Studi eksploratori : perilaku seksual online dan gambaran konsekuensinya pada remaja.

(1)

STUDI EKSPLORATORI: PERILAKU SEKSUAL ONLINE

DAN GAMBARAN KONSEKUENSINYA PADA REMAJA

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh: Arisa Theresia NIM: 089114116

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013


(2)

SKRIPSI

STUDI EKSPLORATORl: PERlLAKU SEKSUAL ONLINE

DAN GAMBARAN KONSEKUENSINYA PADA REMAJA

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Arisa Tberesia

NIM: 089114116

Telah diseluju; oleh:

Dosen Pembimbing

:C

/-"40

, ; / / /

C iswa Widyatmoko, M.Psi. Tanggal 21 Me; 2013


(3)

SKRIPSI

STUDI EKSPLORATORI: PERILAKU SEKSUAL ONLINE

DAN GAMBARAN KONSEKUENSlNYA PADA REMAJA

Dipersiapkandan ditulis oleh:

Arisa Theresia 1M: 089114116

Tanda Tangan

.//!-?

....

<~

Nama Lengkap

Susunan Panitia Penguji:

Debri Pristinella, M.Si.

C. Siswa Widyatmoko. M.Psi.

Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 15 April 2013

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Penguji I

Penguji 2

Penguji 3 Dr. Tjipto Susana. M. Sit Psi.

Yogyakarta, 1 Juni 2013 Fakultas Psikologi


(4)

Motto

“Biarkan kayakinan kamu menggantung mengambang 5 cm di depan kening kamu dan sehabis itu yang pelu kamu lakukan hanya...

Kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang lebih sering menatap keatas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, dan mulut yang akan selalu berdoa.” (novel 5 cm)

Man Jadda Wajadda, siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil (novel negeri 5 menara )


(5)

PERSEMBAHAN

Semua hasil kerja keras ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus, demi kemuliaan namaNya Orang tua dan keluarga tercinta

Para dosen dan guruku Dan sahabat-sahabat terbaikku


(6)

(7)

STUDI EKSPLORATORI: PERILAKU SEKSUAL ONLINE DAN GAMBARAN KONSEKUENSINYA PADA REMAJA

Arisa Theresia

ABSTRAK

Remaja merupakan kelompok terbesar yang memanfaatkan perkembangan teknologi internet. Mereka menggunakan internet untuk segala aktivitas dalam kehidupannya termasuk untuk mengeksplorasi seksualitas. Perilaku mengkeksplorasi seksualitas ini disebut perilaku seksual

online. Perilaku ini menimbulkan konsekuensi, positif maupun negatif pada remaja. Penelitian

mengenai perilaku seksual online telah ada sejak beberapa tahun lalu. Meskipun demikian, bentuk perilaku seksual online belum begitu jelas, demikian juga halnya dengan konsekuensi yang diterima remaja, walaupun perilaku tersebut telah dianggap berbahaya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari variasi perilaku seksual online dan konsekuensinya berdasarkan sudut pandang remaja sendiri sebagai kelompok yang paling banyak mengalami dampak negatif internet. Penelitian ini bersifat eksploratori. Metode yang digunakan yaitu FGD, untuk mencari istilah familiar, dan angket pertanyaan terbuka untuk mengeksplorasi variasi perilaku seksual online dan konsekuensinya. Partisipan dalam penelitian adalah remaja dengan rentang umur 13 tahun-17 tahun. Data dianalisis dengan teknik analisis tematik. Penelitian ini menemukan dua kategori besar perilaku seksual online yaitu perilaku yang bersifat interaktif dan non interaktif, yang terbagi atas 6 kategori tema yaitu terlibat konten seksualitas, mencari informasi berkaitan seksulitas, sex

online, sexting, sexual text, dan prositusi online. Sedangkan konsekuensi terbagi atas konsekuensi

pada mental, intensi melakukan perilaku seksual, resiko perilaku seksual, performa akademik, dan relasi interpersonal. Dari sejumlah tema perilaku dan konsekuensi yang ditemukan, terlibat konten seksualitas online (81,30%) dan konsekuensi negatif pada mental (63,77%) yang paling banyak dilakukan dan dirasakan oleh remaja. Penelitian ini merupakan langkah awal untuk meneliti mengenai tema mengenai perilaku seksual online karena topik ini merupakan topik yang cukup baru di Indonesia.


(8)

EXPLORATORY STUDY: ADOLESCENTS’ SEXUAL ONLINE BEHAVIOR AND ITS CONSEQUENCES

Arisa Theresia

ABSTRACT

Adolescents is the biggest group who use development of internet technology. They use internet in their various activities, including exploring sexuality. The terminology for the activity to explore sexuality is online sexual behaviour. The activity has both negative and positive consequences to adolescents. Researches focusing on sexual online behaviour have been conducted since a few years ago. However, the form of online sexual behaviour has not been clear, neither has its consequence towards adolescents, although the behaviour is considered to be dangerous. Therefore, this research is also aimed to find variations of online sexual behaviour and their consequences based on adolescents’ view as the group who gets internet negative effect the most. This research is exploratory research. The method used in this research was FGD, to find familiar terminology, and open questionnaire to explore variations of sexual online behaviour and the consequences. The participants in this research are those between 13-17 years old. The data was analyzed using thematic analysis technique. This research found two big categories of sexual online behaviour; they were interactive and non interactive behaviour, which were divided into six theme categories: being involved in sexuality content, searching for information related to sexuality, online sex, sexting, sexual text, and online prostitution. Meanwhile, the consequences were divided into consequence to psychological condition, intention to have sexual behaviour, risk of sexual behaviour, academic performance, and interpersonal relation. Among those behaviour themes and consequences, involving in online sexuality content (81.30%) and negative consequence on psychological condition (63.77%) were found to be the most common of what adolescents do and feel. This research is early to find theme on sexual online behaviour because the topic is quite new in Indonesia.


(9)

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa hingga akhirnya penulisan skripsi yang berjudul “STUDI ESKPLORATORI: PERILAKU SEKSUAL

ONLINE DAN GAMBARAN KONSEKUENSINYA PADA REMAJA” dapat

diselesaikan dengan baik oleh penulis.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik melalui bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dekan Dr. Ch. Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan Sempai yang memberikan nasihat dan kata-kata motivasi untuk para mahasiswa dan kenshi Kempo, khususnya Dojo USD.

2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Sylvia C., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan dorongan semangat dan bimbingan selama penulis menjalani perkuliahan.

4. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan, nasihat dan dorongan, serta semangat kepada penulis.

5. Dosen penguji atas kritik, saran, dan bimbingannya yang mendorong penulis untuk melakukan yang terbaik.


(11)

6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah berbagi ilmu dan pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

7. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi (Mas Gandung, Bu Nanik, Pak Gie, Mas Muji, dan Mas Doni). Terimakasih atas bantuannya, sehingga proses studi dapat berjalan lancar.

8. Kedua orangtua, kakak, adik, tante, om, para sepupu dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan, doa, keceriaan, kenyamanan dan hal-hal yang terbaik bagi penulis.

9. Mbak Haksi Mayawati, S.Psi yang memberikan saran, masukan, pembelajaran, dorongan semangat dan dukungan seorang teman selama penulis berproses dalam skripsi.

10.Teman-teman senasib seperjuangan dan sebimbingan, Priscilla Pritha, Jose, Difka Arafiani, Winas Romanastiti, Mario Heimbach, dan Vincent Haryanto, yang telah banyak memberikan masukan, saran, bantuan coding dan analisis, serta dukungan karena memperjuangkan hal yang sama .

11.Sahabat-sahabat hebat yang selalu menemani penulis dalam kuliah ataupun bersenang-senang di Jogja: Pritha, Arum, Mya, Anna, Galuh, Dicky. Terimakasih untuk selalu memaklumi, mengingatkan, dan menemani penulis selama ini.

12.Adrianus Madika, Olivia Tamtomo, Anthony Marindra, Faustinus Yordan, mbak Dian ikarini, dan semua sahabat OMK Vincentius St.


(12)

Mikael, Kranji, yang selalu membuat penulis selalu ingin cepat kembali ke Bekasi. Terima kasih atas persahabatan, dukungan, celaan dan motivasi yang kalian berikan dengan cara yang berbeda dan menyenangkan .

13.Para suster, kakak-kakak alumni, kak Yuris, kak Fabi, kak Bella, teman-teman seunit St.pieter ( Wiwit dan Eta), UBB, unit 7, dan seluruh warga asrama Syantikara yang menjadi seperti rumah dan keluarga bagi penulis selama di Jogja.

14.Seluruh teman-teman penulis di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Juwi, Wina, Gita, Berta, Icot, Shinto, Tinna, Puji, Noni, dll. 15.Para Sempai dan kenshi Kempo USD yang telah memberikan waktu

dan dukungan untuk penulis mengerjakan skripsi

16.Para Guru dan murid SD Kanisius Gayam, SMK BOPKRI 1, SMAN 1 Ngemplak, siswi-sisiwi “kece” asrama Stella Duce II, dan para remaja GKI Gejayan, yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini

17. Twitter! yang memberikan inspirasi, kelegaan, dan tempat untuk penulis berekreasi secara online

18.Seluruh pihak yang tidak dapat disebut satu persatu, terima kasih banyak atas doa dan dukungan selama ini.

