak larut dalam mineral oil dan vegetable oil Rowe dkk., 2009.
b. Span 80
®
Span 80
®
gambar 6 mempunyai nama lain sorbitan monooleat dengan nilai HLB 4,3. Pemeriannya berupa warna kuning gading, cairan
seperti minyak kental, bau khas tajam, terasa lunak. Kelarutannya tidak larut tetapi terdispersi dalam air, bercampur dengan alkohol, tidak larut
dalam propilen glikol, larut dalam hampir semua minyak mineral dan nabati, dan sedikit larut dalam eter Rowe dkk.., 2009.
HC
OH OH
O H
2
C OH
O O
Gambar 6. Struktur Span 80 Rowe dkk., 2009
Span 80
®
secara luas digunakan dalam kosmetik, produk makanan, dan obat sebagai surfaktan nonionik lipofilik. Ester sorbitan
secara umum dalam formulasi berfungsi sebagai surfaktan dalam pembuatan krim, emulsi, dan salep untuk penggunaan topikal. Ketika
digunakan sebagai surfaktan tunggal, ester sorbitan menghasilkan emulsi air dalam minyak yang stabil dan mikroemulsi, namun ester sorbitan lebih
sering digunakan dalam kombinasi bersama bermacam-macam proporsi polysorbate untuk menghasilkan emulsi atau krim, baik tipe MA atau
AM Rowe dkk., 2009.
2. Parafin cair