Susmiyanto, Wibowo, dan Sutresno, 2013. Pengukuran ekstrak kelopak bunga rosella selanjutnya merupakan pengukuran antosianin.
Gambar 12. Spektra antosianin ekstrak kelopak bunga rosella
A. Penetapan Bobot Tetap Ekstrak Kelopak Bunga Rosella
Formulasi multiemulsi AMA menggunakan ekstrak metanol kelopak rosella. Fraksi metanol dipilih untuk menghasilkan recovery antosianin yang lebih
tinggi. Pelarut polar seperti metanol direkomendasikan untuk mengektraksi komponen fenolik dari bahan tanaman Halima, 2014.
Metanol dapat diserap oleh kulit sehingga menyebabkan kulit kering dan eritema atau dermatitis pada aplikasi secara topikal Pritchard, 2007, sehingga
sebelum digunakan sebagai zat aktif, dilakukan penetapan bobot tetap ekstak rosella untuk menghilangkan pelarut metanol pada ekstrak rosella. Bobot tetap
lampiran 2 dari 500 µL ekstrak kental kelopak bunga rosella adalah 0,5117 gram. Bobot tetap tersebut selanjutnya digunakan dalam perhitungan konsentrasi
ekstrak kelopak bunga rosella air dalam sediaan maupun kurva baku.
B. Formulasi Multiemulsi AMA
Ekstrak kelopak bunga rosella merupakan zat aktif sedangkan bahan- bahan untuk membuat multiemulsi AMA merupakan eksipien. Eksipien dalam
formula berfungsi sebagai menjaga stabilitas zat aktif, dari kondisi lingkungan, menambah nilai estetika, efisiensi dan efektifitas zat aktif. Ekstrak kelopak bunga
rosella yang ditambahkan dalam formulasi multiemulsi AMA adalah 2000 µ L. Multiemulsi adalah sistem pembawa yang kompleks dan polidispers
dalam emulsi AM ataupun MA secara bersamaan dalam satu sistem. Surfaktan lipofilik dan hidrofilik digunakan untuk menstabilkan masing-masing emulsi.
Droplet fase terdispersi berisi droplet terdispersi yang lebih kecil, sehingga disebut emulsi dalam emulsi. Terdapat 2 tipe multiemulsi yaitu multiemulsi air-
minyak-air AMA dan minyak-air-minyak MAM Kumar dkk., 2012. Multiemulsi tipe AMA digunakan karena ekstrak kelopak bunga rosella
lebih bersifat hidrofilik. Multiemulsi dipilih karena memiliki kemampuan menjerap zat aktif sehingga dapat melindungi pada zat aktif yang mudah
terdegradasi oleh faktor lingkungan seperti senyawa antosianin yang terkandung dalam ekstrak kelopak bunga rosella.
Multiemulsi AMA yang optimum diperoleh dengan proses optimasi formula dan proses pembuatan. Optimasi ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu pada
emulsi primer AM dan multiemulsi AMA. Pembuatan emulsi primer AM dilakukan dengan kecepatan pencampuran tinggi untuk menghasilkan droplet
yang lebih kecil, droplet kecil akan meningkatkan stabilitas emulsi primer AM. Kemudian untuk menghasilkan multiemulsi AMA, emulsi primer AM
didispersikan dalam fase air ekstrenal dengan kecepatan rendah untuk menghindari pecahnya droplet air pada emulsi primer AM.
Optimasi emulsi primer dilakukan optimasi HLB, kecepatan pengadukan, konsentrasi setil alkohol, dan konsentrasi dimethicone. Pengujian tersebut
dilakukan untuk memperoleh emulsi primer AM yang stabil, sehingga menghasilkan pada multiemulsi yang lebih stabil pula.
