Pengaruh Internet Pada Perkembangan Seksualitas dan Identitas

21 pasangan romantis. Remaja biasa membicarakan masalah seksualitasnya dengan teman sebaya atau kekasihnya. Oleh karena itu, teman sebaya dan pasangan romantis merupakan orang yang berperan penting dalam perilaku dan sikap seksual seseorang Subrahmanyam, 2006. Kemajuan teknologi dapat membuat remaja berkomunikasi dengan teman sebaya atau pasangan romantis melalui internet. Satu dari tiga remaja lebih senang menggunakan komunikasi online dibandingkan komunikasi tatap muka untuk membicarakan topik yang intim seperti cinta, seks, dan hal lain yang sekiranya dianggap memalukan Schouren, Valkenburg, Peter dalam Valkenburg Peter, 2011. Dengan internet, remaja juga mendapatkan hal-hal yang dibutuhkan untuk perkembangan identitas dan perkembangan seksual. Sebagai faktor pengaruh perkembangan identitas, internet mempengaruhi kejelasan konsep diri dan penghargaan diri selama remaja. Pengaruh pada konsep diri misalnya, dengan internet, remaja dapat berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda latar belakang dengannya, sehingga dapat menstimulasi kejelasan konsep diri. Namun, di sisi lain, internet juga diasosiakan dengan konsep diri yang tidak stabil, karena terkait dengan perasaan kesepian. Demikian halnya dengan pengaruh internet dan penghargaan diri pada remaja, yang dapat membuat lebih baik atau malah memiliki penghargaan diri yang rendah Valkenburg Peter, 2011. Sebagai faktor pengaruh perkembangan seksualitas, internet memberikan kesempatan untuk remaja melakukan eksplorasi seksual diri. 22 Eksplorasi ini bisa dilakukan misalnya dengan komunikasi dengan teman sebaya, pasangan romantis, atau orang lain. Dunia online memberikan ruang gerak yang lebih luas untuk remaja melakukan eksplorasi seksualitas Valkenburg Peter, 2011.

D. Dinamika Perilaku Seksual Online dan Konsekuensinya Pada Remaja

Remaja, seksualitas, dan internet, tiga hal ini merupakan hal yang erat kaitannya saat ini. Perkembangan seksualitas yang signifikan selama masa remaja membuat remaja memiliki keinginan untuk mengeksplorasi seksualitasnya. Hal ini penting untuk dilakukan bagi remaja karena terkait dengan identitas seksualnya pula. Dengan berkembangnya teknologi internet, remaja memanfaatkannya untuk mengembangkan identitas seksualnya secara online dan menemukan tempat baru untuk melampiaskan hasrat seksualnya. Perilaku mengeksplorasi seksualitas melalui media dilakukan para remaja karena terdorong oleh hasrat seksual yang cukup besar akibat pertumbuhan hormon pada saat remaja Knight, 2004. Selain itu perilaku ini sebagai kompensasi karena para orang tua dan guru merasa malu dan tidak dapat memenuhi keingintahuan remaja terkait seksualitas karena masih dianggap tabu Sarwono, 2005. Perilaku remaja mengeksplorasi perilaku seksual ini disebut sebagai perilaku seksual online. Perilaku ini bisa dilakukan untuk tujuan hiburan, pendidikan, pencarian dukungan sosial, dan mencari pasangan romantis Cooper Griffin-Shelley dalam Sevcikova Konecny, 2011. 23 Beberapa penelitian yang terkait dengan remaja dan perilaku seksual online menyebutkan bahwa internet menjadi tempat yang lebih nyaman bagi remaja untuk mengeksplorasi seksualitasnya. Hal ini karena media internet bersifat anonim sehingga remaja tidak perlu merasa mendapatkan stigma atau merasa malu, untuk mengeksplorasi mengenai masalah seksualitas Carvalheira Gomes, 2003; Cooper et al. 1999; Dew et al. 2006. Namun, seringkali perilaku ini dianggap berbahaya karena beberapa kasus yang dilaporkan seperti unwanted sexual solicitation, harrashment, unwanted exposure to pornography, dan penyakit menular seksual menimbulkan dampak negatif bagi remaja sendiri. Hal terkait dengan perilaku remaja di internet Mitchell et al., 2007. Berdasarkan penelitian, kasus-kasus tersebut paling banyak menimpa remaja dengan rentang umur 13-17 tahun. Remaja yang rentan mengalami kasus tersebut adalah remaja yang tidak memiliki hubungan akrab dengan orang tua, rendahnya pengawasan dari orang tua, mengalami depresi, memiliki masalah dalam hubungan dan seorang homoseksual atau seseorang yang belum jelas dengan orientasi seksualnya Ybarra, 2004. Penelitian mengenai perilaku seksual online telah dilakukan beberapa tahun yang lalu. Penelitian terkait dengan motivasi seseorang melakukan perilaku ini menemukan bahwa seseorang yang melakukan perilaku seksual online biasanya tidak mampu untuk menemukan pasangan romantis di dunia nyata atau telah berpengalaman melakukan perilaku seksual di dunia nyata Dew et al, 2006; Sevcikova Konecny, 2011.