Yogyakarta, 1 Juni 2013


(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah…………... 1

B. Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

1. Manfaat Teoritis... 9


(14)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11

A. Internet... 11

1. Definisi Online... 11

B. Perilaku Seksual Online... 11

1. Definisi Perilaku Seksual Online... 11

2. Jenis-jenis Perilaku Seksual Online... 12

3. Motivasi Melakukan Perilaku Seksual Online... 13

4. Kasus-kasus Terkait Dengan Perilaku Seksual Seseorang di Internet... 14

a. Unwanted sexual solicitation... 14

b. Harrashment... 14

c. Unwanted exposure to pornography... 15

d. Penyakit menular seksual dan HIV... 15

5. Faktor Resiko Perilaku Seksual Online... 16

6. Gambaran Konsekuensi Perilaku Seksual Online... 16

C. Remaja... 17

1. Pengertian Remaja... 17

2. Perubahan yang Terjadi Pada Masa Remaja... 18

a. Perkembangan Fisik... 18

b. Perkembangan Kognitif... 18

c. Perkembangan Psikososial... 19

3. Pengaruh Internet Pada Perkembangan Seksualitas dan Identitas Remaja... 20


(15)

D. Dinamika Perilaku Seksual Online dan Konsekuensinya

Pada Remaja... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 26

A. Strategi Penelitian... 26

B. Fokus Penelitian... 27

C. Metode Pengumpulan Data... 27

1. Instrumen... 27

2. Partisipan... 28

3. Teknik Sampling... 28

a. FGD... 28

b. Angket Pertanyaan Terbuka... 29

4. Tahap-tahap Penelitian... 29

a. FGD... 29

b. Angket Pertanyaan Terbuka... 32

D. Prosedur Analisis Data... 32

E. Kredibilitas Penelitian... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 35

A. Pelaksanaan Penelitian... 35

1. Pelaksanaan FGD... 36

2. Pelaksanaan Angket Terbuka... 38

B. Karakteristik Partisipan... 40

C. Pelaksanaan Analisis Data... 41


(16)

E. Hasil Penelitian... 43

1. Bentuk Perilaku Seksual Online... 43

2. Bentuk Konsekuensi Perilaku Seksual Online... 50

F. Pembahasan... 55

1. Perilaku Seksual Online... 55

2. Konsekuensi... 62

BAB V PENUTUP... 65

A. Kesimpulan... 65

B. Kekuatan Penelitian... 66

C. Kelemahan Penelitian... 67

D. Saran... 67

1. Penelitian selanjutnya... 67

2. Orang Tua... 68

3. Psikolog atau Proffesional Helper... 68

DAFTAR PUSTAKA... 69


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Pertanyaan FGD... 30

Tabel 2. Proses Pelaksanaan Penelitian... 36

Tabel 3. Proses Pengambilan Data FGD... 37

Tabel 4. Proses Pengambilan Data Kuisioner... 38

Tabel 5. Variasi Partisipan... 41

Tabel 6. Pelaksanaan Analisis Data... 42

Tabel 7. Perilaku Seksual Online... 45

Tabel 8. Perilaku Seksual Online berdasarkan FGD... 49

Tabel 9. Bentuk Konsekuensi Perilaku Seksual Online... 51


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent ... ... 76

Lampiran 2. Verbatim FGD Kelompok Puteri... 77

Lampiran 3. Verbatim FGD Kelompok Putera... 95

Lampiran 4. Angket Pertanyaan Terbuka... 133

Lampiran 5. Tabel Open Coding Perilaku Seksual Online... 136

Lampiran 6. Tabel Axial Coding Perilaku Seksual Online... 137

Lampiran 7. Tabel Open Coding Konsekuensi Perilaku Seksual Online... 138


(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi internet di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan sejak tahun 2006 hingga saat ini. Hal ini terbukti dengan jumlah pengguna internet yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Data mengenai jumlah pengguna internet di Indonesia versi PT. Telkom mencatat bahwa terdapat peningkatan jumlah pengguna sekitar 20 juta pengguna dari tahun 2006 hingga tahun 2010 (Grafik eksponensial, 2011) dan berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada tahun 2012 pengguna internet di Indonesia mencapai 63 juta pengguna (Wahyudi, 2012). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa internet merupakan teknologi yang cukup berpengaruh dan memiliki peminat yang cukup besar di Indonesia.

Internet memberikan suatu cara baru untuk berkomunikasi, terutama berkomunikasi dengan seseorang yang cukup jauh secara geografis. Internet juga dipandang sebagai dunia yang tanpa batas karena fitur-fitur khusus yang dimilikinya, seperti kemudahan untuk diakses, mudah digunakan, dan tidak memakan banyak biaya (Carvalheira & Gomes, 2003). Internet pun dapat menjangkau wilayah yang lebih luas dan cepat dalam penyebaran informasi, dibandingkan dengan komunikasi lain seperti telepon dan televisi (Rui & Whinston, 2011). Segala keunggulan ini membuat para pengguna internet


(20)

dapat memanfaatkan internet tidak hanya untuk berkomunikasi, tetapi juga untuk pendidikan, pekerjaan dan segala aspek hidupnya (William & Merten, 2008).

Jutaan orang mengakses internet (online) setiap harinya, dan dari jumlah tersebut, remaja merupakan kelompok pengguna yang paling cepat meningkat dalam menggunakan internet dibandingkan kelompok umur lainnya (Marcum, Ricketts & Higgins, 2010). Menurut situs surat kabar Kompas, pengguna terbesar internet adalah remaja yang berusia 15-19 tahun (Dewi, 2009). Remaja menggunakan internet untuk membantu tugas sekolah, hiburan, browsing informasi, dan berkomunikasi dengan orang lain (Bargh, & McKenna, 2004). Di samping hal itu, remaja juga menggunakan internet untuk mengeksplorasi rasa penasaran tentang seksualitas (Baumgartner, Valkenburg, & Peter, 2010 ; Valkenburg & Peter, 2010)

Remaja dan seksualitas merupakan dua hal yang memiliki kaitan cukup kuat. Masa remaja merupakan masa puncak dari keingintahuan tentang materi seksualitas (Baumgartner et al., 2010; Valkenburg & Peter, 2010). Efek dari perkembangan seksualitas tersebut adalah munculnya kebutuhan remaja untuk mengeksplorasi seksualitas di internet. Hal ini juga sejalan dengan yang disebutkan oleh Cooper et al. dalam jurnal yang ditulis Carvalheira dan Gomes (2003) bahwa internet memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap seksualitas sehingga mungkin menjadi penyebab revolusi seksual berikutnya.


(21)

Perilaku mengeksplorasi seksualitas di internet disebut sebagai perilaku seksual online. Perilaku tersebut termasuk aktivitas yang melibatkan seksualitas dengan tujuan sebagai hiburan, eksplorasi, mencari dukungan, pendidikan, dan mencari pasangan untuk relasi romantis (Cooper & Griffin-Shelley dalam Sevcikova, 2010). Namun, perilaku ini seringkali menimbulkan konsekuensi negatif di samping konsekuensi positif bagi remaja yang melakukan perilaku ini.

Berbagai dampak negatif dari perilaku seksual online telah disebutkan dalam beberapa penelitian seperti kasus cyberbullying, online harrashment,

unwanted exposure sexual material and unwanted sexual solicitation

(Mitchell, Wolak, & Finkelhor, 2007; Ybarra, Finkelhor, & Mitchell, 2009; Ybarra & Mitchell, 2008). Di Indonesia sendiri, kasus mengenai internet dan seksualitas juga terjadi. Data dari Komisi Nasional Perlindungan Anak menyebutkan bahwa anak-anak berusia 14 dan 15 tahun dijadikan pelampiasan kebutuhan biologis seorang melalui Facebook (Affan, 2012). Selain itu, dalam Konferensi Internasional “Kejahatan Seksual Terhadap Anak secara Online” dinyatakan bahwa kejahatan seksual online merupakan kasus kejahatan baru dan rentan terjadi pada negara yang belum memiliki perundang-undangan yang kuat, seperti Filipina (Kejahatan seksual “online

mengancam, 2012).

Menyikapi dampak-dampak negatif yang terjadi pada remaja terkait dengan perilakunya di internet, Baumgartner et al. (2010) melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan perilaku seksual online


(22)

berisiko dengan persepsi remaja tentang perilaku tersebut. Penelitian tersebut menggunakan empat buah aitem untuk melihat perilaku seksual online berisiko pada remaja. Keempat aitem tersebut meliputi mencari seseorang via

online untuk membicarakan seksualitas, mencari seseorang via online untuk

berhubungan seksual, mengirim foto atau video intim kepada orang lain yang sedang online, dan memberikan informasi pribadi berupa nomor telepon dan alamat kepada orang lain via online. Empat aitem tersebut bukan didapat dari skala terstandar tentang perilaku seksual online berisiko, melainkan didapat dari penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa perilaku-perilaku tersebut seringkali dilaporkan menimbulkan dampak negatif (McFarlene et al.. 2002; Mitchell et al, 2007, 2008; Ybarra et al. 2007, 2008, 2009; Pujazon-Zazik et al. 2012; Atkinson & Newton, 2010, Mitchell et al. dalam Baumgartner et al, 2010). Metode yang digunakan oleh Baumgartner et al. (2010) adalah studi longitudinal dua gelombang.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan hasil yang inkonsisten. Secara cross sectional perilaku seksual online berisiko berkaitan dengan persepsi keterlibatan teman sebaya, persepsi resiko, persepsi manfaat dan persepsi kerentanan. Secara longitudinal, hanya persepsi keterlibatan teman sebaya, resiko, dan kerentanan yang berkaitan dengan perilaku seksual online berisiko, sedangkan persepsi manfaat tidak berkaitan. Kekuatan asosiasi ketiga persepsi tersebut dengan perilaku seksual online berisiko pun lemah.

Menurut Baumgartner et al. (2010), salah satu alasan persepsi manfaat tidak berkaitan dengan perilaku seksual online berisiko karena manfaat dari


(23)

perilaku seksual online berisiko belum sangat jelas bagi remaja. Selain itu, interpretasi hasil mengenai asosiasi antara perilaku seksual online berisiko dan persepsi remaja tentang hal tersebut masih sangat terbatas karena kuesioner perilaku seksual online berisiko yang digunakan hanya terdiri atas empat aitem yang belum teruji validasinya. Ketiadaan skala perilaku seksual

online berisiko yang tervalidasi ini disebabkan karena topik tersebut masih

cukup baru dan masih jarang diteliti (Baumgartner et al. 2010).

Berdasarkan hasil-hasil penelitian mengenai dampak negatif internet dan kasus kejahatan seksual online yang muncul, maka penelitian mengenai perilaku seksual online berisiko dirasa penting untuk dikembangkan. Salah satu pengembangan penelitian adalah menemukan variasi perilaku seksual

online berisiko. Hal ini berdasarkan saran dan kelemahan yang disampaikan

oleh Baumgartner et al. (2012) dalam jurnalnya.

Perilaku seksual online berisiko dispesifikasikan sebagai pemberian informasi secara intim atau seksual dengan seseorang yang hanya dikenal sebatas online. Perilaku ini dikatakan berisiko karena menimbulkan konsekuensi negatif bagi orang yang melakukan perilaku tersebut (Baumgartner et al. 2010).

