Evaluasi Multiemulsi AMA HASIL DAN PEMBAHASAN

dengan tidak adanya pemisahan fase setelah penyimpanan selama 24 jam. Optimasi yang telah dilakukan menghasilkan formula multiemusi AMA yang optimal seperti terlihat pada tabel II. Optimasi terhadap lama pencampuran pada multiemulsi AMA yaitu selama 10, 15 dan 20 menit. Hasil optimasi lampiran 10 menunjukkan tidak adanya pemisahan fase pada multiemulsi AMA setelah penyimpanan selama 24 jam untuk ketiga formula tersebut, maka dipilih lama pencampuran selama 10 menit untuk membuat multiemulsi AMA. Serangkaian proses optimasi pada multiemulsi AMA menghasilkan formula optimum multiemulsi AMA seperti terlihat pada tabel II. Tabel II. Formula multiemulsi AMA Komposisi Berat gram Emulsi primer 37,72 Tween 80 ® eksternal 2,0 Xanthan gum 0,4 Aquadest eksternal 59,88 Total 100,0 Multiemulsi AMA yang homogen kemudian disimpan dalam wadah flakon yang telah dibungkus alumunium foil agar tidak tembus cahaya, tertutup rapat untuk mencegah kontaminasi terhadap ekstrak kelopak bunga rosella serta disimpan pada kondisi penyimpanan kontrol dan perlakuan.