Emulsi AM memiliki HLB 3-6 sehingga pada optimasi emulsi primer AM lampiran 3, HLB yang diuji adalah 5; 5,3; 5,5; dan 5,8. Untuk
menghasilkan emulsi primer AM dengan HLB tersebut peneliti menggunakan 2 emulsifier yaitu dengan Span 80
®
dengan HLB 4,3 dan Tween 80
®
dengan HLB 15. Span 80
®
dan Tween 80
®
merupakan emulgator nonionik yang memiliki keseimbangan lipofilik dan hidrofilik bersifat tidak toksik, tidak iritatif, memiliki
potensi yang rendah untuk menyebabkan reaksi hipersensitivitas, serta stabil terhadap asam lemah dan basa lemah. Konsentrasi emulsifier yang disarankan
adalah 1 –10 sehingga pada percobaan digunakan emulsifier dengan konsentrasi
10 bb Rowe dkk., 2009. Berdasarkan persentase pemisahan setelah penyimpanan 24 jam, formula dengan nilai HLB 5-5,8 menghasilkan tipe emulsi
MA. Formula dengan HLB 5, 5,3, 5,5 dan 5,8 mengalami creaming dengan persen pemisahan dari 25 ml sebesar
66 pada HLB 5, 64,4 pada 5,3 HLB, 60 pada HLB 5,5 dan 56 pada HLB 5,8. Emulsi primer dengan HLB 5,8 yang
menunjukkan persen pemisahan fase terendah sehingga digunakan untuk proses optimasi selanjutnya.
Optimasi kecepatan pencampuran emulsi AM lampiran 4 dilakukan pada skala kecepatan 4 dan 5 menggunakan formula primer hasil optimasi
sebelumnya menunjukkan bahwa emulsi primer dengan kecepatan mixer 4 memiliki persen pemisahan fase sebesar 56 dan dengan kecepatan mixer 5
memiliki persen pemisahan fase sebesar 52. Kecepatan putar mixer berpengaruh terhadap distribusi ukuran droplet, viskositas, dan stabilitasi emulsi. Kecepatan
putar memiliki hubungan erat dengan ukuran droplet yang dihasilkan. Semakin besar energi kinetik yang diberikan mixer, maka ukuran partikel yang dihasilkan
akan semakin kecil. Semakin kecil ukuran droplet yang dihasilkan maka jumlah droplet yang dihasilkan semakin banyak sehingga dihasilkan luas permukaan
spesifik yang lebih besar dibandingkan dengan droplet-droplet yang berukuran besar Putra, 2010. Dengan demikian dipilih kecepatan pencampuran emulsi AM
skala kecepatan 5 untuk membuat emulsi primer AM. Optimasi lama pencampuran emulsi AM dilakukan selama 10; 15; dan
20 menit. Hasil optimasi lampiran 5 menunjukan 10 dan 15 menit merupakan lama pencampuran yang menghasilkan persentase pemisahan minimal yaitu 52.
Persentase pemisahan yang dihasilkan tidak memiliki bermakna yang berbeda sehingga dipilih lama pencampuran 10 menit dengan mempertimbangkan efisiensi
waktu. Hasil optimasi setil alkohol berperan sebagai stiffening agent yang dapat
meningkatkan meningkatkan konsistensi emulsi air dalam minyak Rowe et.al, 2009. Selain sebagai stiffening agent, setil alkohol juga dapat peran sebagai ko-
surfaktan yang dapat menfasilitasi surfaktan dari antar muka air dan minyak
menuju fase minyak Garti dan Bisperink, 1998. Konsentrasi setil alkohol sebagai stiffening agent adalah sebesar 2-10 bb Rowe dkk, 2009. Konsentrasi
yang digunakan pada optimasi adalah 4; 4.5; 5; 6; 8; dan 10. Hasil optimasi lampiran 6 menunjukkan bahwa setelah penyimpanan selama 24 jam, diperoleh
emulsi yang stabil pada konsentrasi 6 karena tidak terjadi pemisahan, tetapi emulsi tersebut mengalami foaming karena setil alkohol dalam kecepatan
pengadukan yang tinggi dapat berperan sebagai foaming booster dan mengakibatkan foaming. Foaming tidak diharapkan dalam emulsi AM karena
foaming terjadi akibat surfaktan yang menjerap udara sehingga memungkinkan kontak ekstrak kelopak bunga rosella yang terdapat pada fase luar multiemulsi
AMA dengan udara. Hal ini dapat menyebabkan ekstrak kelopak bunga rosella mengalami oksidasi. Oleh karena itu, foam perlu dihilangkan dengan penambahan
antifoaming agent.
