Dinamika Perilaku Seksual Online dan Konsekuensinya Pada Remaja
23
Beberapa penelitian yang terkait dengan remaja dan perilaku seksual online menyebutkan bahwa internet menjadi tempat yang lebih nyaman bagi
remaja untuk mengeksplorasi seksualitasnya. Hal ini karena media internet bersifat anonim sehingga remaja tidak perlu merasa mendapatkan stigma atau
merasa malu, untuk mengeksplorasi mengenai masalah seksualitas Carvalheira Gomes, 2003; Cooper et al. 1999; Dew et al. 2006.
Namun, seringkali perilaku ini dianggap berbahaya karena beberapa kasus yang dilaporkan seperti unwanted sexual solicitation, harrashment,
unwanted exposure to pornography, dan penyakit menular seksual menimbulkan dampak negatif bagi remaja sendiri. Hal terkait dengan perilaku
remaja di internet Mitchell et al., 2007. Berdasarkan penelitian, kasus-kasus tersebut paling banyak menimpa
remaja dengan rentang umur 13-17 tahun. Remaja yang rentan mengalami kasus tersebut adalah remaja yang tidak memiliki hubungan akrab dengan
orang tua, rendahnya pengawasan dari orang tua, mengalami depresi, memiliki masalah dalam hubungan dan seorang homoseksual atau seseorang
yang belum jelas dengan orientasi seksualnya Ybarra, 2004. Penelitian mengenai perilaku seksual online telah dilakukan beberapa
tahun yang lalu. Penelitian terkait dengan motivasi seseorang melakukan perilaku ini menemukan bahwa seseorang yang melakukan perilaku seksual
online biasanya tidak mampu untuk menemukan pasangan romantis di dunia nyata atau telah berpengalaman melakukan perilaku seksual di dunia nyata
Dew et al, 2006; Sevcikova Konecny, 2011.
24
Dari penelitian-penelitian yang telah ada, metode yang banyak digunakan adalah kuantitatif dengan self-report, yang diadministrasikan
dengan komputer Sevcikova Konency, 2011; Dew et al. 2003; Carvalheira Gomes, 2006 dan metode analisis isi akun sosial media atau chat room
yang diakses oleh remaja Subrahmanyam et al. 2006 ; William Merten, 2008. Namun, dari beberapa penelitian kuantitatif tersebut, tidak ada alat
pengukuran tetap yang digunakan. Ketiadaaan alat pengukuran tetap yang digunakan untuk mengukur
perilaku seksual online disebabkan skala-skala yang telah digunakan pada penelitian
sebelumnya belum
teruji validitas
dan reliabilitasnya
Baumgartner, 2010; Delmonico Miller, 2003 Hal ini disampaikan secara eksplisit oleh pembuatnya. Selain itu, item perilaku seksual online dalam
skala tersebut inkonsisten antara skala yang satu dengan skala yang lainnya Carvalheira Gomes, 2003; Cooper et al. 2001;2002; Dew et al., 2006;
Sevcikova Konecny, 2011. Hal ini mengindikasikan bahwa variasi perilaku seksual online belum diketahui secara jelas.
Berdasarkan review literatur dan keterbatasan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini, peneliti akan meneliti mengenai variasi perilaku seksual
online pada remaja dan gambaran konsekuensinya. Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk penyusunan alat ukur mengenai perilaku seksual
online dan perilaku seksual online berisiko yang merupakan topik baru dalam penelitian saat ini.
25
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan bottom up kualitatif. Variasi perilaku seksual online dan konsekuensinya diperoleh
berdasarkan persepsi remaja sendiri. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kredibilitas temuan variasi perilaku seksual online dan
konsekuensinya pada remaja. Metode ini berpotensi untuk mengatasi kelemahan penelitian sebelumnya yang mendapatkan variasi item
berdasarkan review literatur bahwa perilaku tersebut dilakukan oleh remaja Baumgartner, 2010.
Penelitian mengenai perilaku remaja dan internet menjadi salah satu hal yang disarankan karena kemunculan internet membawa manfaat yang
berbanding lurus dengan risiko yang didapat Livingstone Brake, 2009; Weiss Samenow, 2010. Banyak orang tua yang tidak mengerti akan
kerentanan anaknya mengalami risiko karena remaja biasanya melakukan kegiatan di internet sebagai kegiatan pribadi dan tidak ingin diketahui oleh
orang tua Livingstone Brake, 2009. Hal ini yang pada akhirnya akan menimbulkan keterkejutan orang tua ketika anaknya telah menjadi sasaran
korban kejahatan seksual online Kompas, 2012. Oleh karena itu, penelitian ini dirasa akan memberikan manfaat di Indonesia, karena literatur mengenai
perilaku seksual online di Indonesia masih sangat terbatas.
26