Perilaku seksual online berisiko merupakan subtema dari perilaku seksual online. Perilaku seksual online sendiri terbagi atas dua sub tema yaitu perilaku seksual online tidak berisiko dan perilaku seksual online berisiko. Oleh karena itu, untuk sampai pada menemukan variasi perilaku seksual


(24)

online berisiko, penting untuk mengetahui variasi perilaku seksual online

terlebih dahulu.

Penelitian mengenai perilaku seksual online telah ada sejak beberapa tahun yang lalu. Mayoritas penelitian menggunakan metode kuantitatif. Dalam beberapa penelitian tersebut misalnya meneliti mengenai perilaku seksual online dan relasinya dengan kecenderungan adiksi seksual dan perilaku bermasalah (Dew et al. 2006; Carvalheira & Gomes, 2003), relasinya dengan perilaku seksual offline (Sevcikova & Konecny, 2011), relasinya dengan kepuasan seksual dan masalah seksual pada pria yang telah menikah (Cooper et al. 2001; 2002) serta relasinya dengan kerentanan seseorang untuk terkena penyakit menular seksual (McFarlane, Bull, & Rietmeijer. 2002).

Dari penelitian-penelitian tersebut, menunjukkan bahwa perilaku seksual online merupakan perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang bermasalah, seperti kecenderungan adiksi seks, atau seseorang yang memiliki masalah dengan kepuasan seksual sendiri. Namun, perilaku seksual online yang tidak mengacu pada perilaku bermasalah belum diketahui. Hal ini pun juga terlihat di Indonesia yang kebanyakan penelitian meneliti tentang pornografi, namun tidak memberikan gambaran perilaku seksual online secara lebih komprehensif.

Ketiadaan perilaku seksual online yang jelas, juga terlihat pada skala-skala yang digunakan pada penelitian sebelumnya. Pada penelitian yang dilakukan Dew et al (2006) dan Carvalheira dan Gomes (2003) misalnya, masing-masing menggunakan skala yang berbeda walaupun tujuannya adalah


(25)

melihat relasi perilaku seksual online dengan kecenderungan adiksi dan masalah perilaku. Skala yang terdapat dalam penelitian Sevcikova dan Konecny (2011) juga berbeda dengan skala perilaku seksual online lainnya. Dalam skala tersebut tidak menyertakan item “menonton video seksual” karena perilaku tersebut tidak bersifat interaktif. Hal ini yang akhirnya mempengaruhi interpretasi hasil penelitian.

Skala lain yang mengukur perilaku seksual online adalah Internet

Sexual Screening Test (ISST) dan seperti yang disebutkan oleh pembuatnya

yaitu Delmonico (Delmonico & Miller, 2003), skala ini masih dalam pengembangan validitas dan reliabilitas. Hal ini menandakan bahwa skala-skala yang digunakan dalam penelitian-penelitian diatas kebanyakan merupakan skala yang belum teruji validitas dan reliabilitas dan belum tentu dapat mengukur perilaku seksual online yang sama ketika skala tersebut digunakan dalam penelitian lainnya.

Menanggapi hal tersebut, peneliti merasa penting untuk mengadakan penelitian mengenai variasi perilaku seksual online dengan lebih jelas. Penelitian ini dilakukan dengan mengeksplorasi variasi perilaku seksual

online yang dilakukan oleh remaja menurut sudut pandang remaja sendiri.

Alasan peneliti menggunakan subjek remaja adalah kebanyakan penelitian perilaku seksual online meneliti subjek dewasa atau dewasa awal. Sedangkan untuk remaja masih sangat sedikit padahal remaja diketahui sebagai kelompok yang paling dekat dengan internet dan sering menggunakan internet untuk mengeksplorasi seksualitasnya. Kelebihan dari menemukan


(26)

variasi berdasarkan remaja juga adalah mendapatkan variasi perilaku yang benar-benar hadir di kehidupan remaja sehingga lebih representatif, dan diharapkan dapat memberikan penjelasan hasil yang lebih komprehensif dan tepat sasaran.

Selain untuk menemukan variasi perilaku seksual online, penting juga untuk mengetahui konsekuensi yang mungkin muncul ketika remaja melakukan perilaku seksual online. Hal ini terkait dengan dampak negatif dan kasus kejahatan seksual yang banyak menimpa remaja. Penelitian mengenai konsekuensi perilaku seksual online juga disarankan dalam penelitian Baumgartner et al. (2010) karena konsekuensi positif maupun negatif yang didapat oleh remaja belum begitu jelas walaupun perilaku tersebut ada yang dianggap berbahaya.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang ingin diteliti pada penelitian ini adalah:

1. Perilaku apa saja yang termasuk perilaku seksual online yang dilakukan oleh remaja?

2. Bentuk konsekuensi apa saja, positif maupun negatif, yang dialami oleh remaja setelah melakukan perilaku seksual online?


(27)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bentuk-bentuk perilaku seksual yang dilakukan secara

online

2. Mengetahui konsekuensi-konsekuensi yang dialami oleh remaja setelah melakukan perilaku seksual online tersebut

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa didapat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a). Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi literatur penelitian perilaku seksual online sebelumnya yang mayoritas menggunakan metode kuantitatif dan pada subjek yang dewasa atau sudah menikah serta mengacu pada kecenderungan adiksi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai persepsi remaja tentang konsekuensi perilaku seksual

online, seperti yang disarankan pada penelitian sebelumnya

(Baumgartner et al., 2010)

b). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi literatur mengenai perilaku seksual online dan konsekuensinya dari sudut pandang remaja, dalam bidang ilmu sosial terutama psikologi sosial, khususnya di Indonesia. Hal ini terkait dengan kerentanan negara Indonesia untuk mengalami kejahatan seksual online namun


(28)

penelitian sebelumnya lebih mengacu pada pornografi dan bukan pada perilaku menggunakan internet yang lebih spesifik.

2. Manfaat Praktis

a). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perilaku remaja yang dalam menggunakan internet kepada orang tua, professional helper, dan pengambil kebijakan sehingga pihak-pihak tersebut mampu menjadi faktor protektif dengan mengarahkan dan membuat kebijakan yang melindungi remaja dari dampak negatif internet. Hal ini juga berdasarkan kenyataan bahwa banyak orang tua yang tidak mengetahui bahwa anaknya telah menjadi korban kejahatan seksual online dan bahwa kejahatan seksual online rentan terjadi pada negara yang memiliki perundang-undangan yang belum kuat (Kejahatan seksual “online

mengancam, 2012)

b). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran perilaku dan konsekuensi yang remaja rasakan sehingga remaja dapat berhati-hati dalam menggunakan internet agar tidak mengalami konsekuensi negatif dari hal tersebut.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Internet

1.Definisi Online

Kata Online berasal dari bahasa Inggris yang dapat diartikan terhubung. Menurut kamus elektronika Inggris-Indonesia (Wasito, 1997),

online berkaitan dengan kemampuan pengguna untuk berinteraksi dengan

komputer.

B. Perilaku Seksual Online

1. Definisi Perilaku Seksual Online

Perilaku seksual online menurut Dew, Brubaker, dan Hays (2006) adalah segala perilaku dalam menggunakan internet untuk berbagai aktivitas yang melibatkan aktivitas seksual, biasanya dalam bentuk teks, audio, dan gambar. Perilaku tersebut dapat berupa melihat dan mengunduh material seksual secara online dan menggunakan internet untuk mencari pasangan seksual. Menurut Cooper dan Griffin (dalam Sevcikova & Konecny, 2010) perilaku seksual online merupakan segala perilaku mengakses materi seksual untuk berbagai tujuan seperti hiburan, eksplorasi, mencari dukungan sosial, dan mencari pasangan. Perilaku seksual di internet ini disebut juga sebagai cybersex dalam penelitian Delmonico dan Miller (2003).


(30)

2.Jenis-jenis Perilaku Seksual Online

Penelitian mengenai perilaku seksual online telah ada sejak beberapa tahun yang lalu dan mayoritas menggunakan metode kuantitatif. Meskipun demikian, jarang ditemukan jurnal penelitian perilaku seksual

online yang menggunakan skala pengukuran perilaku seksual online yang

sama. Penelitian-penelitian tersebut memiliki variasi perilaku seksual

online yang berbeda.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Dew et al. (2006) tentang perilaku seksual online pada pria yang telah menikah, menggunakan jenis perilaku berikut untuk melihat perilaku seksual online:

a. Berbagi gambar seksual b. Membeli material seksual c. Mengunduh materi erotis

d. Diskusi mengenai seksualitas, dan e. Mencari pasangan seksual

Jenis perilaku ini walaupun hampir sama, namun agak berbeda dengan perilaku yang digunakan pada penelitian Sevcikova et al (2011). Penelitian ini melihat keterkaitan antara pengalaman perilaku seksual

offline dengan perilaku seksual online. Peneliti membatasi perilaku seksual online yang interaktif dan non-interaktif. Perilaku seksual interaktif adalah

perilaku seksual online yang bertujuan untuk berkomunikasi dengan orang lain dan mendapatkan umpan balik dari perilaku tersebut. Sedangkan non interaktif adalah perilaku seksual online yang tidak mendapatkan umpan


(31)

balik dari orang lain, misalnya melihat video seksual. Sevcikova dan Konecny (2011) hanya menggunakan perilaku seksual online yang interaktif. Berikut jenis perilaku seksual online menurut Sevcikova et al (2011):

a. Mengakses informasi terkait dengan seksualitas di internet b. Membicarakan hal seksual

c. Membicarakan tentang pengalaman seksual d. Saling bertukar foto erotis

e. Berhubungan seksual di internet.

3. Motivasi Melakukan Perilaku Seksual Online

Motivasi seseorang melakukan perilaku seksual online telah menjadi fokus perhatian pada beberapa penelitian. Beberapa penelitian perilaku seksual online menyebutkan bahwa alasan seseorang melakukan perilaku seksual adalah ketidakmampuan seseorang untuk melakukan hal tersebut dengan pasangan romantisnya di dunia nyata atau tidak dapat menemukan pasangan seksual secara offline (Carvalheira & Gomes, 2003; Dew et al. 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Cooper et al. (2001) menemukan bahwa alasan seseorang melakukan perilaku seksual online adalah untuk distraksi dari aktivitas rutin kehidupan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sevcikova dan Konecny (2011) menemukan bahwa remaja yang berpengalaman melakukan perilaku seksual secara offline cenderung


(32)

menggunakan internet untuk aktivitas seksual dibandingkan remaja yang tidak memiliki pengalaman dalam aktivitas seksual offline.

