19
masa remaja Mussen, Conger, Kagan dalam Desmita, 2007. Sistem saraf yang berfungsi memproses informasi juga berkembang
dengan cepat. Pada masa ini juga terjadi reorganisasi lingkaran saraf Prontal lobe belahan otak bagian depan sampai pada belahan atau
celah sentral. Perkembangan Prontal lobe sangat berpengaruh terhadap
kemampuan kognitif
remaja sehingga
mereka mengembangkan kemampuan penalaran yang memberinya suatu
tingkat pertimbangan moral dan kesadaran sosial yang baru. Di samping itu, remaja juga memiliki kemampuan untuk
memahami pemikiran sendiri dan pemikiran orang lain sehingga remaja mulai dapat membayangkan apa yang dipikirkan oleh orang
tentang dirinya. c.
Perkembangan Psikososial Perkembangan fisik dan perkembangan kognitif pada
remaja berpengaruh terhadap perkembangan psikososialnya. Perubahan psikososial meliputi perkembangan individuasi dan
identitas, perkembangan
hubungan dengan
orang tua,
perkembangan hubungan dengan teman sebaya, perkembangan seksualitas, perkembangan proaktivitas, dan perkembangan
resiliensi. Dari perkembangan-perkembangan tersebut salah satu
fenomena yang menonjol adalah perkembangan seksualitas. Masa remaja merupakan masa untuk mengeksplorasi dan bereksperimen
20
mengenai fantasi seksual dan realitas seksual Santrock, dalam Desmita, 2007. Dorongan seksual pada masa remaja ini sangat
tinggi dan bahkan lebih tinggi dari dorongan seksual orang dewasa. Untuk melepaskan diri dari ketegangan seksual tersebut, para
remaja mencoba mengekspresikan dorongan seksualnya dalam berbagai bentuk tingkah laku seksual, mulai dari melakukan
aktivitas pacaran, berkencan, bercumbu sampai dengan melakukan kontak seksual.
3. Pengaruh Internet Pada Perkembangan Seksualitas dan Identitas
Remaja
Seksualitas dan identitas pribadi merupakan salah satu hal kunci permasalahan remaja Weinsten Rosen dalam Subrahmanyam, Smahel,
Greenfield, 2006. Konsekuensi dari hal ini ialah banyak remaja yang menghabiskan waktu untuk membicarakan masalah seksualitas, bercanda
mengenai hal seksual, dan mengidentifikasi orientasi seksual Rice dalam Subrahmanyam et al, 2006.
Selama remaja, tingkat aktivitas seksual meningkat sesuai usia. Namun, selain perkembangan seksualitas, remaja juga harus mencapai
perkembangan identitas yang konsisten dan stabil. Identitas yang konsisten tersebut terkait dengan jenis kelamin, seksual, moral, politik dan identitas
religius Subrahmanyam,
2006. Hal-hal
yang mempengaruhi
perkembangan seksualitas dan identitas remaja adalah teman sebaya dan
21
pasangan romantis. Remaja biasa membicarakan masalah seksualitasnya dengan teman sebaya atau kekasihnya. Oleh karena itu, teman sebaya dan
pasangan romantis merupakan orang yang berperan penting dalam perilaku dan sikap seksual seseorang Subrahmanyam, 2006.
Kemajuan teknologi dapat membuat remaja berkomunikasi dengan teman sebaya atau pasangan romantis melalui internet. Satu dari tiga
remaja lebih senang menggunakan komunikasi online dibandingkan komunikasi tatap muka untuk membicarakan topik yang intim seperti
cinta, seks, dan hal lain yang sekiranya dianggap memalukan Schouren, Valkenburg, Peter dalam Valkenburg Peter, 2011.
Dengan internet, remaja juga mendapatkan hal-hal yang dibutuhkan untuk perkembangan identitas dan perkembangan seksual. Sebagai faktor
pengaruh perkembangan identitas, internet mempengaruhi kejelasan konsep diri dan penghargaan diri selama remaja. Pengaruh pada konsep
diri misalnya, dengan internet, remaja dapat berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda latar belakang dengannya, sehingga dapat menstimulasi
kejelasan konsep diri. Namun, di sisi lain, internet juga diasosiakan dengan konsep diri yang tidak stabil, karena terkait dengan perasaan kesepian.
Demikian halnya dengan pengaruh internet dan penghargaan diri pada remaja, yang dapat membuat lebih baik atau malah memiliki penghargaan
diri yang rendah Valkenburg Peter, 2011. Sebagai faktor pengaruh perkembangan seksualitas, internet
memberikan kesempatan untuk remaja melakukan eksplorasi seksual diri.