C. Evaluasi Multiemulsi AMA

Pembuatan multiemulsi AMA dilakukan dengan dua tahap yaitu pembuatan emulsi AM dan multiemulsi AMA. Dalam pembuatan emulsi AM, fase air berupa ekstrak kelopak bunga rosella dilarutkan dalam aquadest kemudian ditambahkan Tween 80 ® dan magnesium sulfat. Parafin cair pilih karena selain berfungsi sebagai minyak dalam emulsi AM namun juga karena memiliki sifat sebagai emolien yang dapat mencegah kehilangan air pada kulit saat sediaan diaplikasikan. Magnesium sulfat digunakan sebagai elektrolit untuk mengurangi atau mencegah tekanan osmotik antara fase air internal dan fase air eksternal. Fase minyak dalam emulsi AM merupakan campuran dari paraffin cair, Span 80 ® , dimethicone, dan setil alkohol. Fase air dan fase minyak emulsi AM selanjutnya dicampurkan dengan menggunakan mixer dengan skala kecepatan 5 selama 10 menit. Emulsi AM sebanyak 37,72 gram diemulsikan ke dalam fase cair eksternal yang terdiri dari Tween 80 ® dan xanthan gum. Emulsifikasi dilakukan dengan menggunakan mixer skala kecepatan 1 agar droplet air ada emulsi AM tidak pecah dan bercampur dengan fase luar. Xanthan gum berperan sebagai agen meningkatkan viskositas. Ekstrak kelopak bunga rosella merupakan zat aktif multiemulsi AMA, mengandung antioksidan. Kestabilan antioksidan juga dipengaruhi oleh suhu. Laju kerusakan antosianin yang terkandung dalam ekstrak kelopak bunga cenderung meningkat selama proses penyimpanan yag diiringi dengan kenaikan suhu. Hermawan dkk, 2010. Suhu memberikan efek tidak langsung terhadap multiemulsi yaitu pada viskositas, adsorpsi surfaktan dan tegangan antar muka. Perbedaan suhu yang tinggi pada saat penyimpanan dapat berpengaruh drastis terhadap kestabilan multiemulsi dan bentuk sediaan vesikel lainnya Prajapati, Bhatt, Koli, Dharamsi, dan Shah, 2013. Keberadaan oksidator seperti oksigen dapat mengoksidasi antosianin, sehingga perlu diberikan gas nitrogen untuk menghilangkan oksigen di udara sehingga mencegah oksidasi ekstrak kelopak bunga rosella yang berada pada permukaan fase eksternal multiemulsi AMA. Perbedaan suhu dan keberadaan gas nitrogen selama penyimpanan dilakukan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap kestabilan antosianin ekstrak kelopak bunga rosella selama distribusi sediaan pada kedua jenis penyimpanan tersebut. Kestabilan antosianin ekstrak kelopak bunga rosella selama distribusi perlu diperhatikan agar saat sediaan sampai di tangan konsumen, ekstrak kelopak bunga rosella masih stabil. Pengujian pada multiemulsi AMA yang disimpan pada suhu kamar 2 C tanpa pemberian gas nitrogen dan suhu rendah dengan pemberian gas nitrogen -4 C untuk mengetahui perbedaan stabilitas antosianin ekstrak rosella dalam kondisi penyimpanan berbeda. a b Gambar 13. Penampilan a emulsi AM dan b multiemulsi AMA Multiemulsi AMA formula optimum kemudian dievaluasi sifat dan stabilitas fisisnya. Secara organoleptis yang dilakukan selama penyimpanan, multiemulsi memiliki warna merah muda yang ditunjukkan pada gambar 13. Warna tersebut diperoleh dari warna ekstrak kelopak bunga rosella yang berwarna merah pekat. Multiemulsi AMA kontrol memiliki intensitas warna merah yang semakin hari semakin memudar dan berbau tengik sejak hari ke-14. Hal ini dapat terjadi karena multiemulsi kontrol disimpan dengan suhu ruangan dan tanpa nitrogen sehingga memungkinkan udara yang berada dalam flakon mengandung air dan menyebabkan tumbuhnya jamur serta adanya oksidasi pada biopolimer xanthan gum. Hasil pengamatan organoleptis multiemulsi AMA perlakuan berwarna merah dan tidak berjamur hingga penyimpanan hari ke-28. pH sediaan multiemulsi AMA perlu ditetapkan untuk mengetahui apakah sediaan yang dihasilkan sudah sesuai untuk pH sediaan topikal yang ditetapkan. Multiemulsi AMA yang dihasilkan adalah 4 yang bersifat asam, hal ini dipengaruhi oleh ekstrak kelopak bunga rosella yang bersifat asam. pH tersebut sesuai dengan nilai pH kulit yang berkisar antara 4 hingga 6 Lamber, Piessens, Bloem, Pronk, dan Finkel, 2006. a b Gambar 14. Pengamatan uji fase a emulsi primer AM dalam minyak dan b multiemulsi AMA dalam air Emulsi dan multiemulsi yang telah diperoleh dilakukan pengujian untuk mengetahui tipe yang dihasilkan apakah sudah sesuai dengan tujuan yaitu AM dan AMA atau air dalam minyak dalam air sehingga dapat melindungi ekstrak kelopak bunga rosella yang terlarut dalam aquadest. Pengujian fase menunjukkan fase luar pada sediaan emulsi dan multiemulsi. Emulsi primer yang dihasilkan merupakan AM yang larut dalam minyak dan multiemulsi primer yang dihasilkan merupakan AMA karena multiemulsi AMA larut dalam air seperti yang ditunjukkan pada gambar 14. Pengamatan mikroskopik dilakukan untuk mengetahui keberadaan droplet air pada emulsi primer AM dan ukuran partikel multiemulsi AMA yang dihasilkan. Metode mikroskopik merupakan metode sederhana yang hanya menggunakan satu alat yaitu mikroskop yang dapat mengukur ukuran partikel berkisar dari 0,2 µm sampai kira-kira 100 µm. Partikel diukur sepanjang garis yang melewati pusat partikel. Kerugian dari metode mikroskopik adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dua dimensi dari droplet tersebut, yaitu diameter. Selain itu jumlah droplet yang harus dihitung sekitar 300-500 droplet agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari distribusi, sehingga metode ini membutuhkan waktu dan ketelitian Martin dkk.,1993. Pengamatan mikroskopik yang dilakukan menunjukkan, droplet multiemulsi berbentuk matriks. Matriks droplet merupakan droplet multiemulsi yang di dalamnya terdapat beberapa partikel fase terdispersi pada emulsi primer Tadros, 1993. Hasil pengukuran mikromeritik emulsi AM dapat dilihat dan multiemulsi AMA pada lampiran 11 dan 16 pada setiap hari pengujian. Ukuran partikel rata-rata emulsi primer AM pada hari pertama; multiemulsi AMA pada hari pertama gambar 15; multiemulsi AMA kontrol pada hari ke-28; dan multiemulsi AMA perlakuan pada hari ke-28 gambar 16 berturut-turut adalah 4,543; 12,191; 4,343; dan 5,709 µm. Ukuran partikel multiemulsi AMA menunjukkan lama penyimpanan dan kondisi penyimpanan mempengaruhi ukuran partikel. Hal ini juga ditunjang dari modus pada multiemulsi AMA pada hari pertama lebih besar daripada multiemulsi AMA ke-28 pada kondisi penyimpanan kontrol maupun perlakuan. Pengecilan ukuran partikel kemungkinan disebabkan karena tekanan antarmuka berupa tekanan osmosis dan tekanan Laplace. Tekanan osmosis pada fase luar tidak terjerap lebih besar daripada tekanan osmosis dalam partikel dalam yang terjerap dikarenakan adanya penambahan jumlah elektrolit yang tidak optimum. Apabila tekanan osmotik lebih tinggi dalam fase air internal dibandingkan dengan air terus menerus eksternal fase menyebabkan air masuk ke dalam fase air internal, sehingga pembengkakan tetesan internal yang sebelum mereka akhirnya meledak dan melepaskan isinya dan apabila perbedaan tersebut terlalu ekstrim maka perpindahan air akan terlalu cepat dan menyebabkan kerusakan pada fase minyak. Ketika fase minyak rusak maka fase air internal akan keluar dan bercampur dengan fase air eksternal sehingga terbentuk emulsi AM. Pemecahan droplet tersebut menyebabkan gradien osmotik menurun dan keseimbangan tekanan tercapai, tetapi hilangnya tetesan air fase internal bersifat ireversibel. Konsentrasi MgSO 4 sebagai elektrolit dalam penelitian tidak dilakukan optimasi sehingga masih terdapat perbedaan tekanan osmotik dan tekanan Laplace. Kehadiran elektrolit MgSO 4 dengan jumlah yang tidak tepat dapat berdampak negatif terhadap stabilitas multiemulsi. Jumlah elektrolit yang di formulasikan harus cukup untuk melawan tekanan Laplace yang tinggi namun, cukup rendah untuk menghindari efek osmotik Jiao dan Burgess, 2008. Tekanan Laplace selama penyimpanan terjadi sepanjang permukaan antar droplet. Droplet yang dipengaruhi tekanan Lapalce menjadi berbentuk memanjang dan berbentuk silindris, untuk mengurangi tekanan Laplace dari droplet berbentuk bola, yang menyebabkan ketidakstabilan dengan membentuk droplet yang lebih besar Jiao dan Burgess, 2008. a b Gambar 15. Hasil pengamatan mikroskopik pada hari pertama a emulsi AM dengan rentang modus 4,395 - 5,030 µm dan b multiemulsi AMA dengan rentang modus 10,820 - 12,113 µm pada perbesaran 40 kali a b Gambar 16. Hasil pengamatan mikroskopik pada hari ke-28 a multiemulsi AMA kontrol dengan rentang modus 3,420 - 4,082 µm dan b multiemulsi AMA perlakuan dengan rentang modus 6,497 - 7,522 µm pada perbesaran 40 kali Penggojokan mekanik dapat dilakukan pada suatu sediaan yang secara termodinamika tidak stabil seperti multiemulsi AMA. Kestabilan dengan pengojokan dapat diuji dengan melakukan uji mekanik. Hasil pengujian terlihat pada gambar 17. Sediaan terbagi menjadi empat bagian yang terdiri dari fase minyak, emulsi, fase air, dan xanthan gum. Gambar 17. Hasil pengujian mekanik dengan sentrifugasi Gambar 18. Persentase pemisahan pada multiemulsi AMA Stabilitas multiemulsi AMA dapat dilihat dari persentase pemisahan selama penyimpanan. Sediaan multiemulsi AMA kontrol disimpan dalam tabung reaksi berskala menunjukkan bahwa terjadi pemisahan pada hari percobaan ke-28 dengan laju pemisahan multiemulsi AMA sebesar 0,2357 yang terlihat pada lampiran 12. Multiemulsi AMA kontrol disimpan pada ruangan mengalami pemisahan pada hari ke-19 sedangkan multiemulsi AMA perlakuan tidak mengalami pemisahan hingga hari ke-28 gambar 18. Multiemulsi AMA -1 1 2 3 4 5 6 7 10 20 30 P er se nt as e pem isa han Lama penyimpanan hari Multiemulsi AMA kontrol Multiemulsi AMA perlakuan Fase minyak Emulsi AM Fase air Xanthan gum kontrol mengunakan hari ke-19 bukan hari ke-7 dan 14, hal ini dikarenakan tabung reaksi berskala yang digunakan untuk menunjukan volume pemisahan, tidak memiliki skala dibawah 1 mL. Persentase pemisahan multiemulsi AMA kontrol ditentukan setelah pemisahan 1 mL dan ketikavolume pemisahan mencapai skala tertentu pada labu takar reaksi berskala.