4. Kasus-kasus terkait dengan perilaku seksual seseorang di internet

Beberapa penelitian melaporkan tentang kasus-kasus yang menimpa remaja yang menggunakan internet. Kasus-kasus ini merupakan kasus yang menimpa remaja secara tidak sengaja, atau perilaku yang menimpa remaja yang memang menggunakan internet untuk mengeksplorasi seksualitas.

a. Unwanted sexual solicitation

Unwanted sexual solicitation didefinisikan sebagai permintaan untuk terlibat dalam aktivitas seksual atau pembicaraan seksual atau memberi informasi pribadi mengenai seksualitas secara tidak diinginkan. Perilaku ini biasanya dilakukan oleh orang dewasa (18 tahun ke atas) (Mitchell, et al. 2007). Kebanyakan kasus ini relatif terbatas pada interaksi online dan tidak sampai pada pertemuan tatap muka (Mitchell, Finkelhor, Wolak, 2007).

b. Harassment

Harrassment didefinisikan sebagai perlakuan atau perilaku

menyerang (bukan permintaan seksual) mengirimkan gambar secara online ke remaja atau posting online tentang remaja agar dilihat oleh orang lain (Mitchell, et al. 2007). Hal ini bertujuan untuk membuat remaja tersebut merasa malu.


(33)

c. Unwanted exposure to pornography

Unwanted exposure to pornography didefinisikan sebagai

munculnya gambar porno tanpa dicari atau tanpa bermaksud untuk mencari gambar tersebut. Hal ini terjadi atau didapatkan ketika, misalnya sedang melakukan pencarian, mengakses e-mail, atau melalui link-link pesan di instan messenger (Mitchell, et al. 2007). d. Penyakit menular seksual dan HIV

Hasil penelitian yang dilakukan oleh McFarlane, Bull, Rietmeijer (2002) menyatakan bahwa orang muda yang mencari pasangan seksual secara online memiliki kemungkinan yang signifikan untuk terkena risiko penyakit menular seksual dibandingkan dengan seseorang yang mencari pasangan seksual tidak melalui online. Resiko ini terjadi karena biasanya orang-orang yang mencari pasangan seksual secara online adalah seorang-orang homoseksual yang mencari pasangan sesama jenis. Selain itu, orang muda yang mencari pasangan seksual melalui internet memiliki pola karakteristik yang berbeda ketika melakukan hubungan seksual dibandingkan seseorang yang menemukan pasangan seksual tidak dari internet.


(34)

5. Faktor Risiko Perilaku Seksual Online

Berdasarkan penelitian Ybarra (2004), remaja yang rentan mengalami dampak negatif peilaku seksual online dapat dilihat berdasarkan karakteristik remaja itu sendiri, yaitu:

a. Memiliki hubungan yang tidak akrab dengan orang tua, atau tingkat konflik dengan orang tua tinggi

b. Rendahnya pengawasan dari orang tua

c. Depresi dan memiliki masalah dalam menjalin suatu hubungan

d. Seorang homoseksual atau remaja yang masih belum jelas dengan orientasi seksualnya.

6. Gambaran Konsekuensi Perilaku Seksual Online

Beberapa studi menyatakan bahwa tidak ada konsekuensi negatif yang ditimbulkan kepada mayoritas individu yang melakukan perilaku seksual online (Cooper, 2002; Carvalheira, 2003). Namun, ada pula penelitian yang menyatakan bahwa perilaku seksual online menimbulkan

internet abuse atau kejahatan internet (Morahan-Martin & Schumacher

dalam Carvalheira, 2003).

Cooper et al. (1999) menyebutkan dalam jurnalnya bahwa seseorang yang terlibat dalam perilaku seksual online tidak akan mengalami konsekuensi negatif, bila itu dilakukan dengan tujuan untuk rekreasi atau hiburan. Konsekuensi negatif akan dialami oleh seseorang


(35)

yang melakukan perilaku seksual online namun ia memiliki karakteristik sifat dengan tipe depresif dan reaktif. Konsekuensi yang akan dialami adalah masalah tidur dan perasaan senang sekaligus berdosa ketika melakukan masturbasi saat melakukan perilaku seksual online.

Menurut Cooper et al (2001), perilaku seksual online dapat menimbulkan konsekuensi berupa masalah hubungan romantis di dunia nyata. Hal ini karena seseorang yang melakukan perilaku seksual online mengindikasikan bahwa ia jarang melakukan hubungan seksual sesungguhnya dengan pasangan atau perasaan kurang puas ketika melakukannya. Pengaruh terhadap perilaku seksual online dengan masalah hubungan relasi romantis juga terkait dengan ketidakmampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah atau mengembangkan penyelesaian yang adaptif dalam hubungan ketika di dunia nyata. Hal ini karena orang yang terbiasa melakukan perilaku seksual secara online terbiasa menyelesaikan masalah dengan „mudah‟ karena tidak harus bertatap muka dan dituntut untuk melakukan penyelesaian seperti di dunia nyata.

C. Remaja

1.Pengertian Remaja

Remaja adalah suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum, serta perkembangan kognitif sosial (Desmita, 2007).

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan


(36)

atas 3, yaitu 12 tahun hingga 15 tahun merupakan masa remaja awal, 15 tahun hingga 18 tahun adalah masa remaja pertengahan, dan usia 18 tahun hingga 21 tahun merupakan masa remaja akhir.

Masa remaja awal umumnya sudah memasuki jenjang sekolah menengah pertama (SMP), sedangkan masa remaja tengah memasuki jenjang sekolah menengah atas (SMA), dan masa remaja akhir memasuki bangku kuliah atau bekerja.

2. Perubahan yang terjadi pada masa remaja

Seperti yang telah disebutkan di atas, remaja adalah adalah fase antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan sosial.

a. Perkembangan Fisik

Perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja, yang berdampak terhadap perubahan-perubahan psikologis (Sarwono dalam Desmita, 2007). Perubahan-perubahan fisik pada remaja meliputi Perubahan-perubahan tinggi dan berat, perubahan dalam proposi tubuh, dan perubahan pubertas yang ditandai dengan kematangan kerangka dan seksualitas.

b. Perkembangan Kognitif

Selama masa remaja pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu, kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya pada


(37)

masa remaja (Mussen, Conger, & Kagan dalam Desmita, 2007). Sistem saraf yang berfungsi memproses informasi juga berkembang dengan cepat. Pada masa ini juga terjadi reorganisasi lingkaran saraf

Prontal lobe (belahan otak bagian depan sampai pada belahan atau

celah sentral). Perkembangan Prontal lobe sangat berpengaruh terhadap kemampuan kognitif remaja sehingga mereka mengembangkan kemampuan penalaran yang memberinya suatu tingkat pertimbangan moral dan kesadaran sosial yang baru.

Di samping itu, remaja juga memiliki kemampuan untuk memahami pemikiran sendiri dan pemikiran orang lain sehingga remaja mulai dapat membayangkan apa yang dipikirkan oleh orang tentang dirinya.

c. Perkembangan Psikososial

Perkembangan fisik dan perkembangan kognitif pada remaja berpengaruh terhadap perkembangan psikososialnya. Perubahan psikososial meliputi perkembangan individuasi dan identitas, perkembangan hubungan dengan orang tua, perkembangan hubungan dengan teman sebaya, perkembangan seksualitas, perkembangan proaktivitas, dan perkembangan resiliensi.

Dari perkembangan-perkembangan tersebut salah satu fenomena yang menonjol adalah perkembangan seksualitas. Masa remaja merupakan masa untuk mengeksplorasi dan bereksperimen


(38)

mengenai fantasi seksual dan realitas seksual (Santrock, dalam Desmita, 2007). Dorongan seksual pada masa remaja ini sangat tinggi dan bahkan lebih tinggi dari dorongan seksual orang dewasa. Untuk melepaskan diri dari ketegangan seksual tersebut, para remaja mencoba mengekspresikan dorongan seksualnya dalam berbagai bentuk tingkah laku seksual, mulai dari melakukan aktivitas pacaran, berkencan, bercumbu sampai dengan melakukan kontak seksual.

3. Pengaruh Internet Pada Perkembangan Seksualitas dan Identitas

Remaja

Seksualitas dan identitas pribadi merupakan salah satu hal kunci permasalahan remaja (Weinsten & Rosen dalam Subrahmanyam, Smahel, & Greenfield, 2006). Konsekuensi dari hal ini ialah banyak remaja yang menghabiskan waktu untuk membicarakan masalah seksualitas, bercanda mengenai hal seksual, dan mengidentifikasi orientasi seksual (Rice dalam Subrahmanyam et al, 2006).

Selama remaja, tingkat aktivitas seksual meningkat sesuai usia. Namun, selain perkembangan seksualitas, remaja juga harus mencapai perkembangan identitas yang konsisten dan stabil. Identitas yang konsisten tersebut terkait dengan jenis kelamin, seksual, moral, politik dan identitas religius (Subrahmanyam, 2006). Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan seksualitas dan identitas remaja adalah teman sebaya dan


(39)

pasangan romantis. Remaja biasa membicarakan masalah seksualitasnya dengan teman sebaya atau kekasihnya. Oleh karena itu, teman sebaya dan pasangan romantis merupakan orang yang berperan penting dalam perilaku dan sikap seksual seseorang (Subrahmanyam, 2006).

Kemajuan teknologi dapat membuat remaja berkomunikasi dengan teman sebaya atau pasangan romantis melalui internet. Satu dari tiga remaja lebih senang menggunakan komunikasi online dibandingkan komunikasi tatap muka untuk membicarakan topik yang intim seperti cinta, seks, dan hal lain yang sekiranya dianggap memalukan (Schouren, Valkenburg, & Peter dalam Valkenburg & Peter, 2011).