Tabel I. Formula emulsi primer AM Komposisi
Berat gram
Parafin cair 59,65
Span 80
®
7,4 Tween 80
®
1,21 Aquadest internal
18,32 MgSO
4
0,6 Setil alkohol
5,49 Dimethicone
7,33
Total 100,0
Optimasi dimethicone sebagai antifoaming agent dilakukan dengan konsentrasi 2; 4; 6; dan 8 bb. Hasil optimasi lampiran 7 menunjukkan bahwa
setelah penyimpanan 24 jam, formula dengan konsentrasi dimethicone 2, 4, dan 6 mengalami keretakan yang merupakan gejala ketidakstabilan sedangkan
formula dengan konsentrasi dimethicone 8 stabil dan tidak mengalami pemisahan fase sehingga formula tersebut digunakan untuk proses optimasi
selanjutnya. Serangkaian proses optimasi pada emulsi primer menghasilkan formula optimum emulsi primer AM seperti terlihat pada tabel I.
Formulasi emulsi primer AM dilanjutkan dengan optimasi formula multiemulsi AMA meliputi rasio emulsi primer AM dalam multiemulsi AMA,
konsentrasi Tween 80
®
, dan lama pencampuran multiemulsi AMA. Emulsi AM yang memiliki fase luar berupa fase minyak didispersikan ke dalam fase air untuk
memperoleh tipe multiemulsi air dalam minyak dalam air. Jumlah emulsi AMA yang ditambahkan ke dalam fase air eksternal yaitu sebesar 27,8; 37,8; dan 47,8
gram dioptimasi untuk memperoleh multiemulsi AMA yang stabil. Hasil optimasi lampiran 8 menunjukkan bahwa formula dengan jumlah emulsi primer
sebesar 37,8 gram yang dimasukkan dalam fase air eksternal belum mengalami pemisahan setelah penyimpanan selama 24 jam.
Multiemusi AMA diperoleh dengan mencampurkan emulsi AM dengan fase air dengan sejumlah emulsifier untuk menghasilkan HLB yang cenderung
bersifat hidrofilik. Emulsifier hidrofilik yaitu Tween 80
®
dengan memiliki HLB 15,5 digunakan sebagai emulsifier sekunder. Konsentrasi Tween 80
®
yang disarankan 1-15 bb Rowe dkk., 2009. Optimasi konsentrasi Tween 80
®
lampiran 9 yaitu 2; 4; dan 6 bb menunjukkan bahwa formula dengan konsentrasi Tween 80
®
2 merupakan formula yang optimum yang ditunjukkan
dengan tidak adanya pemisahan fase setelah penyimpanan selama 24 jam. Optimasi yang telah dilakukan menghasilkan formula multiemusi AMA yang
optimal seperti terlihat pada tabel II. Optimasi terhadap lama pencampuran pada multiemulsi AMA yaitu
selama 10, 15 dan 20 menit. Hasil optimasi lampiran 10 menunjukkan tidak adanya pemisahan fase pada multiemulsi AMA setelah penyimpanan selama 24
jam untuk ketiga formula tersebut, maka dipilih lama pencampuran selama 10 menit untuk membuat multiemulsi AMA. Serangkaian proses optimasi pada
multiemulsi AMA menghasilkan formula optimum multiemulsi AMA seperti terlihat pada tabel II.
Tabel II. Formula multiemulsi AMA Komposisi
Berat gram
Emulsi primer 37,72
Tween 80
®
eksternal 2,0
Xanthan gum 0,4
Aquadest eksternal 59,88
Total 100,0
Multiemulsi AMA yang homogen kemudian disimpan dalam wadah flakon yang telah dibungkus alumunium foil agar tidak tembus cahaya, tertutup
rapat untuk mencegah kontaminasi terhadap ekstrak kelopak bunga rosella serta disimpan pada kondisi penyimpanan kontrol dan perlakuan.
C. Evaluasi Multiemulsi AMA