D. Evaluasi Suspensi Liposom

Dokumen yang terkait

Manfaat Ekstrak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) Sebagai Obat Kumur Dalam Menghambat Pertumbuhan Plak Pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2012

9 89 62

Efek Antidiabetes dari Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L) terhadap Mencit yang Diinduksi Streptozotocin

7 63 129

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aureus

7 97 50

Ekstraksi dan uji stabilitas zat warna alami dari bunga kembang sepatu (hibiscus rosa-sinensis L) dan Bungan Rosella (hibiscus sabdariffa L)

7 26 86

Formulasi Tablet Hisap Kombinasi Ekstrak Air Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Menggunakan Gelatin Sebagai Bahan Pengikat

1 18 79

KUALITAS MINUMAN PROBIOTIK EKSTRAK MAHKOTA DAN KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.).

3 9 16

FORMULASI SEDIAAN HARD MOLDED LOZENGES EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) DENGAN FORMULASI SEDIAAN HARD MOLDED LOZENGES EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) DENGAN BASIS SUKROSA-SIRUP JAGUNG.

0 1 18

Perbandingan kemampuan penetrasi Multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom yang mengandung ekstrak metanol kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.).

2 16 133

Perbandingan aktivitas antioksidan ekstrak Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dalam Multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom.

1 19 124

PEMBUATAN “PERMEN JELLY” dari KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus Sabdariffa).

0 0 11