Dengan internet, remaja juga mendapatkan hal-hal yang dibutuhkan untuk perkembangan identitas dan perkembangan seksual. Sebagai faktor pengaruh perkembangan identitas, internet mempengaruhi kejelasan konsep diri dan penghargaan diri selama remaja. Pengaruh pada konsep diri misalnya, dengan internet, remaja dapat berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda latar belakang dengannya, sehingga dapat menstimulasi kejelasan konsep diri. Namun, di sisi lain, internet juga diasosiakan dengan konsep diri yang tidak stabil, karena terkait dengan perasaan kesepian. Demikian halnya dengan pengaruh internet dan penghargaan diri pada remaja, yang dapat membuat lebih baik atau malah memiliki penghargaan diri yang rendah (Valkenburg & Peter, 2011).

Sebagai faktor pengaruh perkembangan seksualitas, internet memberikan kesempatan untuk remaja melakukan eksplorasi seksual diri.


(40)

Eksplorasi ini bisa dilakukan misalnya dengan komunikasi dengan teman sebaya, pasangan romantis, atau orang lain. Dunia online memberikan ruang gerak yang lebih luas untuk remaja melakukan eksplorasi seksualitas (Valkenburg & Peter, 2011).

D. Dinamika Perilaku Seksual Online dan Konsekuensinya Pada Remaja

Remaja, seksualitas, dan internet, tiga hal ini merupakan hal yang erat kaitannya saat ini. Perkembangan seksualitas yang signifikan selama masa remaja membuat remaja memiliki keinginan untuk mengeksplorasi seksualitasnya. Hal ini penting untuk dilakukan bagi remaja karena terkait dengan identitas seksualnya pula. Dengan berkembangnya teknologi internet, remaja memanfaatkannya untuk mengembangkan identitas seksualnya secara

online dan menemukan tempat baru untuk melampiaskan hasrat seksualnya.

Perilaku mengeksplorasi seksualitas melalui media dilakukan para remaja karena terdorong oleh hasrat seksual yang cukup besar akibat pertumbuhan hormon pada saat remaja (Knight, 2004). Selain itu perilaku ini sebagai kompensasi karena para orang tua dan guru merasa malu dan tidak dapat memenuhi keingintahuan remaja terkait seksualitas karena masih dianggap tabu (Sarwono, 2005).

Perilaku remaja mengeksplorasi perilaku seksual ini disebut sebagai perilaku seksual online. Perilaku ini bisa dilakukan untuk tujuan hiburan, pendidikan, pencarian dukungan sosial, dan mencari pasangan romantis (Cooper & Griffin-Shelley dalam Sevcikova & Konecny, 2011).


(41)

Beberapa penelitian yang terkait dengan remaja dan perilaku seksual

online menyebutkan bahwa internet menjadi tempat yang lebih nyaman bagi

remaja untuk mengeksplorasi seksualitasnya. Hal ini karena media internet bersifat anonim sehingga remaja tidak perlu merasa mendapatkan stigma atau merasa malu, untuk mengeksplorasi mengenai masalah seksualitas (Carvalheira & Gomes, 2003; Cooper et al. 1999; Dew et al. 2006).

Namun, seringkali perilaku ini dianggap berbahaya karena beberapa kasus yang dilaporkan seperti unwanted sexual solicitation, harrashment,

unwanted exposure to pornography, dan penyakit menular seksual

menimbulkan dampak negatif bagi remaja sendiri. Hal terkait dengan perilaku remaja di internet (Mitchell et al., 2007).

Berdasarkan penelitian, kasus-kasus tersebut paling banyak menimpa remaja dengan rentang umur 13-17 tahun. Remaja yang rentan mengalami kasus tersebut adalah remaja yang tidak memiliki hubungan akrab dengan orang tua, rendahnya pengawasan dari orang tua, mengalami depresi, memiliki masalah dalam hubungan dan seorang homoseksual atau seseorang yang belum jelas dengan orientasi seksualnya (Ybarra, 2004).

Penelitian mengenai perilaku seksual online telah dilakukan beberapa tahun yang lalu. Penelitian terkait dengan motivasi seseorang melakukan perilaku ini menemukan bahwa seseorang yang melakukan perilaku seksual

online biasanya tidak mampu untuk menemukan pasangan romantis di dunia

nyata atau telah berpengalaman melakukan perilaku seksual di dunia nyata (Dew et al, 2006; Sevcikova & Konecny, 2011).


(42)

Dari penelitian-penelitian yang telah ada, metode yang banyak digunakan adalah kuantitatif dengan self-report, yang diadministrasikan dengan komputer (Sevcikova & Konency, 2011; Dew et al. 2003; Carvalheira & Gomes, 2006) dan metode analisis isi akun sosial media atau chat room yang diakses oleh remaja (Subrahmanyam et al. 2006 ; William & Merten, 2008). Namun, dari beberapa penelitian kuantitatif tersebut, tidak ada alat pengukuran tetap yang digunakan.

Ketiadaaan alat pengukuran tetap yang digunakan untuk mengukur perilaku seksual online disebabkan skala-skala yang telah digunakan pada penelitian sebelumnya belum teruji validitas dan reliabilitasnya (Baumgartner, 2010; Delmonico & Miller, 2003) Hal ini disampaikan secara eksplisit oleh pembuatnya. Selain itu, item perilaku seksual online dalam skala tersebut inkonsisten antara skala yang satu dengan skala yang lainnya (Carvalheira & Gomes, 2003; Cooper et al. 2001;2002; Dew et al., 2006; Sevcikova & Konecny, 2011). Hal ini mengindikasikan bahwa variasi perilaku seksual online belum diketahui secara jelas.

Berdasarkan review literatur dan keterbatasan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini, peneliti akan meneliti mengenai variasi perilaku seksual

online pada remaja dan gambaran konsekuensinya. Hasil dari penelitian ini

dapat bermanfaat untuk penyusunan alat ukur mengenai perilaku seksual

online dan perilaku seksual online berisiko yang merupakan topik baru


(43)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan bottom up kualitatif. Variasi perilaku seksual online dan konsekuensinya diperoleh berdasarkan persepsi remaja sendiri. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kredibilitas temuan variasi perilaku seksual online dan konsekuensinya pada remaja. Metode ini berpotensi untuk mengatasi kelemahan penelitian sebelumnya yang mendapatkan variasi item berdasarkan review literatur bahwa perilaku tersebut dilakukan oleh remaja (Baumgartner, 2010).

Penelitian mengenai perilaku remaja dan internet menjadi salah satu hal yang disarankan karena kemunculan internet membawa manfaat yang berbanding lurus dengan risiko yang didapat (Livingstone & Brake, 2009; Weiss & Samenow, 2010). Banyak orang tua yang tidak mengerti akan kerentanan anaknya mengalami risiko karena remaja biasanya melakukan kegiatan di internet sebagai kegiatan pribadi dan tidak ingin diketahui oleh orang tua (Livingstone & Brake, 2009). Hal ini yang pada akhirnya akan menimbulkan keterkejutan orang tua ketika anaknya telah menjadi sasaran korban kejahatan seksual online (Kompas, 2012). Oleh karena itu, penelitian ini dirasa akan memberikan manfaat di Indonesia, karena literatur mengenai perilaku seksual online di Indonesia masih sangat terbatas.


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Strategi Penelitian

Berdasarkan tujuannya, penelitian ini termasuk dalam penelitian eksploratori. Penelitian eksploratori adalah penelitian awal yang bertujuan untuk lebih mengeksplorasi lagi topik atau masalah yang akan diteliti karena topik tersebut merupakan topik yang baru atau belum banyak diteliti (Neuman, 2000).

Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa diskusi kelompok terfokus atau

Focus Group Discussion (FGD) dan angket dengan pertanyaan terbuka.

Metode FGD digunakan untuk mencari istilah familiar di kalangan remaja mengenai “perilaku seksual online”, sedangkan metode angket untuk

menemukan variasi perilaku seksual online dan konsekuensi dari perilaku tersebut.

Dasar pemilihan dua metode ini adalah metode ini cukup strategis untuk penelitian eksploratif (Neuman, 2000). Metode ini mengizinkan partisipan untuk mengemukakan segala pendapatnya mengenai jenis perilaku seksual online dan konsekuensi yang diterima setelah melakukan perilaku tersebut. Kelebihan dari menggunakan metode ini adalah jawaban yang ditemukan lebih variatif dan sifat temuan lebih kredibel karena ditemukan di lapangan (Merton et al dalam Moleong, 2006; Nawawi, 2006).


(45)

B. Fokus Penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi perilaku-perilaku

seksual online yang dilakukan oleh remaja dan memberikan gambaran mengenai konsekuensi positif maupun negatif yang diterima remaja setelah melakukan perilaku seksual online.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Instrumen

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan FGD dan angket pertanyaan terbuka sebagai instrumen pengumpulan data. FGD atau diskusi kelompok terfokus adalah sebuah diskusi yang dirancang dengan baik untuk mempereoleh persepsi dalam bidang perhatiannya pada lingkungan yang permisif dan yang tidak menekan (Krueger, 1988). Wawancara kelompok pada dasarnya adalah teknik pengumpulan data kualitatif yang wawancaranya dipandu oleh moderator dengan cara yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur, tergantung pada maksud dan tujuan wawancara (Denzim & Lincoln dalam Moleong, 2006). Sedangkan angket pertanyaan terbuka adalah angket yang pertanyaannya dapat dijawab secara bebas oleh partisipan dalam menyampaikan informasi yang diungkapkan oleh peneliti. Jawaban bebas maksudnya adalah uraian berupa pendapat, hasil pemikiran, tanggapan, dan lain-lain (Nawawi & Hadari, 1992).


(46)

2. Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja putri dan putera dengan rentang usia 13-17 tahun. Pemilihan ini didasarkan atas hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa remaja yang berusia 14-17 tahun yang paling berisiko mengalami konsekuensi negatif dari internet (Ybarra et al., 2007; Mitchell et al., 2007).

