Macam-macam Aborsi Aborsi 1. Pengertian Aborsi

setiap perempuan, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Para pelaku aborsi mengemukakan bahwa dampak yang mereka rasakan selama dan sesudah melakukan aborsi berupa rasa sakit yang teramat sangat dan berdampak psikologis. Secara jelas perasaan sakit yang dialami oleh para pelaku pada waktu pelaksanaan aborsi terungkap dari pernyataan salah seorang pelaku yang melakukan aborsi dengan cara diurut sebagai berikut : “Pada saat dukun mulai mengurut perlahan-lahan, keringat dingin saya bercucuran. Makin lama rasa sakitnya seperti tidak tertahankan apalagi pada saat dukun mengepalkan kedua tangannya, menekan dari arah berlawanan ke atas dan ke bawah dengan tujuan memecahkan bakal janin, pada waktu darah mulai keluar pertanda bakal janin sudah pecah, saat itulah puncak kesakitan yang pernah saya alami selama hidup”Faisal, 1998:29. Pelaku aborsi lainnya yang melakukan aborsi dengan memasukkan tungkai ke dalam rahim menggambarkan perasaan sakitnya sebagai berikut : “Pada awalnya perut saya diurut, ditekan dari atas ke bawah perlahan-lahan, semakin lama semakin sakit rasanya. Bersamaan dengan itu tungkai daun jarak dimasukkan ke rahim kemudian diputar-putar untuk mengait janin keluar, rasa sakit seperti sudah tak tertahankan lagi, akibatnya handuk yang disisipkan ke mulut saya gigit keras sekali tanpa sadar, puncak rasa sakit terjadi pada waktu bakal janin ditarik keluar ditambah pijatan menekan perut, rasanya sulit dibayangkan mengapa saya berani menghadapi resiko seperti ini” Faisal, 1998:29. Demikianlah beberapa ungkapan perasaan para pelaku aborsi ketika menahan sakit, bahkan beberapa orang diantaranya mengaku sampai mengeluarkan air seni. Perasaan sakit tidak hanya dialami saat aborsi terjadi, namun periodenya bisa dirasakan seminggu sampai satu bulan sesudahnya, tergantung pada usia dan ukuran janin yang dikeluarkannya. Selanjutnya, jika terjadi komplikasi akibat penanganan yang kurang baik, rasa sakit dan berbagai keluhan seperti pusing-pusing dan nyeri bagian kandungan akan dirasakan lebih lama lagi. Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap perempuan yang akan melakukan aborsi yaitu resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan resiko gangguan psikologis http:www.aborsi.orgresiko.htm : a. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik. Pada saat dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi oleh seorang perempuan, yaitu : 1 Kematian mendadak karena pendarahan hebat dan pembiusan yang gagal. 2 Kematian secara lambat akibat infeksi serius di sekitar kandungan. 3 Kerusakan leher rahim cervical lacerationsyang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya. 4 Rahim yang sobek uterine perforation 5 Kanker payudara karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada perempuan dan kanker indung telur Ovarian Cancer 6 Kanker leher rahim Cervical Cancer 7 Kanker Hati Liver Cancer 8 Kelainan pada placenta atau ari-ari Placenta Previa yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya. 9 Menjadi mandul atau tidak mampu memiliki keturunan lagi Ectopic Pregnancy 10 Infeksi rongga panggul Pelvic Inflammatory Disease 11 Infeksi pada lapisan rahim Endometriosis b. Resiko gangguan psikologis Melakukan aborsi selain membawa dampak atau resiko secara kesehatan dan fisik, juga membawa dampak atau resiko secara psikologis atau dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang perempuan. “setelah melakukan aborsi, berhari-hari saya mengurung diri. Saya menyesal dan malu mengingat perbuatan saya. Walaupun kejadian itu sudah cukup lama 6 bulan, saya masih sering terbayang jika melihat atau mendengar sesuatu yang ada hubungannya dengan bayi” Faisal, 1998:30. Dampak lain yang dirasakan pelaku aborsi adalah timbulnya rasa menyesal, merasa berdosa, dan merasa malu karena melakukan aborsi. Gejala ini dalam dunia psikologi dikenal dengan nama Post-Abortion Syndrome Sindrom Pasca Aborsi atau PAS. Gejalanya adalah kehilangan harga diri, berteriak-teriak histeris, mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi, ingin melakukan bunuh diri, mulai mencoba menggunakan obat-obatan terlarang, tidak dapat menikmati hubungan seksual lagi. Selain hal di atas, para perempuan yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya http:www.aborsi.orgresiko.htm.

6. Situasi di Indonesia

Sama seperti di bagian dunia lainnya bahwa masalah aborsi bukanlah masalah yang baru. Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2004 tentang aborsi atau pengguguran kandungan, tingkat aborsi di Indonesia sekitar 2 sampai 2,6 juta kasus pertahun, dan 30 dari aborsi tersebut dilakukan oleh remaja di usia 15-24 tahun http:sosbud.kompasiana.com20110417aborsi-dan-pergaulan-bebas-remaja-yang- mengkwatirkan. Tentu angka ini cukup mencengangkan. Di Indonesia sendiri, masalah aborsi diatur dalam: a. Kode Etik Kedokteran Indonesia Kodeki “Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani ” Pasal 10. Oleh karena itu, baik menurut agama, undang-undang negara, maupun etika kedokteran, seorang dokter Indonesia tidak diperbolehkan menggugurkan kandungan dan euthanasia. Dalam bagian lain penjelasan pasal 10 dikatakan bahwa aborsi hanya bisa dilakukan jika ada indikasi medis sebagai satu-satunya jalan untuk menolong nyawa ibu. b. Kitab Undang-undang Hukum Pidana pasal 299, 346-349 Aborsi secara tegas dilarang oleh hukum, hal ini tercantum dalam KUHP pasal 346-349 : Pasal 346: perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun. Pasal 347: 1 barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya seorang perempuan tidak dengan seizing perempuan itu, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun. 2 Jika karena perbuatan itu perempuan itu jadi mati, dia dihukum penjara selama-lamanya lima belas tahun.