3. Teknik Sampling

a. FGD

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam proses FGD adalah teknik snowball sampling. Snowball sampling dilakukan dengan cara satu orang partisipan memberikan nama partisipan kedua, dan partisipan kedua akan memberikan nama untuk partisipan ketiga dan seterusnya untuk menjadi partisipan dalam penelitian (Vogt dalam Atkinson & Flint, 2001). Dalam penelitian ini, peneliti menghubungi seorang remaja untuk menanyakan nama remaja lain yang bersedia menjadi partisipan. Remaja tersebut kemudian memberikan nama-nama remaja lain, sehingga didapatkan sejumlah remaja (6-8 orang) yang akan berpartisipasi dalam FGD.

Snowball sampling dapat diaplikasikan untuk dua jenis tujuan

utama, yaitu sebagai metode informal mendapatkan target populasi dan sebagai metode yang formal untuk membuat kesimpulan


(47)

mengenai individu dalam populasi yang sulit untuk didapatkan (Snijders; Faugier & Sergeant dalam Atkinson & Flint, 2001).

Alasan menggunakan teknik snowball sampling pada penelitian ini dikarenakan topik diskusi cukup sensitif dan tidak banyak orang yang bersedia menjadi partisipan dalam FGD untuk topik tersebut. Oleh karena itu teknik ini diharapkan dapat mengatasi kekurangan tersebut.

b. Angket pertanyaan terbuka

Peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel Quota

Sampling ketika proses penyebaran angket terbuka. Peneliti

menentukan jumlah partisipan sekitar 200 remaja. Penentuan jumlah didasarkan bahwa jumlah tersebut dianggap cukup dapat mewakili sebuah penelitian yang bersifat eksploratif. Hal ini terlihat dari beberapa penelitian eksploratif sebelumnya (Indraswari, Taqiyudin, Yuniarti, Faturochman, & Kim, 2012; Kurnianingsih, Yuniarti, & Kim, 2012; Rarasati, Hakim, & Yuniarti, 2012).

4. Tahap-Tahap Penelitian

a. FGD

Pengumpulan data pertama kali dilakukan dengan metode FGD dengan proses sebagai berikut:


(48)

1. FGD dilakukan pada 2 kelompok, yaitu remaja putera dan puteri, dengan jenjang pendidikan SMA. Jumlah partisipan 6-8 orang per kelompok sehingga total partisipan antara 12-18 orang. FGD dilaksanakan di tiap kelompok dan di tempat yang telah ditentukan oleh masing-masing kelompok partisipan.

2. Setiap kelompok FGD akan dipandu oleh seorang moderator dengan jenis kelamin yang sama dengan jenis kelamin partisipan dalam kelompok tersebut. Hal ini dilakukan agar partisipan merasa nyaman ketika berdiskusi dan dapat terbuka mengenai topik diskusi. Moderator telah terlatih dan cukup memahami topik diskusi dengan baik sehingga diharapkan dapat membawakan materi dengan baik.

3. Di dalam setiap kelompok diskusi, moderator akan membawakan set pertanyan yang sama dan sebisa mungkin dengan urutan yang sama. Berikut adalah daftar pertanyaan yang akan diajukan

Tabel 1

Daftar Pertanyaan FGD

Jenis Pertanyaan Pertanyaan

Opening Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk online dalam sehari atau seminggu?


(49)

Jenis Pertanyaan Pertanyaan

Opening Di mana tempat Anda biasa mengakses internet?

Transition Apa saja yang Anda lakukan ketika online?

Key Sekarang tuliskan dalam selembar

kertas, menurut Anda, perilaku-perilaku apa saja yang dilakukan ketika online yang berhubungan dengan seksualitas?

Key Perilaku tersebut biasa

dilakukannya seperti apa?

Key Apa saja hasil yang muncul bila

melakukan perilaku tersebut? (menunjuk perilaku satu persatu)

Key Menurut Anda, dampak apa yang

terjadi pada orang yang melakukan hal tersebut?

Key Dari hasil-hasil yang telah

dituliskan, mana saja yang termasuk hal-hal atau akibat-akibat negatif dari melakukan hal tersebut?

Key Menurut Anda, apa yang mereka

rasakan ketika telah melakukan perilaku tersebut?

Key Menurut kalian, apakah banyak

remaja yang mengalami hal tersebut?

Key Sepengetahuan Anda, apa yang

mereka lakukan setelah

mendapatkan pengalaman yang negatif dari melakukan perilaku tersebut?

Key Istilah apa yang biasa dipakai

remaja untuk menyebut perilaku

online yang terkait seksualitas

tersebut?

Ending Peneliti membacakan rangkuman perilaku dan konsekuensi negatif dan positif, kemudian bertanya: Apakah rangkuman ini telah menangkap seluruh hasil diskusi kita hari ini? Adakah menurut


(50)

Jenis Pertanyaan Pertanyaan

kalian, hal-hal penting mengenai perilaku seksual online yang terlewatkan dalam pembicaraan ini?

4. Diskusi yang terjadi hanya antar partisipan, sedangkan moderator hanya mengarahkan diskusi. Diskusi selesai ketika tidak ada hal baru yang ditemukan, dan mencapai konsensus. Estimasi waktu diskusi 60-90 menit. Percakapan keseluruhan ketika diskusi akan direkam dengan menggunakan alat perekam dan dicatat oleh notulis.

b. Angket Pertanyaan Terbuka

Pertanyaan yang terdapat di angket hampir sama dengan pertanyaan ketika di FGD. Namun, pertanyaan di angket menggunakan istilah yang disebutkan oleh remaja ketika proses FGD yang maknanya hampir sama seperti istilah “perilaku seksual online”. Angket dibagikan kepada partisipan yang memenuhi kriteria yang ditentukan.

D. Prosedur Analisis Data

Data yang telah diperoleh ini akan dianalisis dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:


(51)

tidak lagi memunculkan kategori baru ketika pengkategorian. Setiap kategori disusun oleh subkategori yang disebut “properties” yang merepresentasikan berbagai perspektif tentang

kategori tersebut.

b. Tahap axial coding. Pada tahap ini, peneliti berusaha membangun keterkaitan antara kategori-kategori yang ada, juga antara kategori dan subkategori. Tujuan pada tahap ini adalah mendapatkan kategori sentral yg menjadi pusat.

c. Tahap selective coding. Pada tahap ini peneliti mengintegrasikan dan menyaring teori yang dibuat. Pada tahap ini kategori-kategori yang ada disusun menjadi sebuah figur yang mempresentasikan model teoritis mengenai proses/topik yang dipelajari (Creswell, 2007), yang pada penelitian ini adalah perilaku seksual online berisiko.

E. Kredibilitas Penelitian

Di dalam metode penelitian kualitatif, dikenal beberapa cara untuk meningkatkan kredibilitas atau derajad kepercayaan suatu penelitian. Maka dari itu peneliti menggunakan cara sebagai berikut (Moleong, 2006):

-Member checking. Member checking adalah teknik validasi yang

dilakukan dengan peneliti mendiskusikan kembali hasil proses diskusi dengan partisipan. Tujuannya adalah memeriksa kesesuaian antara


(52)

hasil yang ditangkap oleh peneliti dan hasil yang ditangkap oleh partisipan.

Dalam penelitian ini, proses member checking dilakukan pada proses FGD. Moderator akan mengulas kembali hasil proses diskusi dan partisipan memeriksa kesesuain ulasan dengan proses diskusi yang telah dilakukan

-Triangulasi. Triangulasi adalah teknik validasi yang dilakukan oleh

peneliti bersama-sama dengan rekan mahasiswa lain yang cukup tahu mengenai topik yang diteliti atau dosen untuk melakukan pemeriksaan terhadap analisis yang telah dilakukan. Triangulasi data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan proses sebagai berikut:

a. Peneliti melakukan coding bersama dengan rekan mahasiswa yang cukup tahu mengenai topik penelitian

b. Hasil coding akan diperiksa kembali ketepatannya oleh rekan peneliti dan dosen pembimbing

c. Melakukan perubahan coding bila diperlukan

d. Memeriksa kembali hasil coding, hingga coding dirasa sudah tepat oleh rekan peneliti dan dosen pembimbing


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan dua metode pengambilan data, yaitu FGD dan penyebaran kuesioner dengan pertanyaan terbuka. Kelompok partisipan FGD perempuan berjumlah 9 orang yang berasal dari satu sekolah yang sama, sedangkan kelompok laki-laki berjumlah 6 orang dan berasal dari sekolah yang berbeda-beda dengan tingkat pendidikan kelas III SMA. Di dalam kelompok laki-laki semua partisipan telah saling mengenal sebelumnya walaupun dari sekolah yang berbeda-beda. Mayoritas partisipan berusia 17 tahun.

Responden untuk pengisian kuesioner merupakan siswa-siswi dengan tingkat pendidikan kelas II SMP hingga kelas III SMA/SMK. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan bekerjasama dengan sekolah-sekolah dan remaja yang ditemui di tempat-tempat umum, seperti kafe, atau dititipkan pada remaja yang merupakan rekan peneliti.

Berikut proses keseluruhan yang dilakukan peneliti selama melakukan proses pengambilan data hingga analisis hasil penelitian:


(54)

Tabel 2

Proses Pelaksanaan Penelitian

No. Kegiatan

1 Persiapan FGD

2 Melakukan FGD bersama kelompok remaja putri 3 Menulis verbatim kelompok putri

4 Melakukan FGD bersama kelompok remaja putera 5 Menulis verbatim kelompok putera

6 Mempersiapkan angket terbuka 7 Menyebarkan angket terbuka 8 Entry data angket terbuka

9 Analisis tematik data angket terbuka 10 Analisis verbatim FGD

11 Membandingkan kedua hasil analisis, menyesuaikan hasil analisis FGD dengan hasil analisis angket, dan menambahkan perilaku dan konsekuensi yang ada pada FGD ke dalam hasil keseluruhan.

1. Pelaksanaan FGD

Partisipan pada proses FGD didapatkan dengan teknik snowball

sampling. Tujuannya adalah mendapatkan partisipan yang cukup familiar

dengan perilaku seksual online. Partisipan berasal dari sekolah yang terletak di lingkungan pedesaan dan pinggir kota.

FGD bertujuan untuk mencari istilah lain dari perilaku seksual

online, untuk kepentingan pembuatan angket terbuka. Remaja putera dan puteri menyebutkan istilah yang sama, yaitu “perilaku mesum di internet”.


(55)

Tabel 3

Proses Pengambilan Data FGD

2. Tanggal Kegiatan Tempat Catatan

27

September 2012

Konfirmasi mengenai tempat dan jumlah partisipan dengan salah satu partisipan perempuan

Dalam kelompok FGD perempuan , masing-masing partisipan telah saling mengenal karena merupakan teman satu kelas. 1 Oktober

2012

Trial FGD Lt. 3 gedung utama USD Paingan

Pertanyaan masih tidak teratur, dan

ada beberapa

pertanyaan yang

tidak perlu

ditanyakan tetapi ditanyakan

2 Oktober 2012

FGD dengan siswi-siswi remaja putri

SMA A Ada kesalahan

teknis pada alat perekam sehingga proses FGD tidak

terekam oleh

recorder. Verbatim dibuat berdasarkan

hasil tulisan

notulis selama proses FGD 5 Oktober

2012

Pendekatan dan

konfirmasi pada

partisipan kelompok laki-laki

Masing-masing partisipan dalam kelompok laki-laki

telah saling

mengenal sebelumnya. 17 Oktober

2012

FGD dengan remaja putra

R. sidang Psikologi

FGD berjalan

lancar. Namun, para partisipan ada

rasa sungkan

dikarenakan

notulis adalah seorang

perempuan dan topik FGD cukup sensitif


(56)

3. Pelaksanaan Angket Terbuka

Setelah mendapatkan istilah yang sama dari dua kelompok laki-laki dan perempuan, peneliti kemudian mulai proses pembuatan kuesioner dengan pertanyaan terbuka dan proses izin kerjasama dengan sekolah-sekolah. Berikut keterangan proses angket secara rinci:

Tabel 4

Proses Pengambilan Data Kuisioner

Tanggal Kegiatan Tempat Catatan

3

November 2012

Penyebaran angket ke SMA

SMA A Jumlah angket

yang disebar: 25 buah.

Jumlah angket yang kembali: 17 angket

12

November 2012

Penyebaran angket perorangan

Jumlah angket yang disebar: 34 buah.

Jumlah angket yang kembali: 4 buah

21

November 2012

Penyebaran angket di SMP

SMP A Jumlah angket

yang disebar: 98 buah.

Jumlah angket yang kembali: 98 buah

24

November 2012

Penyebaran angket melalui komunitas

Komunitas A

Jumah angket

yang disebar: 10 buah

Jumlah angket yang kembali: 10 buah

24

November 2012

Penyebaran angket melalui perorangan

Jumlah angket yang disebar: 20 buah

Jumlah angket yang kembali: 12


(57)

Tanggal Kegiatan Tempat Catatan

buah 26

November 2012

Penyebaran angket di SMK

SMK A Jumlah angket

yang disebar: 70 angket

Jumlah angket yang kembali: 70 buah

8

Desember 2012

Penyebaran angket di Asrama putri

Asrama putri A

Jumlah angket yang disebar: 17 buah

Jumlah angket yang kembali: 17 buah

10

Desember 2012

Penyebaran angket melalui perorangan

Jumlah angket yang disebar: 50 buah

Jumlah angket yang kembali: 35 buah

12 Februari 2013

Penyebaran angket ke Asrama Putera

Asrama putera A

Jumlah angket yang disebar: 40 Jumlah angket yang kembali: 40 14

Februari 2013

Penyebaran melalui perorangan

Jumlah angket yang disebar: 20 Jumlah angket yang kembali: 20 12

Februari 2013

Penyebaran melalui perorangan

Jumlah angket yang disebar: 15 Jumlah angket kembali: 13

Dalam proses pembuatan kuesioner beberapa kali mengalami revisi yang dilakukan oleh peneliti dan dosen pembimbing. Hasil dari revisi ini diharapkan pertanyaan lebih familiar, jelas, tidak memaksa dan tidak menghakimi para responden.


(58)

Berikut instruksi pada angket terbuka: 1. Menjawab pertanyaan :

“Di bawah ini terdapat pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui aktivitas yang sering dilakukan oleh remaja saat online terkait dengan seksualitas. Saya berharap kamu dapat menuliskan sebanyak-sebanyaknya aktivitas yang kamu ketahui. Aktivitas tersebut bisa berupa yang biasa dilakukan oleh remaja-remaja pada umumnya atau aktivitas yang kamu lakukan sendiri. jawablah dengan spontan dan jelas. Kamu tidak perlu merasa malu atau tidak pantas untuk menuliskan aktivitas yang kamu ketahui”. Dan “Hal-hal apa saja yang mungkin dirasakan/dialami/terjadi pada remaja setelah melakukan hal-hal “mesum” tersebut?”

2. Kuesioner diberikan di dalam amplop dan diharapkan ketika responden mengembalikan juga dalam keadaan amplop tertutup. Tujuan hal tersebut adalah untuk memastikan kepada para responden bahwa apa yang ditulisnya merupakan hal rahasia sehingga responden merasa terlindungi, bebas dan nyaman ketika mengisi kuesioner.

B. Karakteristik Partisipan

Jumlah total kuesioner yang disebar adalah 399 kuesioner, dan jumlah kuesioner yang kembali adalah 336 kuesioner atau sekitar 84,2%. Dengan


(59)

demikian dapat dikatakan bahwa jumlah angket kembali cukup besar. Kuesioner kosong 1,48% dan kuesioner dengan jawaban yang irrelevant 27,9%, sehingga data yang dianalisis ada 258 responden (76,78%). Jumlah responden perempuan sekitar 43,02%, responden laki-laki 51,93% dan 5,03% tidak diketahui jenis kelamin dan usianya.

Tabel 5

Variasi Partisipan

Variasi usia Perempuan Laki-laki %

12 tahun 4 - 1.55

13 tahun 14 14 10.85

14 tahun 23 38 23.64

15 tahun 14 28 16.28

16 tahun 27 23 19,38%

17 tahun 24 22 17.83

18 tahun 5 6 4.26

19 tahun - 2 0.78

20 tahun - 1 0.39

Total 111 134 94.95

Lain-lain 13 5.05

TOTAL 258 100.00

C. Pelaksanaan Analisis Data

Peneliti melakukan analisis kualitatif dan melakukan reanalisis data bersama dua rekan peneliti yang cukup memahami topik mengenai perilaku seksual remaja. Proses ini bertujuan untuk meningkatkan kredibilitas dari hasil analisis yang telah dilakukan. Proses ini dilakukan dalam 5 kali pertemuan.


(60)

Tabel 6

Pelaksanaan Analisis Data

Kegiatan Tempat Catatan

Entry data

kuisioner

Analisis data konsekuensi 1

Lab Psikologi Peneliti membagi jenis-jenis konsekuensi yang ada dan mulai dilakukan pengelompokkan untuk konsekuensi tersebut serta membuang yang tidak sesuai. Analisis data

perilaku 1

Lt. 3 gedung utama,

USD Paingan

Peneliti membagi jenis-jenis perilaku yang ada dan mulai mengelompokkan dan memberi nama perilaku yang sejenis serta membuang data-data yang tidak sesuai

Analisis data perilaku

konsekuensi 2

Perpustakaan Memeriksa kembali penamaan yang diberikan

Analisis data perilaku dan konsekuensi

Perpustakaan Memeriksa kembali penamaan yang diberikan dan membuat mejadi sub tema

Analisis data perilaku dan konsekuensi 3

Perpustakaan Pemberian subtema dan tema besar dari jenis perilaku dan jenis konsekuensi.

Crosscheck Pemeriksaan ketepatan tema

Crosscheck

tema

Pemeriksaan ketepatan tema

D. Proses Validasi Data

- Member checking

Proses member checking dilakukan sesaat setelah FGD dilakukan. Moderator mengulas kembali hasil diskusi kepada peserta dan peserta memeriksa kembali ulasan tersebut apakah telah sesuai dengan proses diskusi. Peserta dari masing-masing kelompok FGD


(61)

menyatakan bahwa ulasan tersebut telah sesuai dan tidak ada penambahan atau materi yang terlewatkan.

- Triangulasi

Proses triangulasi dilakukan untuk memvalidasi data yang didapat dari angket pertanyaan terbuka. Triangulasi dilakukan dalam memastikan kesesuaian coding yang telah dilakukan oleh peneliti. Hasil coding dan penelitian tersebut diperiksa kembali oleh rekan peneliti dan dosen pembimbing sehingga hasil coding dapat menjadi hasil penelitian yang sesuai dan objektif.

E. Hasil Penelitian

Hasil penelitian akan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu hasil dan pembahasan perilaku seksual online kemudian hasil dan pembahasan konsekuensi yang didapatkan setelah melakukan perilaku tersebut.

1. Bentuk Perilaku Seksual Online

Dari hasil FGD, peneliti menemukan istilah mengenai perilaku seksual online, yaitu “mesum”. Istilah tersebut digunakan dalam pertanyaan untuk menjelaskan atau menerangkan mengenai perilaku seksual online, yang mungkin kurang dimengerti oleh para remaja.

Dari hasil jawaban partisipan dalam skala terbuka, peneliti menemukan beberapa variasi perilaku. Variasi tersebut kemudian dianalisis menggunakan analisis tematik. Walaupun tujuan metode FGD


(62)

adalah mencari istilah, namun ditemukan pula variasi perilaku seksual

online. Oleh karena itu, peneliti melakukan analisis terhadap perilaku

tersebut dan menggunakan perilaku tersebut sebagai tambahan data. Daftar variasi perilaku dalam tabel 7 di bawah ini merupakan gabungan hasil angket terbuka dan FGD.

Peneliti mengkategorikan variasi perilaku tersebut menjadi 6 tema besar perilaku seksual online oleh remaja yang dibagi atas 2 jenis sifat perilaku tersebut, yaitu non-interaktif dan interaktif. Interaktif adalah perilaku timbal balik atau saling berkomunikasi, seperti chat sex. Sedangkan non-interaktif adalah perilaku seksual yang dilakukan sendiri, tanpa berkomunikasi, misalnya menonton video seksual (Sevcikova & Konecny, 2011). Variasi perilaku seksual online selengkapnya disajikan dalam dalam tabel 7.


(63)

Tabel 7

Perilaku Seksual Online

No Perilaku

Frekuensi perilaku (N=476)

%

non-interaktif

A Terlibat konten seksualitas di internet 387 81.30

A.1. melihat video/gambar pornografi 316 66.39

A.2. mengunduh konten seksual 30 6.30

A.3. membaca cerita tentang seksualitas (cerpen,

komik) 24 5.04

A.4. mengakses konten seksualitas bersama partner 9 1.89

A.5. bermain game sex 8 1.68

A.6. menjadi anggota di situs porno*

B Mencari informasi terkait seksualitas di internet 10 2.10

B.1 mencari informasi terkait cara berhubungan

seksual 7 1.47

B.2 mencari berita mengenai kejahatan seksual 2 0.42

B.3 mencari informasi mengenai kesehatan

seksualitas 1 0.21

Interaktif

C Sex online 23 4.83

C.1. chat sex 12 2.52

C.2. video sex 11 2.31

D Sexting 17 3.57

D.1. menyebarkan (sharing) video porno 7 1.47 D.2. mengunggah gambar erotis pribadi di internet 7 1.47

D.3. mengunggah foto pribadi demi mendapatkan

uang 3 0.63

E Sexual text 5 1.05

E.1. menulis kata-kata vulgar di akun media sosial 5 1.05

E.2. flirting*

F Prostitusi di internet 3 0.63

F.1 mempromosikan diri dan menjual diri 3 0.63

G Lain-lain 31 6.51

G.1 perilaku online 15 3.15

G.2 perilaku online berisiko 11 2.31

G.3 tidak tahu 5 1.05

Total 476 100,00


(1)

138

Lampiran 7

Tabel Open Coding Konsekuensi Perilaku Seksual Online

No Konsekuensi frekuensi %

1 Kecanduan/ketagihan 79 14.6 2 Perasaan puas 54 9.68

3 Terangsang 42 7.53

4 Senang 34 6.09

5 Ingin mencoba melakukan 27 4.84

6 Menyesal 27 4.84

7 Ingin melakukan lagi 23 4.12

8 Masturbasi 15 2.69

9 Merasa lebih tahu tentang sexualitas 13 2.33 10 Mempraktekkan hubungan seksual 11 1.97 11 Membayangkan 11 1.97 12 Merasa lega 10 1.79 13 Berpikiran jorok 9 1.61 14 Menjadi lebih tahu mengenai seksualitas 9 1.61 15 Reaksi pada alat kelamin 8 1.43 16 Hamil diluar nikah 8 1.43 17 Perasaan nikmat 8 1.43

18 Takut dosa 8 1.43

19 Mengurangi stress 7 1.25 20 Perasaan bersalah 7 1.25

21 Merasa enak 7 1.25

22 Malu 6 1.08

23 Bangga 6 1.08

24 Terbiasa dengan hal porno 6 1.08 25 Mengalami penyakit kelamin 6 1.08 26 Perasaan tidak nyaman 6 1.08 27 Merasa berdosa 5 0.90 28 Perilaku aneh 5 0.90 29 Takut ketahuan orang lain 5 0.90 30 Hasrat tersampaikan 4 0.72 31 Pikiran tidak konsentrasi 4 0.72 32 Kondisi mental 4 0.72 33 Senang karena nafsu terpenuhi 4 0.72

34 Khawatir 4 0.72

35 Perasaan depresi 4 0.72

36 Jijik 4 0.72

37 Gelisah 4 0.72


(2)

139

39 Haus sex 4 0.72

40 Masa depan suram 4 0.72 41 Hati berdebar 3 0.54 42 Malas belajar 3 0.54

43 Pemerkosaan 3 0.54

44 merasa lebih dewasa 3 0.54 45 Perasaan was-was 3 0.54

46 Tidak tahu 3 0.54

47 Lelah 3 0.54

48 Gangguan pada pikiran 3 0.54 49 Perasaan kurang puas 2 0.36

50 Kecewa 2 0.36

51 Membunuh/aborsi 2 0.36

52 Dikucilkan 2 0.36

53 Mencoreng nama baik 2 0.36 54 Pola pikir terganggu 2 0.36

55 Penasaran 2 0.36

56 Senang karena dapat memegang tubuh wanita 2 0.36 57 Membuat selalu ingin dekat dengan pasangan 2 0.36 58 Melakukan seks bebas 2 0.36 59 Berani menyentuh lawan jenis 2 0.36

60 Pasrah 1 0.18

61 Merasa dinodai 1 0.18

62 Membolos 1 0.18

63 Emosi sensitif 1 0.18 64 Pelecehan seksual di media sosial 1 0.18 65 Takut akan konsekuensi 1 0.18


(3)

Lampiran 8

Tabel Axial Coding Konsekuensi Perilaku Seksual Online

No Konsekuensi frekuensi %

1 Kecanduan untuk melakukan perilaku tersebut 102 18.28

2 Kesenangan 63 11.29

3 Perasaan puas 54 9.68

4 Terangsang 42 7.53

5 Ingin mencoba melakukan perilaku tsb 27 4.84

6 Menyesal 27 4.84

7 Berimajinasi seksualitas 25 4.48 8 Menjadi lebih tahu mengenai seksualitas 22 3.94

9 Gelisah 21 3.76

10 Masturbasi 15 2.69

11 Takut 14 2.51

12 Melakukan hubungan seksual 11 1.97 13 Reaksi pada alat kelamin 8 1.43 14 Hamil di luar nikah 8 1.43 15 Mengurangi stress 7 1.25 16 Merasa bersalah 7 1.25

17 Bangga 6 1.08

18 Malu 6 1.08

19 Mengalami penyakit kelamin 6 1.08 20 merasa berdosa 5 0.90 21 Merasa dinodai 5 0.90

22 Jijik 4 0.72

23 Perasaan tertekan 4 0.72

24 Sulit fokus 4 0.72

25 Masa depan suram 4 0.72 26 Merasa lebih dewasa 3 0.54

27 Pemerkosaan 3 0.54

28 Malas belajar 3 0.54

29 Lelah 3 0.54

30 Kecenderungan hypersex 3 0.54

31 Tidak tahu 3 0.54

32 Penasaran mengenai seksualitas 2 0.36

33 Kecewa 2 0.36

34 Berani menyentuh lawan jenis 2 0.36 35 Membuat selalu ingin dekat dengan pasangan 2 0.36

36 Dikucilkan 2 0.36

37 Mencoreng nama baik 2 0.36 38 Membunuh/aborsi 2 0.36

39 Jijik 1 0.18

40 Membolos 1 0.18

41 Pelecehan seksual di media sosial 1 0.18

42 Irelevan 26 4.66


(4)

(5)

vii

STUDI EKSPLORATORI: PERILAKU SEKSUAL ONLINE DAN

GAMBARAN KONSEKUENSINYA PADA REMAJA

Arisa Theresia

ABSTRAK

Remaja merupakan kelompok terbesar yang memanfaatkan perkembangan teknologi internet. Mereka menggunakan internet untuk segala aktivitas dalam kehidupannya termasuk untuk mengeksplorasi seksualitas. Perilaku mengkeksplorasi seksualitas ini disebut perilaku seksual online. Perilaku ini menimbulkan konsekuensi, positif maupun negatif pada remaja. Penelitian mengenai perilaku seksual online telah ada sejak beberapa tahun lalu. Meskipun demikian, bentuk perilaku seksual online belum begitu jelas, demikian juga halnya dengan konsekuensi yang diterima remaja, walaupun perilaku tersebut telah dianggap berbahaya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari variasi perilaku seksual online dan konsekuensinya berdasarkan sudut pandang remaja sendiri sebagai kelompok yang paling banyak mengalami dampak negatif internet. Penelitian ini bersifat eksploratori. Metode yang digunakan yaitu FGD, untuk mencari istilah familiar, dan angket pertanyaan terbuka untuk mengeksplorasi variasi perilaku seksual online dan konsekuensinya. Partisipan dalam penelitian adalah remaja dengan rentang umur 13 tahun-17 tahun. Data dianalisis dengan teknik analisis tematik. Penelitian ini menemukan dua kategori besar perilaku seksual online yaitu perilaku yang bersifat interaktif dan non interaktif, yang terbagi atas 6 kategori tema yaitu terlibat konten seksualitas, mencari informasi berkaitan seksulitas, sex online, sexting, sexual text, dan prositusi online. Sedangkan konsekuensi terbagi atas konsekuensi pada mental, intensi melakukan perilaku seksual, resiko perilaku seksual, performa akademik, dan relasi interpersonal. Dari sejumlah tema perilaku dan konsekuensi yang ditemukan, terlibat konten seksualitas online (81,30%) dan konsekuensi negatif pada mental (63,77%) yang paling banyak dilakukan dan dirasakan oleh remaja. Penelitian ini merupakan langkah awal untuk meneliti mengenai tema mengenai perilaku seksual online karena topik ini merupakan topik yang cukup baru di Indonesia.


(6)

viii

EXPLORATORY STUDY: ADOLESCENTS’ SEXUAL

ONLINE

BEHAVIOR AND ITS CONSEQUENCES

Arisa Theresia

ABSTRACT

Adolescents is the biggest group who use development of internet technology. They use internet in their various activities, including exploring sexuality. The terminology for the activity to explore sexuality is online sexual behaviour. The activity has both negative and positive consequences to adolescents. Researches focusing on sexual online behaviour have been conducted since a few years ago. However, the form of online sexual behaviour has not been clear, neither has its consequence towards adolescents, although the behaviour is considered to be dangerous. Therefore, this research is also aimed to find variations of online sexual behaviour and their consequences based on adolescents’ view as the group who gets internet negative effect the most. This research is exploratory research. The method used in this research was FGD, to find familiar terminology, and open questionnaire to explore variations of sexual online behaviour and the consequences. The participants in this research are those between 13-17 years old. The data was analyzed using thematic analysis technique. This research found two big categories of sexual online behaviour; they were interactive and non interactive behaviour, which were divided into six theme categories: being involved in sexuality content, searching for information related to sexuality, online sex, sexting, sexual text, and online prostitution. Meanwhile, the consequences were divided into consequence to psychological condition, intention to have sexual behaviour, risk of sexual behaviour, academic performance, and interpersonal relation. Among those behaviour themes and consequences, involving in online sexuality content (81.30%) and negative consequence on psychological condition (63.77%) were found to be the most common of what adolescents do and feel. This research is early to find theme on sexual online behaviour because the topic is quite new in Indonesia.